Mongabay.co.id

Angin Kencang Menerjang, Sejumlah Perahu Nelayan di Tuban Tenggelam

 

Bola mata Sodikin berkaca-kaca ketika melihat perahunya yang karam sore itu. Di atas jaring yang sudah diselamatkan terlebih dulu, ia memandangi bagian belakang sekoci perahunya yang pecah di kawasan Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Palang, Kabupaten Tuban, Jawa Timur, Minggu (12/05/2020).

Pria umur 42 ini menjelaskan, selain badan perahu, mesin dan alat tangkap juga rusak parah. Padahal, dia membelinya baru 6 bulan lalu, itupun dana hasil pinjaman ke bank.

Ia tidak sendiri melainkan patungan dengan keponakan, Mukhlisin (30). Akibat kejadian itu pria asal Jawa Tengah ini mengaku mengalami kerugian sekitar Rp400 juta.

“Kami tidak tau mau diapakan perahunya, kalau laku dijual ya dijual, mau diperbaiki juga biayanya tidak sedikit. Syukur-syukur ada bantuan dari pemerintah maupun keringanan dari pihak bank,” harap dia.

Sodikin bercerita perahunya berjenis ijon-ijon yang menggunakan alat tangkap cantrang tersebut diparkir di sebelah barat tanggul untuk menghindari musim angin timur. Dia tidak menyangka, di saat musim angin timur ternyata terjadi hujan dan angin kencang dari arah barat secara tiba-tiba.

Insiden terjadi sekitar jam 15:00-17:00 WIB sore hari, pada Sabtu (11/05/2020) saat dia sedang istirahat di rumah yang dipinjami mantan bosnya yang juga seorang nelayan.

baca : Ini Skema Jaring Pengaman Sosial untuk Nelayan dan Pekerja Perikanan

 

Nelayan mengevakuasi perahu yang tenggelam akibat angin kencang di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Palang, Kecamatan Palang, Kabupaten Tuban, Jawa Timur. Foto: Falahi Mubarok/Mongabay Indonesia

 

Warga melintas diantara perbekalan nelayan yang berhasil diselamatkan. Foto: Falahi Mubarok/Mongabay Indonesia

 

Cuaca Susah Ditebak

Hal senada juga disampaikan Ngatlan. Dia mengaku fenomena ini baru pertama kali terjadi sepanjang pengalamannya menjadi nelayan sejak tahun 1975. Akibat peristiwa itu perahu dengan ukuran 30 Gross Tonnage (GT) miliknya juga ikut terseret ombak karena angin kencang.

Padahal, lanjut dia, perahu dengan muatan yang sudah siap tersebut tinggal berangkat. Sudah ada es balok sejumlah 250 buah, solar 10 drum atau 3000 liter, dan juga perbekalan kebutuhan sehari-hari Para Awak Kapal Perikanan (AKP).

Biaya operasional tersebut biasanya digunakan kurang lebih selama 10 hari mencari tangkapan ikan di laut, dengan jarak tempuh minimal 140 mil. Sementara AKP sejumlah 15 orang. Untuk kerugian perbekalan ini kisaran Rp35 juta.

Kemudian kerugian lainnya seperti alat tangkap dan kondisi perahu yang rusak, ditaksir kerugiannya mencapai Rp600 juta. Belum biaya evakuasinya. Jika ditotal, mengalami kerugian kurang lebih Rp700 juta.

Lebih lanjut, dia mengatakan peristiwa ini baru pertama kalinya menimpa para nelayan di TPI setempat saat musim angin timur. Kejadian di luar dugaan. Untuk itu, untuk menghindari angin dari timur para nelayan banyak yang menyandarkan perahunya di sebelah barat tanggul TPI.

baca juga : Negara Wajib Selamatkan Ekonomi Masyarakat Pesisir dan Nelayan Skala Kecil

 

Perahu nelayan jenis ijon-ijon tersebut tenggelam pada hari Minggu, (10/05/2020) sore. Foto: Falahi Mubarok/Mongabay Indonesia

 

Namun, tiba-tiba sore hari terjadi hujan deras disertai dengan angin kencang, dan arah mata angin yang semulanya dari timur berubah dari barat. Awalnya dengan dibantu AKP lainnya, dia berusaha memindahkan perahu ke tempat yang lebih aman.

Tetapi nasib apes tidak bisa dihindari, pada saat perahunya sudah melaju tiba-tiba mesin pendorongnya rusak, seketika itu perahu miliknya diterjang ombak sampai membentur tanggul yang terbuat dari ditumpukan batu. Sehingga mengakibatkan badan perahu pecah. Selain itu, benturan dengan perahu lain juga menambah kerusakan perahu.

“Cuaca sekarang sulit ditebak, namanya alam. Total yang rusak 20an perahu. Tapi yang paling parah 4, termasuk punya saya,” tuturnya pria 60 tahun ini.

Padahal, tangkapan sekarang ini mulai bagus. Hanya harga ikan yang kurang baik karena dampak dari wabah corona. Saat musim angin barat banyak nelayan yang tidak berani melaut karena ombak relatif besar.

menarik dibaca : Nasib Nelayan Semakin Terpuruk di Saat Pandemi COVID-19

 

Mukhlisin (30), salah satu pemilik perahu berada diantara barang-barang yang berhasil diselamatkan. Foto: Falahi Mubarok/ Mongabay Indonesia

 

 

Proses Evakuasi

Sementara itu, beberapa pemilik perahu dan AKP melakukan evakuasi barang-barang perahu yang masih tersisa secara mandiri. Kondisi perahu bermacam-macam, ada yang rusak bagian belakang, ada yang bagian tengah, maupun depan. Sehingga separuh badan perahu tenggelam.

Nur Khazin, penyelam, salah satu petugas yang mengevakuasi menjelaskan untuk proses pengangkatan perahu ini membutuhkan minimal 30 drum. Sebelumnya, drum-drum tersebut diisi air. Kemudian dimasukkan ke bawah air laut, selanjutnya diisi angin menggunakan kompresor angin.

Setelah drum-drum sudah terpasang di badan perahu, selanjutnya ditarik dengan menggunakan perahu lain berjumlah 2 perahu ke tempat yang lebih dangkal.

Evakuasi dilakukan selama dua hari. “Biasanya sehari sudah bisa, tapi ini agak sulit karena airnya keruh. Jadi waktunya lama,” ujar pria yang sudah 15 kali mengevakuasi perahu nelayan yang tenggelam ini. Beruntungnya, peristiwa ini tidak sampai makan korban jiwa.

baca juga : Ketika Pendapatan Nelayan Berkurang Karena Angin Kencang

 

Nur Khazin, petugas penyelam usai memasang drum di badan perahu untuk mempermudah proses evakuasi. Foto: Falahi Mubarok/Mongabay Indonesia

 

Terpisah, Prakirawan Badan Meterologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Tuban, Putri Permatasani saat dihubungi pada Selasa (12/05/2020) menjelaskan sejumlah perahu yang tenggelam tersebut dikarenakan adanya angin kencang di wilayah laut Jawa bagian timur, dengan kecepatan angin maksimal 21 not atau sama dengan 38 km/jam. Sementara, tinggi gelombang mencapai 0,5 hingga 2,3 meter. Artinya, masuk kategori waspada.

Hal ini, lanjut Putri, dikarenakan terjadi masa peralihan musim dari musim hujan ke musim kemarau, atau disebut dengan pancaroba.

Sehingga, untuk dua minggu kedepan nelayan di area Tuban dan sekitarnya perlu mewaspadai terjadinya susulan curah hujan dengan intensitas lebat yang disertai petir dan angin kencang. “Di masa pancaroba ini arah angin lebih bervariasi, jadi nelayan harus lebih waspada” ujar perempuan asal Surabaya ini.

 

Exit mobile version