Mongabay.co.id

Imbas COVID-19, Wisata Pantai Cemara Tuban Sepi

 

Di bawah pohon cemara laut (Casuarina equisetifolia) lelaki bertubuh landai itu duduk kalem menunggu pembeli. Disampingnya terdapat gerobak motor berisi es dan jajanan pentol yang dia jual keliling di sekitar Wisata Pantai Cemara, Desa Sugihwaras, Kecamatan Jenu, Kabupaten Tuban, Jawa Timur.

Sorot matanya menatap lautan lepas. Kadang terlihat menundukkan kepala. Sesekali pandangannya tertuju pada pengendara yang melintas di bibir pantai yang tidak jauh dari jalan raya Pantai Utara (Pantura) Pulau Jawa itu.

“Sudah dua pekan ini jualan sepi. Dampak wabah virus Corona ini tambah terasa,” kata Muslikin, penjual pentol, jajanan tradisional serupa bakso itu kepada Mongabay, pada Minggu (22/03/2019).

baca : Pantai Lorena, Potensi Wisata Lamongan yang Menunggu Dikelola

 

Pedagang menjajakan dagangannya melintas diantara deretan pohon cemara laut di wisata pantai cemara, Desa Sugihwaras, Kecamatan Jenu, Kabupaten Tuban, Jawa Timur. Falahi Mubarok/ Mongabay Indonesia

 

Pria kelahiran 1977 ini melanjutkan, sebelum ada isu virus corona keuntungan yang dia dapatkan yaitu Rp100 ribu dalam sehari. Belakangan ini dagangannya banyak yang tidak laku.

Akunya, bulan Maret memang bukan puncak kunjungan wisatawan. Namun, jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, bulan Maret ini paling sepi. Hal ini sangat berdampak terhadap pendapatannya.

Menurut dia, semenjak setelah liburan tahun baru 2020, memang sudah terjadi penurunan pengunjung. Penyebabnya semakin banyak pilihan destinasi wisata lain di Kabupaten berjuluk kota seribu goa. Selain itu juga karena musim hujan.

Dibandingkan musim hujan, musim kemarau lebih ramai. Namun, beberapa pekan ini, kata dia, penurunan terjadi lebih drastis semenjak mencuatnya wabah COVID-19.

“Tahun lalu bisa nyimpan keuntungan sedikit-sedikit. Tapi sekarang ini buat makan sehari aja norokin,” kata pria yang sudah 10 tahun berjualan pentol ini.

baca juga : Berkat Namanya yang Unik, Pantai ini Justru Populer di Lamongan

 

Pengunjung melintas di depan pedagang jajanan ketika menunggu pembeli di kawasan wisata pantai cemara. Foto: Falahi Mubarok/ Mongabay Indonesia

 

Pendapatan Menurun

Penurunan jumlah pengunjung, khususnya luar daerah juga hampir di rasakan para pedagang asongan lain. Sumbiati salah satunya, perempuan penjual ikan asap keliling itu menjelaskan, biasanya yang datang berkunjung ke tempat wisata pantai cemara ini merupakan anak-anak sekolah dan rombongan peziarah ke makam Wali.

Mereka biasanya mampir sepulang atau sebelum berangkat berziarah. Namun, dalam minggu ini suasana bertambah sepi. Padahal, tiga minggu sebelumnya masih ada pengunjung yang membawa mobil maupun motor pribadi yang datang membeli.

“ikan asap kalau sudah tiga hari ya gak bisa di jual. Jadi ya di buang atau dikasihkan ke kucing,” ujarnya. Ikan akan dibagikan ke tetangga jika kondisinya masih bisa dikonsumsi.

Lanjut perempuan kelahiran 1977 ini, ikan asap yang di jual yaitu ikan salem (Scomber japonicus). Kalau ramai biasanya dia mampu menjual 100 ekor/biji. Dijual Rp20 ribu/kg, atau Rp10 ribu/ekor.

menarik dibaca : Habis Rumput Laut, Terbitlah Pantai Pandawa

 

Sumbiati (kiri) dan Towilatul Umrah (kanan) penjual ikan asap di kawasan wisata pantai cemara. Foto: Falahi Mubarok/ Mongabay Indonesia

 

Biasanya, sebelum mencuatnya wabah virus Corona ini dia bisa membawa 50 kg ikan asap untuk dijajakan ke tempat-tempat wisata, salah satunya yaitu wisata pantai cemara. “Pengunjung berkurang drastis, bawa 10 kg saja tidak habis. Bahkan pernah tidak laku sama sekali,” katanya.

Nur (36) pedagang lain juga merasakan keresahan yang sama. Di warungnya semi permanen itu dia bercerita, sebelumnya ada saja pengunjung yang datang membeli dagangannya. Saat hari biasa kadang masih bisa mendapat untung Rp100-Rp200 ribu dalam sehari. Saat weekend, pendapatannya bisa lebih dari itu.

Lanjutnya, meski kondisi pengunjung bertambah sepi, dia memilih tetap bertahan. Alasanya karena tidak mempunyai pekerjaan lain. Untuk itu, dia berharap ada perhatian dari pemerintah setempat untuk memberikan solusi. Saat ini, dia hanya bisa berharap wabah virus corona segera berlalu.

baca juga : Menikmati Pasir Putih Pantai Remen Tuban, Tumpuan Warga Menimba Mata Pencaharian

 

Pedagang menyapu halaman warung semi permanen miliknya yang sepi pengunjung. Foto: Falahi Mubarok/ Mongabay Indonesia

 

Digandrungi Warga Sekitar

Sama seperti namanya, Pantai Cemara mempunyai keunikan yaitu ditumbuhi pohon-pohon cemara hijau dan rindang. Berteduh di bawah pohon-pohon cemara terasa sejuk saat teriknya cahaya matahari.

Dulunya, wisata pantai cemara ini bernama Pantai Tasikharjo. Pada tahun 1980-an pantai yang berada di sebelah kanan terminal baru kabupaten asal grup legendaris Koes Plus Bersaudara ini merupakan tempat wisata yang digandrungi warga sekitar.

Menurut Dussalam (48), salah satu penjaga loket mengatakan, selain karena keindahan panoramanya, di pantai ini ombak relatif tenang, sehingga cukup aman digunakan untuk bermain air dan pasir. Memiliki pasir berwarna putih kecoklatan.

baca : Sampah Plastik Indonesia Nyasar sampai ke Pantai Phuket Thailand. Kok Bisa?

 

Wisatawan saat berfoto di kawasan wisata pantai cemara. Karena musim hujan, banyak sampah yang berserakan. Sampah itu berasal dari sungai yang hanyut ke laut. Kemudian terbawa ombak ke bibir pantai. Foto: Falahi Mubarok/ Mongabay Indonesia

 

Beberapa tahun kemudian tempat wisata ini terlantarkan, atau rusak. Di tahun berikutnya, pemerintah setempat berinisiatif untuk mengembalikan wilayah tersebut agar tetap bagus dan bisa terjaga, inisiatifnya dengan menanam pohon cemara laut. Lambat laun, pohon-pohon cemara ini tumbuh rindang di pantai yang memiliki panjang kurang lebih satu kilo ini. Untuk itu, pantai ini diberi nama pantai cemara.

Hanya, karena musim hujan sampahnya masih terlihat berserakan. Sampah-sampah itu menurut dia berasal dari sungai yang hanyut ke laut. Kemudian terbawa ombak ke bibir pantai.

“Sebelum ada wabah virus Corona ini ketika hari Sabtu-Minggu masih lumayan, ada ratusan orang yang datang berkunjung. Lebih-lebih saat libur sekolah atau lebaran,” katanya. Untuk pengelolaanya, wisata pantai ini, lanjutnya, dikelola oleh desa setempat. Mayoritas pedagangnya juga merupakan warga setempat.

Pantai ini dibuka pagi jam 09:00 WIB, dan tutup jam 17:00 WIB. Sementara, harga tiket pengunjung perlu membayar Rp3.000 ribu per orang, harga tersebut sudah termasuk biaya parkir.

 

Warga mengambil pasir di kawasan wisata pantai cemara ketika sepi pengunjung. Jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, bulan Maret ini paling sepi. Foto: Falahi Mubarok/ Mongabay Indonesia

 

Exit mobile version