Mongabay.co.id

Produksi Sampah dari Rumah Meningkat di Masa Pandemi Corona, Kok Bisa?

Warga memilah sampah dari rumah. Gerakan pilah sampah dari rumah akan mempermudah penggunaan sampah sebagai bahan baku untuk di daur ulang. Foto: Falahi Mubarok/ Mongabay Indonesia

 

Pengurangan aktivitas di luar rumah mendorong produksi sampah di rumah. Mari hitung berapa tambahan kemasan dari makanan jadi atau camilan yang dibeli online dalam seminggu? Misalnya, saat memesan paket lauk pauk pada hari kedua puasa, sedikitnya ada 5 plastik pembungkus tiap jenis lauk, dan satu kresek tambahan.

Dikutip dari laman pengampanye zero waste di Eropa, pandemi ini mengevaluasi kebijakan larangan penggunaan plastik sekali pakai karena sejumlah tempat usaha melarang belanja pemnggunakan wadah yang bisa digunakan kembali seperti tas kain.

Hal ini berdampak dalam penerapan ekonomi sirkular, dari pengelolaan limbah hingga model bisnis baru untuk mencegah pemborosan. Beberapa negara juga mengubah cara mereka mengumpulkan dan mengolah limbah. Dalam sebuah webinar mereka mempertemukan para ahli limbah dan kesehatan untuk menilai dampak yang ditimbulkan oleh virus COVID-19 terhadap kebijakan dan strategi zero waste di Eropa.

Apakah pemerintah secara bersamaan dapat memprioritaskan kesehatan dan perlindungan warganya, sesuai agenda zero waste lokal mereka? Pertanyaan kuncinya adalah apa dampak perubahan kembali ke wadah sekali pakai, dan apa yang bisa dilakukan warga dan unit usaha untuk terus menjalani gaya hidup tanpa sampah.

Tiza Mafira, Direktur Eksekutif Gerakan Diet Kantong Plastik dihubungi Mongabay, Senin (13/4/2020) mengonfirmasi peningkatan limbah medis, karena penggunaan APD sekali pakai tenaga medis. Menurutnya, jika limbah medis ditangani sesuai prosedur penanganan limbah medis infeksius pada umumnya, seharusnya aman dan tidak perlu ditangani dengan cara berbeda dari limbah infeksius lainnya.

“Yang perlu lebih diwaspadai adalah limbah infeksius yang berasal dari rumah tangga, misalnya masker atau sarung tangan. Di Indonesia limbah masker dari rumah tangga meningkat, dan sayangnya limbah tersebut tercampur dengan sampah rumah tangga lainnya,” ingatnya.

baca : Bagaimana Pengelolaan Limbah Penanganan Corona? Ini Aturannya

 

Penumpukan sampah terlihat di beberapa ruas jalan Kota Denpasar, dua hari setelah Nyepi tahun 2020 ini, ketika masyarakat tidak beraktivitas sama sekali di luar rumah selama satu hari ditambah karantina hari pertama setelah pandemi. Foto: Luh De Suriyani/Mongabay Indonesia.

 

Ia mengatakan di Amerika terjadi penghentian sementara larangan kantong plastik sekali pakai, karena ada upaya dari asosiasi industri plastik untuk menyurati gubernur dan parlemen daerah dan meminta dilakukannya penangguhan sementara larangan kantong plastik sekali pakai. Tindakan tersebut bukan merupakan himbauan WHO maupun CDC (Center for Disease Control).

Kantong belanja penggunaan ulang tetap aman untuk dipakai, asalkan dicuci setelah digunakan. Demikian pula baju yang kita pakai perlu dicuci setelah kita pergi ke luar rumah. “Virus bertahan sekitar 2-3 hari di permukaan plastik, oleh karena itu apabila kita menggunakan kantong plastik, sebaiknya diberi disinfektan sebelum dibuang ke tempat sampah, agar tidak membahayakan petugas kebersihan,” urainya.

Daerah yang memiliki sanitary landfill, melarang plastik sekali pakai, dan daerah yang sudah memilki fasilitas komposting dan daur ulang aman skala industrial, menurutnya, adalah daerah-daerah yang lebih maju dalam pengelolaan sampahnya. Hanya saja, sejauh ini belum ada daerah yang bisa mengimplementasikan pemilahan sampah dari sumbernya, dan hal ini sangat menghambat efisiensi pengelolaan sampah.

Sedangkan Catur Yudha Hariani, Direktur Pusat Pendidikan Lingkungan Hidup (PPLH) Bali yang sedang menjalankan program zero waste cities di salah satu dusun di Kota Denpasar menyebut, dari laporan pengangkut sampah, volume yang diangkut dari rumah makin banyak. Ia menyontohkan di Banjar Kertalangu, waktu yang dibutuhkan petugas angkut bertambah dari rata-rata satu jam menjadi 1,5 jam. Rute diperlambat karena volume meningkat. Walau belum ada perhitungan detailnya, tapi petugas sudah merasakan.

Risiko untuk petugas sampah juga kini diperhitungkan karena ada risiko sampah berbahaya. “Buang masker harus hati-hati, sedang didiskusikan, bagaimana pembuangannya agar tidak sembarangan,” katanya. Untuk menyemangati petugas kebersihan, jaringan peduli lingkungan di Denpasar membagikan sembako untuk pengangkut sampah serta rencana produksi bibit.

baca juga : Ecobrick, Solusi Atasi Sampah Plastik selama Pandemi COVID-19

 

Indrawati Abdi, ibu rumah tangga penggiat ecobrick di Makassar memanfaatkan waktu stay at home dengan membuat ecobrick. Langkah ini menjadi solusi mengurangi meningkatnya volume sampah plastik selama masa pandemi COVID-19. Foto: Wahyu Chandra/Mongabay Indonesia.

 

Sampah Sektor Komersial Turun

Aliansi Zero Waste Indonesia (AZWI) juga menghelat diskusi virtual bertema “Zero Waste di Masa Pandemi Corona” dengan dua orang pemantik yaitu Melly Amalia, Manajer Kampanye YPBB dan Putu Bella, Koordinator Program Zero Waste Cities PPLH Bali.

Selain berisiko tinggi pada orang lanjut usia (lansia), COVID-19 ini juga rentan pada tenaga kebersihan, tenaga kesehatan, dan pekerja lain yang tidak dapat melakukan kerja dari rumah. Mereka disebut membutuhkan perlindungan khusus menghadapi pandemi corona.

Dikutip dari website AZWI rilis 16 April lalu menyatakan data yang dirilis berbagai daerah menunjukkan terjadinya pengurangan timbulan sampah harian dampak karantina ini. Di Kota Bogor terjadi penurunan volume timbulan sampah sebesar 100 ton, di Kota Denpasar turun 300 ton per hari, dan di Jakarta dari volume sampah harian sebesar 7.500 hingga 8.000 ton/hari berkurang sebanyak 620 ton/hari.

Menurut Melly Amalia, pengurangan sampah dari sektor komersial seperti restoran, pusat perbelanjaan dan pariwisata sehingga memang mengalami penurunan. Namun di sisi yang lain, terdapat peningkatan sampah rumah tangga karena perubahan pola konsumsi masyarakat pasca penerapan kebijakan kerja dari rumah dan pembatasan sosial.

“Sebagian besar masyarakat membatasi diri dengan hanya melakukan aktivitas di rumah. Tetapi untuk memenuhi kebutuhan konsumsi mereka belanja secara daring dengan tren kenaikan berdasarkan data riset antara 27-36 persen. Akhirnya timbulan sampah seperti kemasan plastik sekali pakai mengalami peningkatan” tambah Melly.

baca juga : Setelah 28 Tahun, Kualitas Udara di Jakarta Membaik

 

Seorang bocah menggunakan masker kain ditengah mewabahnya pandemi Covid-19. Foto: Falahi Mubarok/ Mongabay Indonesia

 

YPBB merangkum data dari pemerintah daerah di kawasan Bandung Raya (Kota Bandung, Kota Cimahi dan Kabupaten Bandung). Pertama, sampah dari kawasan komersial dan penyapuan jalan di Kota Bandung mengalami penurunan. Peningkatan sampah terutama organik terjadi di Kawasan Bebas Sampah (KBS) yang RT/RWnya melakukan pemilahan. Secara umum jumlah sampah yang terangkut ke TPA sama seperti sebelumnya. Kedua, di Kota Cimahi jumlah sampah yang diangkut ke TPA cukup stabil dengan angka 50-60 rit per hari. Ketiga, di Kabupaten Bandung jumlah sampah terutama di sungai menurut Dinas Lingkungan Hidup justru mengalami peningkatan karena sedang dilanda banjir.

Melihat data peningkatan timbulan sampah rumah tangga, penerapan gaya hidup zero waste diyakini menjadi semakin penting. Berikut tawaran langkah-langkah zero waste di masa pandemi corona. Pertama, pemilahan sampah harus tetap dilakukan karena dalam situasi saat ini jika sampah tidak terpilah para petugas akan semakin rentan tertular virus. Warga melakukan pengomposan mandiri agar meringankan beban para petugas.

Kedua, gunakan masker kain yang dapat dicuci ulang. Masker medis diperuntukan oleh para medis, dan pasien, masker medis juga merupakan masker sekali pakai yang akhirnya akan menjadi sampah. Ketiga, memisahkan sampah infeksius. Sebelum dibuang sebaiknya di potong-potong kecil terlebih dahulu supaya tidak digunakan kembali oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Setelah dipisahkan diberi label “sampah infeksius” tujuannya agar petugas dapat berhati-hati dalam proses pengambilan dan pengolahan.

Sampah jenis itu harus disimpan dengan kantong tertutup dengan diberikan label khusus. Bila tidak ada layanan pengangkutan sampah infeksius, maka simpan minimal 7 hari agar virus mati. Penanganan sampah infeksius/medis rumah sakit di masa pandemi corona harus mengacu prosedur operasional yang dikeluarkan kementerian kesehatan. Alat Pelindung Diri (APD) setelah digunakan harus disterilisasi atau dibersihkan dengan penyemprotan disinfektan.

Pengurangan sampah juga bisa dengan menjaga konsumsi tidak berlebihan. Tren belanja daring disiasati dengan menghindari penggunaan plastik sekali pakai. Tertarik mencoba?

 

 

Keterangan foto utama : Warga memilah sampah dari rumah. Gerakan pilah sampah dari rumah akan mempermudah penggunaan sampah sebagai bahan baku untuk di daur ulang. Foto: Falahi Mubarok/ Mongabay Indonesia

 

Exit mobile version