- Pada Selasa (26/05/2020) dini hari, banjir bandang terjadi menerjang dua daerah di wilayah Pantura Lamongan, yaitu di Kecamatan Brondong dan Paciran.
- Lebih dari 400 Kepala Keluarga dengan jumlah penduduk 535 jiwa yang mengalami kebanjiran.
- Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya banjir bandang di beberapa wilayah Lamongan Pantura ini. Diantaranya karena intensitas hujan terlalu tinggi, dipicu dengan adanya rob atau air laut pasang.
- BMKG mendeteksi lahirnya siklon tropis Mangga di Samudra Hindia sebelah barat daya Bengkulu pada 21 Mei 2020 pukul 19.00 WIB. Untuk itu pihaknya menghimbau agar masyarakat lebih waspada.
Abdul Ghofur hanya bisa pasrah, puluhan ponsel berbagai merek dan juga kartu perdana di lapak yang disewanya di kawasan pasar Blimbing, Kecamatan Paciran, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur, rusak terendam banjir bandang.
Tidak hanya itu, banjir yang terjadi pada Selasa (26/05/2020) juga mengacaukan aksesoris telepon selular yang dia jual di lapak dengan ukuran panjang 5 meter dan lebar 4 meter itu. Akibat kejadian tersebut pria 41 tahun ini mengaku mengalami kerugian hingga puluhan juta rupiah.
“Kejadiannya sekitar jam 02.00 WIB dini hari. Sedangkan kondisi saya sudah di rumah. Taunya baru tadi pagi jam 06.00 WIB, saya langsung tancap gas ke kedai,” kata pria berjenggot ini. Sementara konter baru tutup jam 23.00 WIB.
baca : Rob dan Gelombang Tinggi Akibatkan Bencana, Nelayan Juga Kian Terpuruk

Dia berfikir air tidak sampai merendam barang-barang elektronik di kedai yang disewanya itu. Karena berdasarkan pengalaman tahun-tahun sebelumnya banjir yang terjadi hanya selutut orang dewasa. Jadi perlengkapan masih aman.
Namun, banjir kali ini berbeda. Airnya lebih tinggi, rata-rata satu meter lebih. Sementara saat kejadian dia sudah pulang, dari rumah ke lapak jaraknya sekitar lima kilometer. Sehingga, dia tidak sempat menyelamatkan barang-barang elektronik di kedai yang disewanya itu.
“Kaget saya begitu sampai lapak, kondisinya berantakan. Lumpur sisa banjir masih menempel di tembok. Beruntung komputer masih sempat saya amankan,” ujarnya.
baca juga : Langganan Banjir, Samarinda Harus Serius Perbaiki Lingkungan

Perlu Normalisasi Sungai
Selain menggenangi rumah warga, banjir juga menggenangi tempat ibadah, pasar dan tempat sekolah. Ilham Teddy, warga lain juga mengatakan hal sama, banjir memang seringkali terjadi di kawasan padat penduduk ini. Hanya kondisi saat ini lebih parah dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Akibat kejadian itu, pria berumur 20 tahun ini rela kehilangan satu unit sepeda motor miliknya. Berbeda dengan lapak Ghofur, rumah Teddy panggilan akrabnya ini berdekatan dengan sungai. Sehingga saat banjir datang kendaraannya ikut terseret arus, dan tidak berhasil diselamatan.
“Banjir datangnya cepat sekali. Kejadian yang tidak terduga. Padahal awalnya cuaca cerah,” katanya. Saat banjir datang warga sudah banyak yang tidur. Sedang ketika dini hari, dia berencana akan berangkat ke Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Brondong untuk mengecat perahu.
Akhirnya dia urungkan niatnya itu, dan lebih memilih membangunkan tetangga-tetangga terdekatnya. Ada yang berhasil menyelamatkan barang-barangnya, banyak juga yang tidak tertolong.
Selain sepeda motor, lanjut pria yang berprofesi sebagai nelayan ini, banjir yang terjadi juga merusak barang-barang lain yang dia miliki, seperti televisi, sound, kulkas.
perlu dibaca : Derita Warga Terkena Banjir dan Longsor di Masa Pandemi

Saat dihubungi, Muslimin, Kasi Tanggap Darurat Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Lamongan, menjelaskan, banjir bandang yang terjadi ini menerjang dua daerah di wilayah Pantura Lamongan, yaitu di Kecamatan Brondong dan Paciran.
Dia menyebut, di Desa Sumberagung yang kebanjiran kurang lebih ada 60 Kepala Keluarga, kemudian yang terjadi di sepanjang aliran sungai kali asin ada sekitar 350 Kepala Keluarga dengan jumlah penduduk 535 jiwa. Peristiwa yang terjadi ini juga mengakibatkan empat rumah mengalami rusak berat. Sementara, untuk kerugiannya ditaksir sampai ratusan juta.
Dia menyebut, ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya banjir bandang di beberapa wilayah Lamongan Pantura ini. Diantaranya karena intensitas hujan terlalu tinggi, dipicu dengan adanya rob atau air laut pasang. Selain itu, kondisi sedimentasi sungai yang semakin tinggi juga mempengaruhi, begitu juga drainase yang semakin sempit.
“Akhirnya sampah jadi menumpuk dan menyumbat di bawah jembatan. Sehingga air pembuangannya tidak lancar,” katanya kepada Mongabay Indonesia melalui telepon, Kamis (28/05/2020).
baca juga : Banjir Terjang Lamongan, Ratusan Desa Terendam

Untuk itu, supaya peristiwa seperti ini tidak terjadi lagi, BPBD setempat merekomendasikan kepada Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) berkoordinasi dengan pihak Kecamatan untuk melakukan normalisasi sungai yang ada di dua wilayah yang terdampak ini. Jika itu tidak dilakukan, kedepan banjir bisa terulang kembali.
Sementara, dari awal tahun 2020 sampai sekarang ini, kata Muslimin, sudah ada 25 kasus bencana yang terjadi di wilayah Lamongan. “Banjir kemarin menggenangi 115 desa yang di 17 kecamatan. Saya berharap tahun depan angka kasus bencana bisa menurun,” ujarnya.
Waspadai Siklon Tropis “Mangga”
Sementara itu, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) dalam keterangan tertulis melalui Tropical Cyclon Warnig Centre (TCWC), Jakarta, mendeteksi lahirnya siklon tropis Mangga di Samudra Hindia sebelah barat daya Bengkulu pada 21 Mei 2020 pukul 19.00 WIB. Berdasarkan analisanya pada waktu itu, siklon tersebut berada di 9.8 LS dan 93.0 BT, atau sekitar 1220 km barat daya Kerinci.
Untuk saat ini siklon tropis Mangga mempunyai tekanan udara minimum di pusatnya sebesar 998 hPa dengan kecepatan angin maksimum berkisar antara 35 knot. Siklon ini diperkirakan menguat dalam 24 jam ke depan dengan pergerakan ke arah tenggara-selatan menjauhi kawasan Indonesia.
Namun, keberadaanya mengakibatkan pertumbuhan awan hujan di beberapa daerah di Indonesia seperti Sumatra Barat, Bengkulu, Lampung, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat (NTB), Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur.
baca juga : Ratusan Hektar Sawah Kebanjiran, Petani Bisa Klaim Asuransi Kegagalan

Untuk itu, BMKG menghimbau kepada masyarakat untuk waspada. Sebab, daerah-daerah tersebut berpotensi terkena dampak tidak langsung berupa hujan lebat disertai dengan angin kencang.
Selain itu, potensi gelombang laut dengan ketinggian lebih dari 3 meter diprakirakan terjadi di beberapa wilayah perairan di Indonesia, seperti di Perairan Selatan Jawa, Samudra Hindia Selatan Jawa hingga selatan NTB.
“Sehingga, nelayan dan kapal yang melintas diimbau untuk waspada dan berhati-hati. Masyarakat tetap berhati-hati potensi terjadinya angin kencang dan hujan lebat yang dapat menimbulkan dampak seperti banjir, tanah longsor dan banjir bandang,” kata Pelaksana tugas Deputi Bidang Meterologi BMKG, Herizal.
