Mongabay.co.id

Bersama-sama Mewujudkan Makassar Bebas Sampah Plastik

 

Sampah plastik telah menjadi masalah bersama di seluruh dunia. Berbagai upaya telah dilakukan dalam rangka mereduksi penggunaan plastik, khususnya plastik sekali pakai. Upaya lain yang terus didorong adalah pengolahan sampah plastik menjadi produk kerajinan yang bernilai ekonomis.

Komitmen dan upaya ini juga menjadi salah satu concern Pemerintah Kota Makassar. Penjabat (Pj) Walikota Makassar, Iqbal Suhaeb menyatakan perlunya melakukan langkah-langkah konkret dalam penanganan sampah plastik ini sebagai sebuah upaya bersama menyelamatkan bumi.

“Kita butuh membangun kesadaran bersama. Kesadaran bagaimana kita mencintai bumi, kesadaran bahwa kita sebenarnya bisa memperbaiki bumi ini dengan mengurangi penggunaan plastik sekali pakai. Kita harus lebih bijak menggunakan plastik,” katanya kepada Mongabay pada peringatan Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) di anjungan pantai Losari, Makassar, Minggu (23/2/2020).

Menurutnya, plastik tidak dilarang tetapi harus digunakan secara bijak. Harus ada upaya pemanfaatan bahan lain sebagai pengganti plastik, dan penting juga menghindari pengguna styrofoam, yang dapat merusak lingkungan.

“Kita lihat di sini banyak sekali upaya mengolah plastik itu menjadi sesuatu yang lebih bermanfaat melalui reduce, recycle dan reuse dari penggunaan plastik. Dengan semua ini kita bisa turut menyelamatkan bumi.”

Menurutnya, sampah plastik harian dapat dikonversi menjadi rupiah dengan berbagai insentif menarik untuk masyarakat maupun pengepul plastik.

“Penyelamatan bumi harus serius ditangani, namun kebiasaan masyarakat yang membeli makanan kemasan juga masih belum bisa diredam. Olehnya itu, dengan cara reduksi diharapkan dapat menjadi solusi. Nah bagusnya jika dapat bernilai ekonomis,” ungkap Iqbal.

baca : Kaka Slank dan Pandu Laut Kumpulkan 8,81 Ton Sampah di Makassar, Begini Ceritanya..

 

Ilustrasi. Sampah yang dikumpulkan dalam acara Gerakan Bersih Pantai & Laut (GBPL) di Pantai Kuri Indah, Dusun Kuri Caddi, Desa Nisombalia, Marusu, Maros, Sulsel, Minggu (19/8/2018). Terkumpul8,81 ton, didominasi oleh sampah plastik sebanyak 5,6 ton, sampah pecahan kaca sebanyak 117 kg, sampah logam 90 kg, sampah styrofoam 263 kg, dan sampah lainnya sebanyak 1,9 ton. Foto: Sapril Akhmady/Yayasan Makassar Skalia/ Mongabay Indonesia

 

Sedangkan Ahmad Yusran, dari Forum Komunitas Hijau (FKH), menilai berbagai upaya yang dilakukan Pemkot Makassar selama ini masih perlu ditingkatkan. Ia berharap lahirnya kebijakan yang secara spesifik terkait penanganan dan pelarangan limbah plastik, seperti halnya di Bali.

“Bali butuh waktu sekitar 4-5 tahun untuk mewujudkannya. Kita butuh kebijakan bukan sekedar pengendalian namun juga langkah-langkah penindakan yang lebih konkret sebagaimana halnya di Bali,” katanya.

Yusran menambahkan bahwa pelarangan penggunaan plastik tidak bisa dilakukan karena semua hal di kehidupan ini pasti terkait dengan plastik. “Ini tidak bisa dihilangkan, hanya bisa dikurangi,” katanya.

 

Pameran Peringatan HPSN

Peringatan HPSN di Makassar tahun ini berbeda dibanding tahun sebelumnya, dengan diadakannya pameran produk olahan sampah yang diikuti puluhan peserta dari SD hingga komunitas peduli sampah.

Salah satu yang menarik adalah di stan FKH yang menampilkan produk ecobrick dan kerajinan tangan dari bahan bambu. Penjaga stan, Aira (11), murid kelas 5 SD telah menjadi aktivis ecobrick sejak 4 tahun lalu. Ia terlihat anggun dengan gaun plastik yang dikenakannya, berpose di depan Lego yang terbuat dari plastik ecobrick.

 “Plastik itu ibarat berlian yang harus diolah untuk menjadi ecobrick,” ungkapnya.

Di stan FKH, terpajang beragam produk berasal dari ecobrick yang disusun, mulai dari pesawat mainan, meja, kursi, dan lainnya. Ada pula beragam produk yang terbuat dari bambu. Stan ini juga menyajikan edukasi tentang ecobrick, pengelolaan sampah dan pentingnya bambu dalam menjaga lingkungan.

baca juga : Chairil Anwar, Dosen UNM yang Larang Penggunaan Plastik di Kampus

 

Aira (11) mengenakan gaun yang terbuat dari sampah plastik. Aira adalah aktivis cilik yang aktif mengampanyekan ecobrick. Foto: Wahyu Chandra/Mongabay Indonesia

 

Di stan lainnya, SDN Mangkura 3 Bontolempangan menampilkan beragam produk daur ulang plastik, kertas, kain perca dan kulit jagung. Di depan stan terlihat beberapa anak juga berpakaian berbahan olahan plastik dan sisa kain.

“Ini semua hasil kerajinan murid kami, mulai dari kelas 1 hingga 6,” ujar Sarminah, guru pembimbing.

Menurut Sarminah, sejak 3 tahun lalu mereka telah melakukan berbagai macam edukasi terkait sampah dan bagaimana pengelolaannya.

“Seminggu sekali kami perkenalkan kepada murid-murid bagaimana mengurangi sampah dan menjadikannya bernilai ekonomi. Hasilnya ada yang bisa kami jual,” katanya.

Tidak hanya pengelolaan sampah, mereka juga membuat aturan membawa tumbler dan menghindari penggunaan stryrofoam. Para murid juga dibiasakan memungut sampah di jalanan.

Kepedulian terhadap sampah juga ditunjukkan oleh ibu-ibu yang tergabung dalam komunitas Bank Sampah Makassar, yang memiliki 750 unit yang tersebar di 15 kecamatan.

Sebagian besar Bank Sampah ini memiliki usaha pengolahan sampah menjadi produk-produk kerajinan. Di antaranya gantungan tumbler dari bahan plastik teh gelas, manik-manik dari sisa kain dan plastik, kursi dari susunan botol mineral, tas dari kantong keresek, dan banyak lainnya.

Menurut Farah, Koordinator Bank Sampah Kecamatan Biringkanayya, sebagian dari produk ini dijual dengan harga berkisar antara Rp15 ribu – Rp75 ribu.

“Kami umumnya belajar secara otodidak dan ada pula belajar dari internet dan Youtube. Seiring waktu keahlian bertambah, model-modelnya pun semakin variatif,” kata Farah.

menarik dibaca : Di Bank Sampah Ini, Sampah Bisa Ditukar dengan Minyak Goreng

 

Beragam produk kerajinan tangan ibu-ibu dari Forum Bank Sampah Kota Makassar. Sebagian produk ini dijual sebagai penghasilan tambahan bagi mereka. Foto: Wahyu Chandra/Mongabay Indonesia.

 

Peserta pameran lainnya adalah dari komunitas South Sulawesi Care Community (2S2C), yang menampilkan budidaya Maggot. Maggot sejenis ulat yang memiliki kemampuan mengurai sampah organik secara cepat.

“Selain sebagai solusi bagi limbah organik, Maggot juga memiliki nilai ekonomis. Bisa dalam bentuk kering ataupun cangkangnya. Kalau di luar negeri ini malah bisa dimakan. Ini biasa digunakan untuk pakan ikan, ternak dan burung,” jelas Fathul Muin, koordinator 2S2C.

Mereka membudidayakan Maggot karena tidak menjijikkan, tidak menyebabkan penyakit, sangat mudah untuk dibudidayakan, tidak butuh tempat yang luas, bermodal kecil dan permintaan pasar yang tinggi.

“Maggot juga merupakan sumber protein yang tinggi dan bisa menjadi decomposer sampah organik,” jelas Fathul.

Tak kalah menariknya pada pameran ini adalah kehadiran MallSampah Makassar. MallSampah adalah aplikasi pembelian sampah yang bisa diunduh di Playstore.

Menurut Tafsir, salah seorang pengelola aplikasi MallSampah, masyarakat bisa menjual sampah cukup dengan mengisi mode penjualan di aplikasi, yang kemudian akan dijemput langsung di rumah.

“Transaksi dilakukan saat itu juga, bisa dengan uang tunai atau pun berupa poin yang bisa ditukar dengan berbagai kebutuhan sehari-hari,” ungkapnya.

Sejak 2015, MallSampah membuka layanan lewat website. Pada Agustus 2019, mereka mengembangkan aplikasi sendiri.

“Saat ini kita bermitra dengan 200 pemulung di Makassar, Gowa dan Maros. Masyarakat pengguna layanan saat ini sekitar 9.000 rumah tangga. Sampah yang bisa dijual berupa plastik, kertas, besi hingga barang elektronik. Dalam sebulan pembelian sampah bisa mencapai 30 ton dengan omzet ratusan juta,” jelas Tafsir.

Pameran perayaan HPSN ini berlangsung meriah meski dalam suasana hujan. Kapoltabes Makassar,  Kombes Yudhiawan Wibisono, yang turut hadir dan mengunjungi stan-stan pameran terlihat antusias melihat beragam produk yang disajikan.

“Kegiatan ini bagus sekali, karena selama ini sampah itu dibuang sembarang tanpa digunakan. Ternyata dengan adanya ide-ide kreatif dari masyarakat ini bisa bermanfaat. Bisa jadi hiasan, pakaian, suvenir. Ini tidak pernah kepikiran sama sekali bahwa sampah bisa diolah menjadi barang yang bermanfaat,” katanya.

Menurutnya, upaya kepedulian terhadap sampah ini harus ditanamkan secara luas ke masyarakat, termasuk bagaimana masyarakat menjaga kebersihan.

“Di kepolisian sendiri kita ada upaya, ditantang Pak Kapolda, di mana pun ada sampah harus diambil dan dimasukkan ke tempat sampah,” tambahnya.

 

Exit mobile version