Mongabay.co.id

Foto: Kutilang, Cucak Paling Terkenal di Indonesia

 

 

Nama resminya cucak kutilang [Pycnonotus aurigaster]. Dalam Bahasa Inggris, sebutannya Sooty-headed Bulbul, mengacu pada bulu di sekitar pantatnya yang jingga. Di berbagai daerah tanah air, burung ini punya julukan berbeda, mulai cangkurileung, ketilang, hingga gentilang. Pycnonotidae merupakan suku bangsa cucak-cucakan yang sangat populer di Indonesia, terlebih di tanah Jawa.

Peneliti burung John MacKinnon dalam Buku Burung-burung di Sumatera, Jawa, Bali, dan Kalimantan menjelaskan, cucak kutilang termasuk jenis pengicau dari kelompok cucak-cucakan yang memiliki persebaran sangat luas sampai ketinggian 1.600 m dpl. Penyebaran termasuk Sumatera, Kalimantan, Jawa, dan Bali.

Baca: Jumlah Jenis dan Risiko Kepunahan Burung di Indonesia Meningkat

 

Kutilang bertengger di dahan pohon di pagi hari. Foto: Asep Ayat

 

Cucak ini berukuran 20 sentimeter dan mudah beradaptasi. Tak heran, kutilang sering dijumpai di berbagai wilayah mulai hutan, kebun, pekarangan, semak belukar, hingga halaman rumah di pedesaan dan perkotaan. Biasanya, hidupnya berkelompok dan berbaur dengan jenis merbah, ketika mencari makanan maupun bertengger.

Bila diperhatikan, perilaku kutilang sangat unik. Suka berpanas-panasan sembari menelisik bulu. Paling sering terlihat adalah kegemarannya mandi embun pagi sambil berkicau, berisik, lalu menaikkan jambulnya bila membuang kotoran. Namun, kebiasaan ini berbanding terbalik saat berganti bulu. Kutilang lebih kalem, tidak banyak berkicau apalagi bergerak.

Baca juga: Jangan Pergi Lagi, Bondol Haji

 

Kutilang bermain di halaman pekarangan rumah. Foto: Asep Ayat

 

Menu favorit Sooty-headed Bulbul adalah buah-buahan, biji-bijian, serta serangga seperti belalang, kupu kupu, dan ulat. Pohon buah favoritnya adalah beringin [Ficus spp.], seri/kersen/talok [Muntingia calabura], salam [Syzygium polyanthum], buni/wuni [Antidesma bunius], buah benalu [Loranthus spp.] yang biasa di pohon langsat, duwet/jamblang, pepaya, sawo, jambu air, rambutan, atau mangga. Saat mencari serangga, biasanya ia akan terlihat berlompatan di pohon jati, palem, kamboja, soka, dan pisangan.

 

Kutilang suka buah bisbul. Foto: Asep Ayat

 

Bagi burung liar, termasuk kutilang, pohon bagaikan restoran cepat saji. Menu makanan yang mereka sukai adalah buah dan biji. Pohon juga sekaligus sebagai tempat berburu dan juga bersarang.

 

Kutilang makan serangga. Foto: Asep Ayat

 

Alamendah dalam blognya menuturkan, kutilang membuat sarang dari anyaman daun rumput, tangkai daun, atau ranting halus yang disusun seperti cawan. Sekali bertelur sebanyak 2-3 butir. Telurnya berwarna kemerah-jambuan dengan bintik halus berwarna ungu dan abu-abu.

Tidak ada pohon khusus untuk tempat bermainnya burung liar, karena semua pohon bisa menjadi tempat hidup yang baik. Hal terpenting adalah, pohon memiliki banyak percabangan dan bisa memberikan keamanan. Nama-nama tanaman di atas adalah contoh yang dalam keseharian tentu banyak jenis tanaman yang bisa mengundang kehadiran burung.

 

Kutilang hidup berkelompok dan kadang bercampur dengan jenis lain. Foto: Asep Ayat

 

Manusia dan burung sama-sama diuntungkan dengan adanya pohon. Secara teori, burung merupakan agen penyebar biji handal yang artinya dapat dengan mudah menebar biji tanaman agar tumbuh di berbagai tempat.

 

Burung kutilang tengah berjemur, bercengkrama dan saling menelisik. Foto: Asep Ayat

 

Burung kutilang berjemur dengan pasangannya. Foto: Asep Ayat

 

Populasi kutilang

Ferry Hasudungan, Conservation Manager Burung Indonesia menjelaskan, populasi burung kutilang memang ada sedikit tren penurunan di alam. “Namun dengan daerah sebaran yang cukup luas dan jumlah populasi yang cukup besar, hal ini dinilai belum mendekati ambang rentan. International Union for the Conservation of Nature and Natural Resources [IUCN] Redlist hanya memasukkannya dalam kategori Least Concern [LC/Risiko Rendah],” ungkap Ferry.

 

Kutilang tengah membersihkan tubuhnya. Foto: Asep Ayat

 

Kelompok burung ini acap terbang dengan ribut, berbunyi nyaring cuk, cuk, ..tuit, tuit!; atau berirama seperti ke-ti-lang… ke-ti-lang… berulang di atas tenggerannya. Satu hal lagi, kutilang dianggap bersahabat dengan manusia karena kesukaannya memakan hama tanaman para petani.

 

Kutilang yang mudah beradaptasi dan paling terkenal di keluarganya. Foto: Asep Ayat

 

Tantangan kehidupan kutilang saat ini adalah banyak orang yang hendak memeliharanya. Menangkap dari alam untuk dijadikan perlombaan.

 

Pekarangan ramah burung. Biarkan burung hidup di alam liar, jangan ditangkap hanya untuk kesenangan manusia. Foto: Asep Ayat

 

Pada salah satu flatform online, bahkan kutilang ditawarkan bebas seharga Rp50 ribu untuk anakan. Sedangkan untuk jenis gacor dibandrol 100-150 ribu Rupiah. Saat ini, jumlah kutilang di alam memang masih berlimpah, tetapi dengan meningkatnya perburuan, mungkin saja nasibnya dikemudian hari menuju kepunahan. Sebagai perbandingan, lihat saja cucak rawa yang banyak dicari, menyebabkan populasinya kian terancam. Terlebih, statusnya tidak dilindungi.

 

*Asep Ayat, Pemerhati burung liar dan menyenangi fotografi. Tinggal di Bogor, Jawa Barat

 

 

Exit mobile version