Mongabay.co.id

Berkat Aplikasi Cuaca, Nelayan Malang Bisa Antisipasi Gelombang Pasang dan Banjir Rob

 

Puluhan nelayan Kondangmerak, Desa Sumberbening, Kecamatan Bantur, Kabupaten Malang, Jawa Timur membersihkan rumah dari hempasan gelombang pasang atau banjir rob yang menerjang pesisir pada 27-28 Mei 2020. Sebanyak 48 keluarga nelayan bermukim di pesisir pantai Kondangmerak. Mereka menggantungkan hidup dari mencari ikan kakap, kerapu, lobster dan tengiri. Ikan bernilai ekonomis tinggi yang berhabitat di antara terumbu karang.

Banjir rob dan gelombang tinggi menyebabkan nelayan tak melaut. Mereka memilih berdiam diri di rumah. Menunggu cuaca kembali bersahabat. Padahal saat ini, merupakan musim lobster. “Saat hujan, air yang mengalir dari muara besar, musim menangkap lobster,” kata salah seorang nelayan Kondangmerak, Aral Subagyo kepada Mongabay Indonesia, Senin (1/6/2020).

Momen untuk memanen lobster dibiarkan berlalu. Keselamatan dan keamanan jiwa, katanya, lebih utama. Saat cuaca mendukung, katanya, menebar jaring menangkap lobster efektif. Nelayan mengenakan pelampung untuk menebarkan jaring.

Puncak musim lobster biasanya terjadi pada Desember. Selain itu, saat ini juga musim ikan kerapu dan kakap. Jika kondisi normal, mereka akan kembali melaut dan menebar jaring mencari ikan bernilai ekonomis. Apalagi, sejak pandemi COVID-19, harga ikan anjlok. Nelayan berharap mendapat hasil melimpah, menebus musim paceklik.

Nelayan kembali bergairah melaut setelah harga ikan tangkap kembali normal. Sebelumnya, harga ikan anjlok sejak pandemi COVID-19. Harga lobster sebelumnya Rp150 ribu/kg naik menjadi Rp300 ribu/kg, ikan kakap awalnya Rp15 ribu/kg naik menjadi Rp45 ribu/kg, ikan kerapu menjadi Rp45 ribu/kg, tengiri hitam Rp35 ribu/kg dan tengiri putih Rp55 ribu/kg.

baca : Hujan Deras dan Pasang Air Laut  Picu Banjir Bandang di Pantura Lamongan

 

Seorang nelayan di Malang selatan Jatim memperlihatkan seekor lobster hasil tangkapannya. Foto : Eko Widianto/Mongabay Indonesia

 

Antisipasi Nelayan 

Nelayan Kondangmerak telah mengantisipasi potensi gelombang tinggi dan banjir rob. Mereka mengangkat perahu dari laut ke daratan setelah mengetahui ancaman gelombang tinggi dan banjir rob yang bakal melanda pesisir selatan Jawa. Perahu diatur berjajar di bibir pantai laut selatan.

Perahu diisi air penuh, agar tak terseret air dan menghantam pepohonan atau bangunan. Hasilnya, hanya satu perahu yang rusak ringan, bisa diperbaiki dan digunakan kembali melaut. Nelayan setempat mengetahui cuaca buruk setelah membaca prakiraan cuaca yang diunggah di aplikasi Surf Forecast Grajakan dan Windy. “Sebelum hari raya Idul Fitri, kami sudah mengantisipasi,” kata Aral Bagyo.

Aplikasi tersebut menjadi patokan nelayan untuk mengetahui kondisi perairan di laut lepas. Sejak dua tahun ini, mereka memanfaatkan aplikasi tersebut. Aplikasi ini menuntun nelayan mengetahui prediksi cuaca, jika 2 hari sampai 7 hari ke depan bakal terjadi gelombang tinggi.

Benar saja, kata Bagyo, sejak Selasa sore (26/5/2020) hujan mengguyur kawasan Kondangmerak. Sedangkan mulai Rabu pagi (27/5/2020) terjadi gelombang tinggi hingga menyebabkan banjir rob. Ketinggian gelombang antara empat meter sampai lima meter.

Air masuk ke pemukiman nelayan di tepi pantai Kondangmerak sejauh 100 meter. Bahkan air masuk ke dalam rumah hingga setinggi lutut orang dewasa, “Banjir rob terjadi mulai jam 9 pagi sampai 12 siang,” katanya.

Di Kondangmerak sebanyak 48 nelayan yang aktif menangkap ikan. Sebagian alat tangkap banyak yang hilang terseret gelombang pasang. Seperti jaring dan boks wadah ikan. Gelombang dan banjir rob, katanya, merupakan peristiwa tahunan. “Rutin. Tapi tak tahu kapan datangnya,” ujar Bagyo.

baca juga : Rob dan Gelombang Tinggi Akibatkan Bencana, Nelayan Juga Kian Terpuruk

 

Para nelayan menarik perahu ke daratan mencegah kerusakan yang ditimbulkan gelombang tinggi dan banjir rob. Foto : Sahabat Alam

 

Ketua Sahabat Alam (Salam) Indonesia Andik Syaifuddin mendampingi para nelayan menjelaskan jika nelayan tak panik. Mereka telah siap dan mengantisipasi dampak gelombang tinggi tersebut. “Tak ada kerusakan yang berarti,” katanya.

Apalagi, gelombang pecah menghantam karang sebelum bergulung ke pantai Kondangmerak. Gelombang tinggi pernah terjadi 2016 lalu dan cukup parah. Saat itu, nelayan tak mengenal aplikasi prakiraan cuaca. Air masuk ke dalam rumah dan alat tangkap hilangm serta sayap perahu patah.

Kini dengan aplikasi yang ditanamkan di telepon pintar, nelayan bisa mengetahui prakiraan cuaca. Ketinggian ombak, curah hujan, kecepatan angin dan arus. Sehingga para nelayan bisa mengantisipasi. “Dulu menggunakan perhitungan pranata mangsa warisan dari leluhur,” katanya.

Sedangkan data dan informasi dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) disampaikan secara global. Tak ada data mendetail bagaimana kondisi dan prakiraan cuaca yang dibutuhkan para nelayan. “Nelayan tenang, tak panik,” ujarnya.

Sebelumnya, saat harga ikan murah para nelayan beserta Sahabat Alam Indonesia memilih memperbaiki terumbu karang. Serta melakukan transplantasi karang di pesisir Kondangmerak. Memperbaiki terumbu karang diharapkan bisa memperbaiki ekosistem biota laut. Namun, mereka belum mengecek apakah terjadi kerusakan terumbu karang hasil transplantasi.

Total nelayan melakukan transplantasi terhadap terumbu karang seluas dua hektare. Limpahan di muara beberapa waktu lalu, katanya, mempengaruhi salinitas atau kadar garam air laut. Biasanya, kata Andik, terumbu karang dekat muara rata-rata mati. Sedangkan karang yang jauh dari muara tetap selamat. Terumbu karang penting sebagai habitat ikan tangkapan nelayan.

perlu dibaca : Negara Wajib Selamatkan Ekonomi Masyarakat Pesisir dan Nelayan Skala Kecil

 

Kondisi perahu nelayan usai diterjang banjir rob di pantai Kondangmerak, Bantur, Kabupaten Malang, Jatim. Foto : Sahabat Alam

 

Peringatan BMKG 

Sebelumnya BMKG Maritim mengeluarkan Peringatan Dini Banjir Pesisir (Rob) berlaku 27-28 Mei 2020. Masyarakat pesisir dihimbau waspada dengan prediksi terjadinya banjir rob yang yang dapat menganggu aktivitas transportasi disekitar pelabuhan dan pesisir serta aktivitas perikana., “Aktivitas petani garam, perikanan dan bongkar muat di pelabuhan terganggu.”

Peringatan tersebut tersebar di media sosial, dan memprediksi banjir pesisir atau rob terjadi di pesisir Barat Lampung, Selatan Jawa, Bali, dan NTB. Serta mencantumkan Call Center 021-654631518. Peringatan dini dikeluarkan Kedeputian Bidang Meteorologi BMKG.

Sekretaris Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Malang, Bagio Setiono menjelaskan banjir rob mempengaruhi sejumlah perahu nelayan rusak. Kerusakan perahu, katanya, merupakan risiko nelayan. Para nelayan juga sudah memperkirakan gelombang tinggi tersebut sejak ada peringatan BMKG.

“BMKG Maritim memprediksi gelombang tinggi sampai tujuh meter,” katanya. Gelombang tinggi  dipengaruhi pola sirkulasi angin di Samudra Hindia barat Sumatera serta di belahan bumi selatan yang bertiup dari arah timur hingga tenggara dengan kecepatan 3 sampai 20 knot.

Banjir rob juga menggenangi permukiman nelayan di sejumlah pantai di Malang Selatan. Namun, tak ada kerusakan dan korban jiwa dalam kejadian ini. Apalagi, pantai dalam kondisi kosong tak ada wisatawan.

Sejak pandemi COVID-19, seluruh pantai di pesisir selatan Kabupaten Malang ditutup untuk wisatawan. Antara lain pantai Tamban, Ngateb, Bajul Mati, Sendangbiru, Banyumeneng dan pantai lain di sepanjang Malang selatan.

Sekretaris Palang Merah Indonesia (PMI) Kabupaten Malang Aprillijanto menjelaskan jika para relawan telah dikerahkan untuk membantu membersihkan rumah yang terendam banjir rob. Namun, tak ada kerusakan yang berarti sehingga harus dilakukan perbaikan. “Paling besar di pantai Tamban, Desa Tambak Rejo, Daerahnya lebih rendah,” katanya.

Para relawan Siaga Bencana Berbasis Masyarakat (Sibat) juga telah mengidentifikasi saat terjadi banjir rob. Mereka merupakan relawan warga desa setempat yang terlatih menangani bencana alam.

 

Exit mobile version