Mongabay.co.id

Foto: Satwa Liar dalam Bingkai Keanekaragaman Hayati Indonesia

 

 

Tak terbantahkan, tanah air kita sungguh kaya akan keanekaragaman hayati. Indonesia dikenal sebagai negara mega biodiversity denga iklim tropisnya. Secara geografis negara kita berada di antara dua benua, Asia dan Australia, dan diapit dua samudra, Pasifik dan Hindia.

Dalam buku “Status Hutan dan Kawasan Hutan Indoneisa 2018” dijelaskan bahwa Indonesia merupakan negara ke tiga dalam hal tingkat keanekaragaman hayati dunia, setelah Brazil dan Kolombia. Indonesia memiliki 120,6 juta hektar atau sekitar 63 persen dari luas daratannya sebagai kawasan hutan. Tentunya, dengan segala keanekaragaman hayati di dalamnya.

Baca: Satwa Rumahan, Komodo Tidak Ingin Hidup Selain di Indonesia

 

Kangkareng perut-putih yang penting bagi ekosistem hutan sebagai penebar biji. Foto: Asep Ayat

 

LIPI memperkirakan sebanyak 300.000 jenis satwa liar atau sekitar 17% satwa di dunia terdapat di Indonesia, walaupun luas Indonesia hanya 1,3% dari luas daratan dunia.

Lebih jauh, dalam dokumen Indonesian Biodiversity Strategy and Action Plan [IBSAP] 2015-2020 yang disusun BAPPENAS 2016, disebutkan bahwa Indonesia memiliki 1.605 jenis burung, 723 jenis reptil, 385 jenis amfibi, 720 jenis mamalia, 1.248 jenis ikan air tawar, serta 197.964 jenis invertebrata. Sedangkan flora, terdiri 91.251 jenis tumbuhan berspora, 120 jenis gymnospermae, serta sekitar 30.000-40.000 jenis tumbuhan berbunga.

Baca: Foto: Momen Indah Satwa Liar di Lingkungan Hidup Kita

 

Ular boiga coklat [boiga drapiezii], termasuk ular berbisa menengah dan bertaring belakang. Foto: Asep Ayat

 

Indonesia dikenal juga sebagai negara yang memiliki daftar panjang satwa liar terancam punah. Tanpa pengelolaan dan upaya konservasi bijaksana, dikhawatirkan akan terjadi kepunahan di masa mendatang.

Faktor utama yang mengancam kepunahan tersebut adalah kerusakan habitat, perburuan satwa liar, introduksi spesies, dan konversi hutan alam ke pemanfaatan lain.

Baca juga: Burung Terancam Punah Penghuni Pulau Rambut

 

Katak pohon hijau [Rhacophorus reinwardtii], jenis katak yang mempunyai selaput seperti kaki bebek, digunakan untuk meluncur atau terbang dari satu pohon ke pohon lainnya. Foto: Asep Ayat

 

Banyak cara sederhana bisa kita lakukan untuk melestarikan satwa liar beserta habitatnya. Salah satu aksi itu melalui fotografi. Sebut saja Indonesia Wildlife Photography [IWP] dan komunitas lain yang telah memulainya.

 

Simpai [Presbytis melalophos], habitat alaminya hutan tropis kering atau subtropis. Foto: Asep Ayat

 

Dijelaskan Ady Kristanto, pendiri IWP, ide ini berawal dari hobi motret satwa liar yang selanjutnya menjadi visi dan misi untuk melestarikan alam liar Indonesia. Komunitas ini telah melahirkan beberapa buku terkait satwa liar perkotaan, sebagai wujud nyata untuk pelestarian keanekaragaman hayati.

 

Orangutan yang mulai kehilangan habitatnya, hutan. Foto: Asep Ayat

 

Memotret satwa liar tidak harus jauh, bisa kita mulai di sekitar kehidupan keseharian kita. Sebut saja burung, mamalia, reptil, amfibi, dan serangga.

Dari sini, kita bukan sekadar memotret, tapi juga berkesempatan menyatu dengan alam. Selanjutnya, kita bisa menjelajah alam liar sekaligus menikmati prosesnya. Jepretan momen indah satwa liar bisa memberikan informasi bahwa begitu kayanya Indonesia.

Sebut saja komodo [Varanus komodoensis] yang habitatnya berada di Taman Nasional Komodo. Kadal raksasa ini diperkirakan hidup di Bumi sejak 4 juta tahun silam. Satwa ini memiliki keistimewaan, mulai dari kemampuannya berlari hingga kecepatan 20 kilometer per jam serta penciumannya yang tajam.

 

Komodo, satwa kebanggaan Indonesia yang hidup di Nusa Tenggara Timur. Foto: Asep Ayat

 

Atau, harimau sumatera [Panthera tigris sumatrae], subspesies tersisa di Indonesia. Dua subspesies lainnya yang pernah ada yaitu harimau jawa dan harimau bali telah dinyatakan punah. Harimau bali punah pada 1940-an dan harimau jawa sekitar 1980-an.

 

Harimau sumatera. Foto: Asep Ayat

 

Begitu juga dengan keberadaan jenis burung. Kangkareng perut-putih adalah satu dari 13 jenis rangkong yang hidup di hutan kita. Jenis ini sangat penting menjaga keseimbangan alam yaitu sebagai agen pemencar biji di belantara.

 

Kangkareng perut-putih. Foto: Asep Ayat

 

Foto satwa liar bisa menjadi media informasi penyadartahuan kepada semua orang, terutama memberi pemahaman untuk jenis-jenis dilindungi.

 

Capung jarum sedang berkembang biak. Foto: Asep Ayat

 

Banyak langkah sederhana lain juga yang bisa kita terapkan sehari-hari untuk membantu pelestarian satwa liar di alam. Tentunya, bisa kita mulai dari diri kita sendiri. Misal, dengan menanam pohon yang tidak hanya bermanfaat bagi lingkungan kita, tetapi juga sebagai habitat burung. Atau, tidak buang sampah sembarangan.

 

Hutan dataran rendah Sumatera. Foto: Asep Ayat

 

Selamat Hari Keanekaragaman Hayati Dunia, 22 Mei 2020. Hijau Bumiku, lestari satwa liarku!

 

*Asep AyatPemerhati burung liar dan menyenangi fotografi. Tinggal di Bogor, Jawa Barat

 

 

Exit mobile version