Mongabay.co.id

Indahnya Transplantasi Karang di Nusa Dua Coral Garden

 

Taman Karang di perairan Nusa Dua, Bali, mulai menampakkan keindahannya. Taman dari hasil transplantasi ini diberi nama Nusa Dua Coral Garden (NDCG).

Sebaran struktur berbentuk laba-laba dari besi ini diikatkan potongan karang di tiap sudutnya. Kemudian ditenggelamkan di sekitar 300 meter persegi perairan dangkal depan pantai St Regis, Nusa Dua.

Nusa Dua Reef Foundation (NDRF) memulai pilot project pada pertengahan tahun 2016, tidak lama setelah kejadian pemutihan karang global berakhir. Tujuannya untuk melihat kemungkinan karang dapat hidup di areal ini.

Hasil dari beberapa kali pemantauan pada Maret ini menunjukkan tutupan karang makin meluas. Ikan hias berwarna-warni mulai berdatangan dan menjadikannya rumah. Perairan dangkal yang sebelumnya areal karang mati kini seolah kembali hidup.

Pariama Hutasoit dari NDRF melaporkan dengan sumringah dengan membagi foto-fotonya di media sosialnya. Perempuan ini masih semangat mengajak orang untuk terlibat dalam perawatan dan proses penambahan luasan taman di bawah laut ini.

Misalnya saat membersihkan sampah plastik yang tersangkut dan algae merah di antara karang yang mulai membesar. Di lain waktu ia juga memposting foto dari bawah laut untuk membagi kegeramannya pada orang yang sedang menembak ikan (spearfishing) dengan menginjak hamparan karang.

baca : Begini Upaya Memulihkan Terumbu Karang di Perairan Nusa Dua

 

Aktivitas penembakan ikan di perairan Nusa Dua, Bali, berisiko merusak karang jika terinjak-injak. Foto: Pariama Hutasoit/NDRF/Mongabay Indonesia

 

Ia menjelaskan taman karang ini dibangun di atas reruntuhan karang patah dan celah karang hidup pada di sekitar area padang lamun. Puluhan tahun lalu, area ini disebut area terumbu karang yang luas dan sehat. Namun, masyarakat lokal telah menambangnya dalam skala besar dan luas untuk dijadikan bahan bangunan, menyisakan patahan karang hancur yang membentang sepanjang area pasang surut.

Hal yang sama terjadi di sejumlah pesisir lain di Bali, misalnya perairan Karangasem di kawasan wisata Candidasa, Sanur, dan lainnya. Sayangnya sebagian besar wilayah pesisir ini sulit memulihkan diri atau kembali ditanami terumbu karang hasil transplantasi karena sudah kadung ramai aktivitas laut. Misalnya pelayaran, penambatan perahu, mancing, dan lainnya.

“Pemulihan karang alami (coral recruitment) sangat sulit, hanya terdapat sedikit karang yang hidup dan tersebar tidak merata, karena kehancuran yang sangat besar ditambah tingginya tingkat gangguan alami dan aktivitas manusia,” jelas Pariama kepada Mongabay-Indonesia, Kamis (2/4/2020).

Dalam beberapa kali kesempatan bertemu, Pariama selalu menyayangkan meskipun kawasan Nusa Dua merupakan kawasan pariwisata elit, perhatian terhadap pelestarian terumbu karang masih minim. Terumbu karang seolah terlupakan, dianggap tidak ada atau tidak bisa hidup di area ini.

Percobaan diawali dengan mentransplantasi fragmen karang pada substrat karang mati, patahan karang dan 3 struktur reef stars yang terbuat dari bahan besi beton berlapis pasir laut. Percobaan ini, hingga bulan ketiga menunjukkan pertumbuhan cukup baik pada substrat karang mati dan struktur besi, namun tidak pada patahan karang.

Penambahan struktur dilanjutkan secara bertahap pada tahun-tahun berikutnya. Hingga awal tahun 2020, NDCG telah menginstal 271 struktur reef stars dengan transplantasi sekitar 4000 fragmen karang dari 6 genus karang keras, yaitu Acropora, Montipora, Pocillopora, Galaxea, Stylophora dan Geniopora. Selain itu terdapat 4 rak meja nursery untuk pembibitan dan 2 rak untuk penelitian yang dikembangkan mahasiswa Perikanan Universitas Warmadewa, Denpasar.

baca juga : Membangun Rumah Karang di Nusa Dua: Berharap jadi Taman Mini Terumbu Karang Indonesia

 

Perawatan di Nusa Dua Coral Garden yang menunjukkan perkembangannya. Foto: Pariama Hutasoit/NDRF/Mongabay Indonesia

 

Tingkat pertumbuhan karang bervariasi berdasarkan jenisnya, antara 0,3 hingga 3 cm per tahun untuk karang masif. Jenis yang paling cepat pertumbuhannya seperti karang bercabang Acropora dapat tumbuh antara 5-10 cm per tahun.

Ukuran karang terbesar saat ini yang ada di NDCG adalah 60×30 cm dari genus Acropora. Sementara populasi dan jenis ikan juga meningkat seiring dengan pertumbuhan taman karang. Menurut Pariama, coral garden ini kini menjadi rumah bagi 133 spesies ikan, berbagai jenis krustasea, moluska, echinodermata, beberapa jenis soft coral, anemone laut, dan lainnya.

 

Perawatan Karang

Berada di area perairan yang padat dan tinggi faktor gangguan alam dan manusia, menurut Pariama memerlukan perawatan ekstra, mirip dengan perawatan karang pada coral farming dari perusahaan eksportir karang. Misalnya dibersihkan secara rutin dari macro algae, sampah yang nyangkut, menguatkan ikatan karang yang longgar, memeriksa dan menyulam karang karena ada yang mati atau patah, dan memastikan struktur berdiri kokoh.

“Jika tidak rutin dibersihkan sampah, terutama plastik dan kain yang menutupi polip karang, bisa berakibat pada kematian karang,” paparnnya. Saat musim kering, polutan limbah membuat kadar nutrien tinggi pada air laut, memicu meledaknya Ulva lactuca, jenis makro alga berwarna hijau. Jika tidak dibersihkan, ledakan Ulva lactuca ini disebut bisa membunuh karang.

Sementara pada musim hujan, turf algae tumbuh pada permukaan struktur dan bagian karang yang mati. Pada karang yang baru ditransplantasi, perlu dilakukan pembersihan turf algae agar karang yang baru mulai menempel pada stuktur ini tidak kalah dalam kompetisi ruang. Gangguan lainnya adalah alga merah yang patah atau tercabut dan terbawa arus/gelombang lalu tersangkut di karang.

perlu dibaca : Begini Ajakan Rekreasi Konservasi Pesisir untuk Rombongan Raja Salman di Nusa Dua

 

Artificial Reef Spider dengan transplantasi karang yang telah di letakkan di pantai Samuh, Nusa Dua pada tahun 2018. Foto : E.E. Ampou/Mongabay Indonesia

 

Sedimentasi juga menjadi penyebab kematian sejumlah karang karena karang tertutup pasir akibat terjadinya pergerakan pasir oleh arus dan gelombang. Aktivitas menangkap ikan hias, memancing dan menembak ikan turut menjadi gangguan manusia yang sangat sulit dicegah karena tidak bisa dikontrol.

“Kami mendapat laporan penggunaan potasium/sianida untuk menangkap ikan hias,” sebutnya. Ini dikuatkan dengan bukti ilmiah dari sampel karang yang terpapar dan telah dicek di laboratorium oleh kelompok mahasiswa Upskill Student Universitas Udayana. Tali pancing yang menyangkut pada karang juga menyebabkan karang patah atau tercabut dari struktur.

Kebanyakan pemancing tidak pakai masker dan cenderung menginjak karang. Tingginya aktivitas pemancing, sebagian besar hobi, bukan mata pencaharian utama, menganggu populasi ikan herbivora penting di karang. Ikan herbivora adalah pemakan alga dan perannya penting untuk menjaga kesehatan terumbu karang. “Ini sangat disayangkan, namun juga sangat sulit dicegah karena tidak adanya larangan memancing di area ini,” jelasnya.

Landak laut atau bulu babi cukup banyak ditemui di antara karang mati di sekitar lokasi taman karang. Bulu babi adalah herbivora penting di terumbu karang, misalnya menjaga keseimbangan antara karang dan alga. Dengan jumlah bulu babi yang seimbang di taman karang, diharapkan akan mengurangi aktivitas pembersihan manual dan meningkatkan kesehatan dan pertumbuhan karang.

baca juga : 330 Anakan Kima Disebar Untuk Restorasi Perairan Nusa Dua

 

Karang transplantasi mulai tumbuh di Coral and Kima Garden yang berlokasi depan pantai hotel St Regis, Nusa Dua, Bali, resor mewah lokasi rombongan raja Salman dari Arab Saudi menginap pada Maret 2017. Foto : Nusa Dua Reef Foundation/Mongabay Indonesia

 

Kawasan resor elit

Kawasan resor Nusa Dua ini dikelola BUMN Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC) didesain eksklusif, dengan keamanan cukup ketat. Sebagian besar pantai dijaga satpam dan warga kadang tak diizinkan bersantai di beberapa titik pantai.

Pada 2016, NDRF dan Reef Check Indonesia melakukan pengamatan kondisi karang di Pantai Samuh, Nusa Dua dan menemukan pemutihan hampir di sebagian besar yang diamati. Selain itu ada juga yang sudah stress dan menuju pemutihan lalu mati.

Suhu di permukaan air laut saat itu mencapai 30-31 derajat Celsius dan penyebab sebagian hardcoral stres dan memutih. Situasi ini juga terjadi di sejumlah titik penyelaman lain di Bali karena kenaikan suhu global.

Upaya pemulihan ekosistem di pesisirnya rasanya tak sulit bagi pengelola kawasan resor mewah Nusa Dua yang jadi langganan pertemuan-pertemuan internasional. Subrata yang akrab dipanggi Pak Jo, salah satu pemandu wisata air dan memancing di Nusa Dua mengingat ketika kecil praktik konservasi dilakukan cukup ketat seperti larangan meracun ikan.

Pada 2018 lalu, Mongabay Indonesia ikut mempelajari cara transplantasi karang bersama sejumlah pihak yang dikoordinir NDRF. Tekniknya mengadopsi metode Mars Assisted Reef Restoration System (MARRS), yaitu sebuah metode restorasi menggunakan struktur baja berlapis (Reef Stars).

Proses transplantasi harus dilakukan cepat menghindari koral bisa stres jika terlalu lama tanpa air laut. Dimulai dengan memotong koral, mengikat di struktur. Beberapa kali harus disiram air laut agar polip tak mati, membersihkan pasir yang menempel agar terus bisa bernafas, dan segera menenggelamkan struktur terpasang di laut.

Selain beberapa kali transplantasi, Pariama dan relawannya juga menebar kima di perairan Nusa Dua. Kima memiliki fungsi penting dalam ekosistem sebagai salah satu indikator kesehatan lingkungan. Pariama menyebut lokasi taman laut yang beberapa tahun dirintis bersama jejaring lain dan komunitas Pokwasmas ini hanya sekitar 150 meter dari bibir pantai. Kedalamannya cuma sekitar satu meter saat air surut.

Ratusan koral hasil transplantasi mulai hidup, demikian juga anakan Kima (Tridacna sp.) biota laut yang sangat bermanfaat dalam ekosistem sebagai indikator kesehatan laut. Kima menjadi incaran bernilai tinggi selain dicari dagingnya yang berprotein tinggi.

 

Anakan kima (Tridacna sp) dalam fasilitas nursery di Coral and Kima Garden, Nusa Dua, Bali pada tahun 2015. Sekitar 1000 anakan kima disebar di kawasan perairan Nusa Dua sebagai usaha restorasi perairan tersebut. Foto : Syafyudin Yusuf/NDRF/Mongabay Indonesia

 

Pariama mengatakan pengembangan Nusa Dua Coral Garden (NDCG) memerlukan biaya sangat besar. Sejauh ini, NDRF mendapatkan dukungan dana kecil Corporate Social Responsibility (CSR) dari berbagai institusi swasta, bantuan universitas, pelajar, individu, serta pemerintah. Bantuan sukarelawan dan program internships atau PKL mahasiswa turut membantu meringankan pekerjaan perawatan NDCG.

Namun ia menyayangkan hotel terdekat di lokasi ini sampai sekarang belum mendukung taman karang meskipun sejumlah tamu hotel telah menikmati keindahannya saat snorkeling. Ia berharap pengelola hotel di sekitar kawasan Nusa Dua turut mendukung pengembangan NDCG melalui kerjasama kemitraan.

 

Exit mobile version