Mongabay.co.id

Dengan Aplikasi ini, Sampah Bisa Ditukar Tiket Nonton Klub Sepakbola PSM

 

Permasalahan sampah di kota-kota besar di Indonesia, memancing tumbuhnya aplikasi online layanan pengelolaan sampah. Tidak hanya sebagai sebuah peluang bisnis, menjamurnya startup layanan sampah yang umumnya dibuat anak muda ini didasari niat untuk pemberdayaan masyarakat.

Di Kota Makassar, salah satu aplikasi pembelian sampah yang cukup besar adalah MallSampah. Para pencetusnya adalah alumni dari sejumlah universitas di Makassar, yaitu Universitas Hasanuddin (Unhas), Universitas Muslim Indonesia (UMI) dan Universitas Islam Negeri (UIN). Mereka juga mendorong partisipasi generasi muda, terbukti dengan bergabungnya sekitar 200 volunteer untuk mendukung aplikasi layanan sampah ini.

“Selain didukung 17 karyawan, kita dibantu sekitar 150 mitra pengepul dan pemulung serta tenaga volunter sekitar 200 orang,” ungkap Adi Saifullah Putra, Chief Executive Officer MallSampah Indonesia, pada launching aplikasi fitur Mixed Waste MallSampah di Makassar, akhir Februari 2020 lalu.

MallSampah berawal dari layanan website yang dikembangkan pada 2015. Adi yang merupakan salah satu pendiri bercerita bahwa layanan sampah ini lahir karena melihat kondisi tumpukan sampah di sekitar kos-kosannya di kampus Unhas yang tidak terangkut oleh petugas sampah dari Dinas Pertamanan dan Kebersihan Pemerintah Kota Makassar.

“Di tahun 2014, belum ada motor Fukuda yang bisa mengambil sampah-sampah di lorong-lorong. Baru ada mobil truk yang besar (dari Dinas Pertamanan dan Kebersihan) sehingga sulit masuk ke lorong-lorong pemukiman warga. Akhirnya banyak sampah yang menumpuk tak terambil di pinggir jalan,” jelas Adi.

baca : Awalnya Dicibir, Inilah Hi Trash, Aplikasi Antar Jemput Sampah Ciptaan Mahasiswa

 

MallSampah dan Clean Up, dua startup layanan pembelian dan pengangkutan sampah berkolaborasi melalui fitur Mixed Waste. Tidak hanya membeli sampah, mereka juga memberi layanan pengangkutan sampah yang tak bernilai ekonomi, seperti limbah rumah tangga. Foto: Wahyu Chandra/Mongabay Indonesia

 

Adi yang merupakan alumni Fakultas Hukum UMI Makassar ini kemudian melihat bahwa pengepul sampah dan pemulung sebenarnya bisa mengatasi persoalan tersebut. Mereka bisa masuk ke lorong-lorong yang sempit, yang tak bisa diakses layanan pemerintah.

“Jadi idenya bagaimana supaya pengepul dan pemulung ini bisa punya akses langsung ke rumah warga. Mereka tidak harus korek-korek sampah di tempat sampah, tapi sampah bagus dari rumah bisa langsung diberikan ke pemulungnya,” jelasnya.

Awalnya Adi dan timnya melakukan riset dan tes pasar. Mereka menjajaki peluang-peluang apa saja yang ada, bagaimana inovasi yang tepat dan mempelajari perilaku masyarakat sekitar.

Mereka kemudian membangun kemitraan dengan para pengepul dan pemulung. Ini bukan hal yang mudah, sering mendapat penolakan dan dicurigai. Dalam setahun mereka hanya bisa menggaet 20 mitra.

“Mereka tidak terbuka dan takut, mengira kami rentenir. Untunglah saya dan kawan-kawan punya pengalaman berkegiatan, sering ke lapangan berkomunikasi dengan masyarakat, sehingga kami mendekati masyarakat secara baik, bicara secara baik sambil ngopi-ngopi,” katanya.

Butuh waktu empat tahun bagi Adi untuk membangun startup MallSampah ini hingga bisa eksis dan berkembang. Untuk pendanaan, mereka awalnya bergantung pada donatur. Di akhir 2019 mereka kemudian mengembangkan aplikasi sendiri dengan nama yang sama.

Kini mereka memiliki sekitar 3000 pelanggan dari tiga daerah, Makassar, Gowa dan Maros. Dalam sebulan jumlah transaksi mencapai 30 ton dengan nilai transaksi mencapai puluhan juta dan bahkan di atas Rp100 juta, Dari setiap transaksi di aplikasi mereka mendapat fee 10% sebagai biaya layanan.

“Pembelian bisa dibayar cash atau poin yang bisa ditukar dengan barang-barang dan kebutuhan rumah tangga. Malah juga bisa ditukar dengan tiket nonton bola PSM,” ujar Adi.

baca juga : Inilah Gringgo, Aplikasi Android Pengelolaan Sampah di Bali

 

Aplikasi MallSampah tidak hanya membeli secara tunai tetapi juga dalam bentuk poin yang bisa ditukar dengan beragam kebutuhan rumah tangga, tumbler, tas dan tiket nonton PSM. Foto: Wahyu Chandra/Mongabay Indonesia.

 

Kolaborasi Bersama

Kalau awalnya MallSampah hanya membeli dan mengangkut sampah-sampah bernilai ekonomis seperti plastik, botol, logam dan kertas, kini mereka tengah mengembangkan fitur pengangkutan sampah rumah tangga, yang disebut Mixed Waste.

Layanan ini adalah kolaborasi MallSampah dengan Clean Up, yang difasilitasi dalam program Plastic Reborn 2.0, yang diluncurkan oleh Coca-Cola Foundation Indonesia (CCFI) bersama Ancora Foundation.

Menurut Adi, fitur Mixed Waste adalah layanan terintegrasi pengelolaan sampah berbasis teknologi, yang diharapkan dapat menjadi salah satu solusi efektif dan tepat dalam mengurangi timbulan sampah ke tempat pembuangan akhir (TPA).

Layanan fitur ini memungkinkan bisnis dan penyelenggara event penghasil sampah, untuk mendapatkan dua layanan sekaligus secara terintegrasi, yaitu layanan pengelolaan material sampah daur ulang oleh MallSampah dan layanan pengangkutan sampah secara legal ke TPA oleh Clean Up yang dilakukan melalui satu fitur.

Adi berharap layanan fitur Mixed Waste dapat membantu pelaku usaha dan masyarakat dalam pengelolaan sampah mereka dengan lebih baik dan bertanggung-jawab.

Sedangkan Ahmad Zakky Habibie, Direktur Eksekutif Ancora Foundation berharap kolaborasi ini dapat membuka cakrawala para pendiri usaha rintisan, untuk dapat selalu melihat potensi kolaborasi dan saling belajar.

perlu dibaca : Kaka Slank dan Pandu Laut Kumpulkan 8,81 Ton Sampah di Makassar, Begini Ceritanya..

 

Selain bermitra dengan 150 pengepul dan pemulung, MallSampah juga melibatkan volunteer sebanyak 200 orang yang sebagian besar adalah mahasiswa. Foto: Wahyu Chandra/Mongabay Indonesia

 

Menurut Triyono Prijosoesilo, Public Affairs and Communications Director Coca-Cola Indonesia, pembinaan dalam program Plastic Reborn 2.0 ini telah menghantarkan MallSampah bertransisi menjadi perusahaan yang dapat memberikan pelayanan pengelolaan sampah secara prima dan optimis akan perkembangan bisnis secara cepat. Dengan model bisnis yang matang dan telah dilengkapi oleh fitur aplikasi, membuat pengguna MallSampah semakin mudah untuk mendaur ulang.

“Peluncuran layanan fitur Mixed Wasted yang merupakan hasil kerja sama antara MallSampah dan Clean Up menjadi salah satu bukti bahwa dalam penanganan sampah secara terintegrasi dapat dilakukan dengan berbagai kolaborasi antar banyak pihak,” katanya.

Melalui peluncuran fitur layanan Mixed Waste diharapkan juga dapat meningkatkan angka daur ulang sekaligus berkontribusi mengurangi timbulan sampah ke tempat pembuangan akhir secara efektif terutama di wilayah Makassar, Maros dan Gowa.

“Selain itu, layanan Mixed Waste dapat mendorong ekosistem pengumpulan serta pengelolaan sampah yang lebih tepat dan terintegrasi di Sulawesi Selatan,” tambahnya.

 

Ilustrasi. Relawan memilah sampah dalam acara bersih pantai dan laut di pesisir Kota Makassar, Minggu (15/3/2020). Foto : Pandu Laut Nusantara/Yayasan Eco Nusa/YKL Indonesia/Mongabay Indonesia. Foto : Pandu Laut Nusantara/Yayasan Eco Nusa/YKL Indonesia/Mongabay Indonesia

 

Pengangkut Sampah

Clean Up sendiri, seperti halnya MallSampah, adalah usaha rintisan yang fokus pada penyediaan sarana pengangkutan sampah.

MallSampah kan fokusnya untuk sampah-sampah bernilai ekonomis, pengepul membeli sampah sementara banyak juga costumer butuh juga diangkut sampah-sampah yang tidak bisa dijual, misalnya sisa-sisa sampah dapur. Ini bisa kita layani. Selama ini kita kerja pemerintah daerah untuk retribusinya. Ini meringankan kerja pemerintah juga,” ungkap Iqra Putra Sanur, General Manager Clean Up.

Clean Up didirikan pada 2015 oleh Iqra Putra Sanur, alumni Institut Pertanian Bogor (IPB). Hingga saat ini Clean Up telah melayani 1200 unit lokasi pengangkutan sampah.

“Di Indonesia public waste collector atau perusahaan pengangkutan sampah yang dikelola swasta belum begitu familiar, masyarakat tahunya layanan tersebut dari pemerintah. Ini peluang bisnis, karena adanya kebutuhan masyarakat, khususnya segmen menengah ke atas yang butuh dilayani optimal. Jadi kita menangkap itu sebagai peluang dan sekaligus pemberdayaan masyarakat. Dari sini kita bisa menciptakan lapangan kerja.”

Kalau di awal, Clean Up memiliki armada angkutan sendiri, maka kini lebih banyak dilakukan oleh mitra. Pelanggan mereka adalah developer perumahan, restoran, hotel, rumah sakit dan Pertamina.

 

Exit mobile version