Mongabay.co.id

Hadapi Virus Corona, Cara Ini Dilakukan Masyarakat Palembang

 

 

Virus corona [COVID-19] telah mewabah di Palembang dan Sumatera Selatan keseluruhan. Tercatat, sudah ada pasien positif corona yang menjalani perawatan intensif di ruang isolasi Rumah Sakit Muhammad Hoesin [RSMH] Palembang, Sumatera Selatan.

Apa yang dilakukan wong Palembang menghadapi virus mematikan ini, terutama dalam hal menjaga kesehatan tubuh?

“Kami sekarang setiap hari makan lauk pindang ikan, makan pempek, dan juga minum wedang jahe,” kata Sobri, warga Pakjo, Palembang, Minggu [29/3/2020].

“Virus corona itu belum ada vaksinnya, sehingga yang dapat kami lakukan hanya menjaga diri dan meningkatkan kekebalan tubuh. Nah, saya juga dapat informasi jika berbagai bumbu dan protein tertentu dapat meningkatkan kekebalan tubuh. Pindang ikan yang banyak menggunakan bahan kunyit dan ikan katanya bagus buat meningkatkan imun tubuh,” terangnya.

Baca: Penelitian: Jahe Merah dan Jambu Biji Potensial Tangkal Corona

 

Kunyit yang mengandung senyawa metabolit yakni kurkumin dengan potensi terapeutik beragam seperti antibiotik, antiviral, antioksidan, serta antikanker. Foto: Nopri Ismi/Mongabay Indonesia

 

Sobri mengaku, sepekan terakhir, hampir setiap hari keluarganya membuat pempek atau gado-gado, “Yang penting itu cukanya, sebab menggunakan banyak bawang putih, asam dan gula merah. “Minuman kami pun wedang jahe,” ujarnya.

Lastri, warga Sentosa, Plaju, mengatakan, “Seminggu ini hampir setiap hari kami makan pindang ikan, atau masak yang banyak bumbunya, seperti sayur asam dan makan ikan.”

“Aku juga masak pempek di rumah. Budak [anak] tidak boleh lagi jajan. Kalau minuman, kami sudah lama bikin jahe dan serai yang dicampur gula merah. Semoga, kami bebas virus corona,” ujarnya.

Sementara Kamsul, warga Kenten, melalui telepon mengaku pengetahuannya meningkat sejak membaca sejumlah artikel di media sosial tentang kegunaan jahe, kunyit, lengkuas, dan berbagai bumbu masak, “Ya, kami masak menggunakan bahan itu. Soal minuman, kami pesan bandrek setiap malam,” lanjutnya.

Baca: Penggunaan Tepat, Disinfektan Alami Ampuh Tangkal Virus Corona

 

Jahe merah yang mempunyai khasiat luar biasa untuk kesehatan tubuh kita. Foto: Nopri Ismi/Mongabay Indonesia

 

Harga melambung dan stok terbatas

Dampak tingginya permintaan jahe, kunyit, dan serai, membuat harganya melonjak. “Jahe yang biasanya Rp25 ribu per kilogram, sekarang Rp100 ribu. Itu pun belum tentu ada. Menurut pedagang, dua minggu lalu banyak orang memborong sehingga agen bumbu habis stok,” kata Dian, warga Plaju.

Harga kunyit, dari Rp15 ribu per kilogram menjadi Rp50 ribu. Serai jadi Rp30 ribu seikat. “Naik semua. Persoalannya saat ini sudah sulit didapat di pasar,” katanya.

Ikan gabus yang dijadikan bahan pempek juga naik harga, kisaran Rp75 ribu per kilogram.

“Pemerintah harus memikirkan atau mengantisipasinya, sebab jika wabah corona lama, bukan tidak mungkin wong Palembang mengalami krisis pangan,” ujarnya.

Bukan hanya rempah dan bahan makanan yang harganya melonjak dan sulit didapat, vitamin C juga mulai susah didapatkan di apotek. “Maaf Pak, semua jenis produksi vitamin C habis seminggu ini,” kata seorang pelayan apotek di kawasan Dempo, Palembang, kepada Mongabay Indonesia.

Baca: LIPI: Cegah Virus Corona, Jaga Kebersihan Diri dan Pakai Hand Sanitizer Teratur

 

Jahe biasa atau jahe putih yang sering kita manfaatkan sebagai minuman kesehatan. Foto: Junaidi Hanafiah/Mongabay Indonesia

 

Makanan Palembang antioksidan tinggi

Hampir semua makanan khas Palembang, baik yang dipengaruhi budaya melayu, Tiongkok maupun India, semuanya menggunakan bumbu atau bahan masakan yang memiliki fungsi meningkatkan imunitas tubuh. Juga, antioksidan tinggi.

Pindang ikan, misalnya, bumbu yang digunakan sangat baik untuk imunitas tubuh dan antioksidan tinggi. Misalnya serai, daun salam, daun jeruk, jahe, lengkuas, cabai rawit, daun kemangi, merica, bawang putih, bawang merah, kunyit dan kemiri.

Belum lagi ikan yang digunakan seperti patin dan gabus memiliki kandungan protein dan omega 3. “Habis makan pindang ikan pasti berkeringat. Artinya, bumbu masakannya sangat baik bagi tubuh,” ujar Dr. Najib Asmani, pegiat lingkungan hidup di Sumatera Selatan, yang juga mengaku hampir setiap hari mengonsumsi pindang ikan.

Cuka pempek, yang bahannya terbuat dari bawang putih, asam dan gula aren, juga memiliki fungsi yang baik untuk meningkatkan daya tahan tubuh, “Menghirup cuka terkadang membuat badan berkeringat,” kata Najib.

Lalu burgo Palembang. Kuahnya juga kaya dengan bahan masakan yang mampu meningkatkan daya tahan tubuh, seperti ikan gabus, santan, gula pasir, daun salam, serai, lengluas, bawang merah, bawang putih, jahe, ketumbar, dan kemiri.

“Setahu saya hampir semua masakan Palembang [Sumatera Selatan] memiliki bahan-bahan yang baik bagi kesehatan. Persoalannya, saat ini wong Palembang sudah banyak mengkonsumsi masakan luar yang sebenarnya kurang begitu sehat. Jadi ada baiknya demi kesehatan, termasuk menghadapi wabah corona, kita kembali mengkonsumsi masakan khas Palembang,” kata Najib.

“Daerah lain di Indonesia, saya juga percaya hampir semua masakannya berbahan bumbu yang sangat baik untuk kesehatan tubuh. Termasuk, beragam wedang, jamu, dan lainnya,” ujarnya.

Baca: Fakta Menarik Klorokuin, Obat Malaria yang Digunakan untuk Merawat Pasien COVID-19

 

Jambu biji merah yang berdasarkan penelitian memiliki potensi menangkal virus corona. Foto: Rahmadi Rahmad/Mongabay Indonesia

 

Manfaat kunyit, jahe, dan cuka

Dikutip dari situs itb.ac.id, Prof. Daryono Hadi Tjahjono, Dekan Sekolah Farmasi, Institut Teknologi Bandung [ITB], menjelaskan manfaat kunyit dan temulawak terhadap penanganan COVID-19.

Daryono menjelaskan, kunyit [Curcuma longa L] mengandung senyawa metabolit yakni kurkumin dengan potensi terapeutik beragam seperti antibiotik, antiviral, antioksidan, antikanker, serta untuk penanganan penyakit alzheimer.

Selain pada kunyit, kurkumin juga terdapat pada temulawak, jahe, serta tanaman sejenis. Selain senyawa kurkuminoid, terdapat puluhan senyawa kimia lain yang terkandung dalam tanaman tersebut.

Apa pengaruh kurkumin dalam penyembuhan virus vorona [COVID-19]? Daryono mengatakan, reseptor yang berperan dalam wabah SARS [2003] dan COVID-19 saat ini adalah angiotensin converting enzyme 2 [ACE2]. ACE2 berada dalam bentuk fixed [menempel di sel] dan soluble [tidak menempel pada sel].

Berdasarkan penelitian, kurkumin dapat meningkatkan ACE2 pada hewan uji tikus, tapi belum ada studi hubungan langsung terhadap infeksi virus corona.

“Agar keperluan terapi menggunakan kurkumin tercapai, diharapkan banyak ACE2 yang bebas [soluble] sehingga akan mencegah virus corona menempel pada sel, yang secara langsung mencegah terjadinya infeksi,” ujarnya, Jumat [20 Maret 2020].

Secara empiris, gabungan kandungan senyawa kimia tanaman tersebut bermanfaat sebagai imunomodulator, meningkatkan daya tahan tubuh. Efek farmakologi gabungan senyawa kimia [multi compound] tanaman tersebut tentu bisa berbeda dengan efek farmakologi senyawa kurkumin secara tunggal [single compound].

Kaitannya dengan COVID-19, pemanfaatan kunyit, temulawak atau jahe sebagai jamu, obat herbal terstandarkan, atau suplemen minuman tentunya aman.

“Meski begitu, manfaat kurkumin terhadap penyembuhan COVID-19 masih memerlukan pembuktian penelitian lanjutan. Perlu kerja keras berbagai pihak seperti peneliti, industri farmasi, dan pemerintah Indonesia guna mengembangkannya menjadi obat fitofarmaka, sebagai antivirus COVID-19,” jelas Daryono.

Baca: Jamu dan Empon-empon Kita: Belajar dari Serat Centhini

 

 

Bagaimana dengan cuka?

Cuka atau “cuko belando” yang biasa disebut orang Palembang sebagai bahan baku pembuatan cuka pempek, untuk menimbulkan rasa asam, menurut Prof. Dr. Arif Sumantri, SKM., M.Kes., Ketua Umum Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia [HAKLI] dan Komite Ahli PMKL Kemenkes RI, dapat dijadikan bahan disinfektan alami.

Dikutip dari detik.com, Arif mengatakan perpaduan cuka, air, dan minyak esensial dapat menjadi alternatif disinfektan alami. “Cuka yang biasanya digunakan untuk pempek, cuka yang biasanya digunakan untuk asam, bisa dipakai sebagai disinfektan,” kata Arif.

Cara membuatnya, larutan cuka setengah gelas, campur setengah gelas air, kemudian ditambah sekitar 12 sampai 24 tetes minyak esensial seperti kayu manis, cengkih, kayu putih, atau jeruk nipis. Ini sebagai solusi saat harga disinfektan mulai mahal.

“Cuka atau asam asetat [CH3COOH] memiliki zat antiseptik ringan. Sementara minyak esensial, menambahkan kualitas sebagai antibakteri, antivirus, dan antijamur,” jelasnya.

Bagaimana manfaat cuka untuk dikonsumsi sebagai cuka pempek? Tidak ada penjelasan dari Arif. Sampai kini pun, belum ada pakar kesehatan yang menjelaskan manfaat cuka sebagai penangkal virus corona jika dikonsumsi.

 

 

Exit mobile version