Mongabay.co.id

Organisasi Lingkungan Desak Presiden Setop Pembangkit Batubara Teluk Sepang

Limbah PLTU yang mencemari lingkungan. Foto: Koalisi Langit Biru

 

 

 

Sejak November tahun lalu, puluhan penyu langka dan dilindungi mati di perairan dekat pembuangan limbah PLTU batubara, Teluk Sepang, Bengkulu. Kematian satwa laut itu jadi penanda masa uji coba PLTU investasi Tiongkok yang kabarnya bakal resmi beroperasi dalam waktu dekat.

Berbagai kalangan mendesak, Presiden Joko Widodo menghentikan proyek berbahaya ini dan mendorong transisi energi terbarukan, yang bersih dan berkeadilan. Pius Ginting dari Aksi Ekologi dan Emansipasi Rakyat (AEER) juga jurubicara #BersihkanIndonesia, mengatakan, sejak awal, PLTU Teluk Sepang merupakan proyek bermasalah yang mendapat penolakan besar warga Bengkulu.

“Dokumen amdal (analisis mengenai dampak lingkungan-red) PLTU Teluk Sepang tidak sesuai fakta lapangan,” katanya.

Lokasi pembangunan PLTU, katanya, berada di Pulau Baai, Kota Bengkulu, tidak sama dengan isi dokumen RTRW Bengkulu yang menyatakan area pembangunan di Napal Putih, Kabupaten Bengkulu Utara.

Baca juga: Kasus Matinya 28 Penyu di Bengkulu, Ini Hasil Uji Laboratorium

Kalau PLTU Teluk Sepang tetap jalan, katanya, akan merusak biota laut karena Pantai Bengkulu merupakan bagian dari pantai barat Sumatera yang masuk kategori laut kaya keragaman hayati.

 

Tim dokter hewan BKSDA Bengkulu melakukan nekropsi empat bangkai penyu sisik yang ditemukan mati di Pantai Teluk Sepang. Foto: Ahmad Supardi/Mongabay Indonesia Indonesia

 

Menurut Pius, Convention on Biological Diversity (CBD) menamai daerah ini sebagai Upwelling Zone of the Sumatra-Java Coast, dan masuk dalam daerah ecologically or biologically significant marine areas (EBSAs).

EBSAs memiliki signifikansi lebih tinggi terhadap satu atau lebih spesies dari ekosistem dibandingkan daerah lain.

Proyek PLTU yang masuk dalam program 35.000 MW ini didanai investasi Tiongkok, yakni Power China dan PT Intraco Penta Tbk.

Tiongkok merupakan salah satu investor terbesar untuk program berbasis energi kotor batubara ini. Di negerinya sendiri, Tiongkok telah menyetop pembangunan PLTU batubara dan beralih ke energi terbarukan.

Ironisnya, kata Pius, pada Oktober 2020, Tiongkok jadi tuan rumah Konferensi Keragaman Hayati PBB ke-25. “Tiongkok seharusnya bisa jadi teladan bagi dunia investasi agar peka keberagaman hayati,” katanya.

Yayasan Kanopi Bengkulu mencatat, sejak masa uji coba pada 19 September 2019-23 Januari 2020, limbah air bahang yang keluar PLTU Teluk Sepang diduga kuat jadi penyebab kematian 28 penyu di perairan Bengkulu terutama di Teluk Sepang.

Penyu-penyu ini ditemukan mati tak jauh dari saluran pembuangan limbah Teluk Sepang. “Pemerintah menyebut, kematian penyu karena bakteri Salmonella sp dan Clostridium sp.”

Dia bilang, hasil ini sangat meragukan. Berdasarkan keterangan dari lembaga konservasi internasional, Lampedusa Sea Turtle Rescue Center, Italia, kedua jenis bakteri ini umum di penyu laut tetapi daya patogenitas rendah.

“Kami meminta KLHK mengeluarkan surat rekomendasi untuk menunda operasi PLTU Teluk Sepang karena dampak yang ditimbulkan. Pemerintah bisa menyelamatkan masa depan udara bersih bagi masyarakat Bengkulu dengan tidak melanjutkan operasi PLTU kotor itu,” kata Ali Akbar, Jurubicara #BersihkanIndonesia dari Kanopi Bengkulu.

 

PLTU Teluk Sepang. Foto: Rusdi/Mongabay Indonesia

 

Segera beralih ke energi terbarukan

Pamela Simamora, Kepala Divisi Riset Institute for Essential Services Reform (IESR) mengatakan, potensi energi terbarukan di Sumatera mencapai 128.817 megawatt.

Saat ini, kapasitas energi terbarukan terpasang 1.985 megawatt dan dalam RUPTL 2019-2028 rencana dibangun lagi 17.768 megawatt energi terbarukan yang memanfaatkan air, angin, biomassa, panas bumi dan tenaga matahari.

Studi IESR, di Bengkulu, potensi teknis seluruh rumah tangga pelanggan PLN antara 1,3-4,2 gigawatt peak. Potensi pasar energi terbarukan rumah tangga pelanggan PLN di Bengkulu lebih 1.300 VA antara 0,3 hingga 1 gigawatt peak.

“Namun kapasitas terpasangnya, nol,” kata Pamela.

Potensi eenergi terbarukan di Bengkulu total 7.297 megawatt, tetapi, katanya, hanya 259 megawatt kapasitas terpasang yang tersambung dengan PLN (on grid).

Untuk itu, Pamela menyarankan, pemerintah Indonesia segera beralih ke energi terbarukan, termasuk di Bengkulu yang punya potensi besar energi terbarukan seperti energi surya atap.

“Energi surya akan lebih kompetitif dibanding PLTU batubara. Kalau tahun 2020, kisarannya antara US5-10 sen per kWh. Untuk batubara 5-8 sen per kWh. Pada 2050, energi surya lebih murah dari bahan bakar. Inipun tanpa memperhitungkan ongkos karbon,” katanya.

 

Keternagan foto utama: Limbah PLTU yang mencemari lingkungan. Foto: Koalisi Langit Biru

Empat bangkai penyu sisik yang ditemukan mati di Pantai Teluk Sepang dikuburkan setelah dilakukan nekropsi. Foto: Ahmad Supardi/Mongabay Indonesia
Exit mobile version