Mongabay.co.id

Seekor Paus Bryde Terdampar di Raja Ampat, Ada Apa?

 

Seekor paus bryde (Balaenoptera brydei) terdampar di wilayah kampung Wawiyai, Distrik Tiplol Mayalibit, Kabupaten Raja Ampat, Papua Barat, pada Kamis (19/3/2020).  Lokasi terdampar berada tepat, di titik koordinat S 00°19’14.9 dan E 130°42’09.4.

Berdasarkan laporan penanganan diterima Mongabay Indonesia, Minggu (22/3/2020), pada Kamis (19/3/2020), BKKPN-Satker Raja Ampat melakukan pengumpulan keterangan terkait laporan adanya paus terdampar tersebut. Hasilnya, sekira pukul 12.30 WIT, mereka dapat informasi paus terdampar itu melalui Kepala Seksi Wilayah I BBKSDA Papua Barat, Manalu Partolongan.

Pukul 13.00 WIT juga, Wildan, anggota BIN mendatangi Kantor Satker melaporkan hal yang sama. Laporan itu bersumber dari Kepala Dinas Parawisata Kabupaten Raja Ampat.

Atas berbagai informasi tersebut, Satker Raja Ampat lalu meneruskan laporan kepada Kepala BKKPN dan Kepala Seksi Pendayagunaan dan Pengawasan. Satker Raja Ampat juga mengundang dan membentuk tim dalam rangka pengumpulan keterangan.

Tim itu melibatkan, BKKPN-Satker Raja Ampat, PSDKP Wilker Raja Ampat, BBKSDA-Seksi Wilayah I Waisai, dan Fauna-Flora International (FFI). Pihak-pihak ini lalu bergerak menuju lokasi paus terdampar pada pukul 16.20 WIT.

baca : Ghost Fishing, Penyebab Paus Bryde Mati di Mimika Papua

 

Seekor paus bryde (Balaenoptera brydei) terdampar di wilayah kampung Wawiyai, Distrik Tiplol Mayalibit, Kabupaten Raja Ampat, Papua Barat, pada Kamis (19/3/2020). Foto : KKP Raja Ampat/DKP Papua Barat/Mongabay Indonesia

 

Sekitar pukul 18.00, tim tiba di sana, namun saat itu kapal yang digunakan tidak bisa mendekat ke lokasi terdamparnya paus, karena dangkal. Mereka kemudian menggunakan perahu milik masyarakat, untuk mendekati paus tersebut.

Dilaporkan, kondisi paus saat itu miring kanan dengan bagian depan menghadap mangrove, sementara lubang semburnya berada di atas permukaan air. Kondisi dasar berlumpur dengan tebal lebih kurang 30 cm.

Tim ini juga sudah berkoordinasi dengan Kepala Kampung Wawiyai yang saat itu berada di lokasi. Kepala Kampung meminta agar mamalia laut tersebut dapat diselamatkan dari lokasi terdampar.

Paus terdampar itu memiliki panjang 12,3 meter, lingkar badan kira-kira 4 meter, warna hitam dibagian punggung, memiliki moncong, warna agak terang dibagian perut bawah, memiliki totol-totol putih, ciri-ciri seperti paus balin.

Informasi selanjutnya, paus tersebut pertama kali ditemukan seorang nelayan. Dia melihat ada semburan tinggi di permukaan laut, tepatnya sebalah timur Kampung Wawiyai sekira pukul 07.00. Awalnya dia mengira semburan tersebut berasal dari bom ikan, sehingga mendekat.

Namun saat didekati, ternyata paus. Ketika dilihat pertama kalinya, makhluk itu belum terdampar. Warga bahkan tidak tahu persis ia terdampar di sebelah mana. Setelah mendengar kabar ada paus terdampar, baru warga lapor ke Kepala Dinas Parawisata, Kabupaten Raja Ampat.

baca juga : Sudah Penenggelaman, Bangkai Paus Diambil buat Koleksi, Ini Foto dan Videonya

 

Seekor paus bryde (Balaenoptera brydei) terdampar di wilayah kampung Wawiyai, Distrik Tiplol Mayalibit, Kabupaten Raja Ampat, Papua Barat, pada Kamis (19/3/2020). Foto : KKP Raja Ampat/DKP Papua Barat/Mongabay Indonesia

 

Paus Mati

Harnes Gimbla, Kepala Kampung Wawiyai, saat dihubungi Mongabay Indonesia, Senin (23/3/2020) mengungkap, paus tersebut sudah terdampar sejak seminggu lalu, namun baru ditemukan pada Kamis (19/3/2020).

“Sudah minggu kemarin (paus terdampar), kalau tidak salah sekitar enam hari lalu, tapi pausnya sudah mati,” katanya.

Dia mengatakan, beberapa pihak penting seperti Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) dan dokter hewan juga turun ke lokasi untuk melihat kondisi paus terdampar. Sat saat ditemukan, kata Harnes, pausnya masih hidup.

“Ya mungkin Tuhan sudah menentukan nasibnya untuk terdampar dan mati di daerah kami,” tuturnya.

Dia juga mengaku, ditemukannya paus tersebut sempat menghebohkan warga sekitar. Banyak warga yang langsung menuju lokasi dan mengambil gambar di sana.

Harnes berharap, dengan matinya paus itu tidak berdampak ke masyarakat. Karena saat ini, warga Kampung Wawiyai tidak bisa melakukan tindakan. Semua kewenangan, katanya, ada pada pemerintah, termasuk mengevakuasinya.

“Semua keputusan ada di pemerintah. Tapi saya berharap masyarakat tidak terkena dampaknya. Paus itu ada di teluk,” katanya.

perlu dibaca : Hiu Paus Terdampar Di Pulau Buru, Diselamatkan Warga ke Laut

 

Seekor paus bryde (Balaenoptera brydei) terdampar di wilayah kampung Wawiyai, Distrik Tiplol Mayalibit, Kabupaten Raja Ampat, Papua Barat, itu akhirnya mati. Foto : KKP Raja Ampat/DKP Papua Barat/Mongabay Indonesia

 

Sementara itu, salah satu petugas lapangan Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional (BKKPN) Kupang melalui Satker Raja Ampat, yang enggan namanya disebut Mongabay Indonesia, Minggu (22/3/2020), menyebut saat ini pihaknya belum memiliki data sepenuhnya, karena harus dua kali melakukan tinjauan.

Meski demikian, dia menyebut paus terdampar tersebut berjenis paus bryde (Balaenoptera bryde). Dia mengatakan, pihaknya melakukan upaya penanganan bersama-sama Loka PSPL Sorong, PSDKP Wilker Raja Ampat, BBKSDA Papua Barat Seksi Wilayah I Waisai, Pos TNI AL Waisai, dan mitra pemerintah FFI.

“Namun paus terdampar ini dilakukan tanpa mempublish dokumentasi dan informasinya ke media. Ihwal ini lantaran KKP melaksanakan WFH (work from home), sehingga arahan yang saya dapatkan adalah melakukan penanganan di lapangan secara silent,” ujarnya.

Artinya, kata sumber itu, meski belum ada indikasi penyebaran di Raja Ampat, namun arahan pemerintah seluruh masyarakat diwajibkan untuk mengikuti protokol pengendalian pandemi Covid-19, yang saat ini tengah terjadi di Indonesia.

Dia juga mengaku, sebagai petugas lapangan pihaknya tidak punya kapasitas lebih untuk memberikan keterangan secara lengkap. Tetapi terkait penyebab paus terdampar, dia menduga mamalia itu dalam kondisi sakit, sehingga menepi dan beristirahat untuk memulihkan diri sebagaimana insting atau perilakunya.

“Pausnya sakit jadi menepi untuk memulihkan diri atau recovery,” katanya.

baca juga : Harapan Besar Dibentuknya Pokja RAN Konservasi Mamalia Laut

 

Seekor paus bryde (Balaenoptera brydei) terdampar di wilayah kampung Wawiyai, Distrik Tiplol Mayalibit, Kabupaten Raja Ampat, Papua Barat, akhirnya mati. Foto : KKP Raja Ampat/DKP Papua Barat/Mongabay Indonesia

 

Dia juga mengatakan, saat ini paus tersebut sudah mati. Meski demikian, pihaknya tidak lagi kembali ke sana untuk mengevakuasinya. Karena di satu sisi, ada hal kemanusian lain yakni Covid-19 yang mesti diprioritaskan. Ihwal lain juga, paus mati itu jauh dari pemukiman warga.

“Kalau kita tempuh jarak laut, kira-kira 5 hingga 6 kilometer. Tapi kalau jalan darat sekitar 4 kilometer, jadi pausnya tidak bisa masuk ke pemukiman warga. Kita juga tidak bisa mengakses wilayah itu dengan alat berat, karena di sana itu pulau,” katanya.

 

Exit mobile version