Mongabay.co.id

Seekor Paus Sperma Kerdil Terdampar, Warga Malah Memotong Dagingnya

 

Seekor individu diduga paus sperma kerdil atau Kogia sima (dwarf sperm whale) terlihat terluka penuh darah terdampar di Pantai Lembeng, Gianyar, Bali pada Kamis (18/6/2020) sore. Paus kerdil malang itu kemudian ditarik sejumlah orang dengan bantuan sebatang bambu dan tali yang diikatkan di ekornya. Selanjutnya, satwa laut ini jadi potongan daging.

Sebuah video yang memperlihatkan upaya beberapa orang menarik paus terdampar mati ini diposting sejumlah akun sosial media. Salah satunya akun instagram InfoGianyar_ yang menyebut satwa ini dipotong salah satunya untuk diambil minyaknya karena diyakini bermanfaat untuk obat dan kegiatan spiritual.

Setelah mendapat informasi, tim dari BKSDA Bali menuju ke Pantai Lembeng pada hari Jumat (19/06/2020). Dalam siaran persnya, tim Balai KSDA Bali berkoordinasi dengan Kasatpolair Polres Gianyar, Binmas Polsek Sukawati, Kelian Banjar Gumicik, Perbekel Desa Ketewel dalam rangka menindaklanjuti info terkait terdamparnya satwa tersebut. Hasil identifikasi awal dilakukan bersama dengan BPSPL Denpasar disimpulkan sementara bahwa paus terdampar tersebut adalah jenis paus lodan (Kogia sima).

baca : Paus Sperma Kerdil ini Mati dalam Penyelamatan

 

Seekor paus sperma kerdil Kogia sima (dwarf sperm whale) kembali terdampar terluka penuh darah terdampar di Pantai Lembeng, Gianyar, Bali pada Kamis (18/6/2020) sore dan akhirnya mati. Foto : istimewa

 

Ketika tim BKSDA Bali dan instansi lain tiba di lokasi kejadian, paus sudah tidak ada dan hanya menemukan adanya bercak darah di pasir dan di anyaman daun kelapa. Tim penelusuran ini berkoordinasi dengan Kelian Banjar Gumicik untuk mengetahui pelakunya. Dari informasi yang dihimpun, diperoleh keterangan keberadaan alamat rumah pembuat video, sumber awal informasi ini.

Pelaku diberikan pembinaan dan sosialisasi tentang Peraturan Menteri LHK No.P.106//MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2018 tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa yang dilindungi dan UU No.5/1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistemnya. Paus sperma kerdil juga dilindungi berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) No. 7 Tahun 1999. Pengawetan Jenis Tumbuhan Dan Satwa. Selanjutnya daging paus yang masih tersisa dalam botol air mineral diserahkan kepada Polres Gianyar. Potongan sampel daging ini diambil pihak BPSPL Denpasar untuk uji DNA.

Perbekel Desa Ketewel memohon maaf atas perbuatan warganya yang tidak melaporkan kejadian paus terdampar serta telanjur memotong paus tersebut untuk diambil minyaknya. Mereka mengusulkan dipasang papan himbauan di Pantai Lembeng tentang satwa laut dilindungi agar diketahui masyarakat luas.

Pelaku menandatangani surat pernyataan untuk tidak mengulangi perbuatannya dengan saksi dari BPSPL Denpasar, PSDKP Benoa, BKSDA Bali, Polairud Polres Gianyar, Perbekel Ketewel, dan lainnya.

baca juga : Ada Potongan Plastik dan Cacing di Paus Sperma Kerdil Ini

 

Seekor paus sperma kerdil Kogia sima (dwarf sperm whale) kembali terdampar terluka penuh darah terdampar di Pantai Lembeng, Gianyar, Bali pada Kamis (18/6/2020) sore dan akhirnya mati. Foto : istimewa

 

Pada Kamis (18/06/2020) pagi juga beredar informasi berupa video di media sosial tentang pertarungan dua ekor satwa yang diduga lumba-lumba di pantai Semawang Sanur, Denpasar. Dari informasi tersebut petugas BKSDA Bali menuju ke lokasi kejadian dan menemukan salah satu saksi mata yang bernama I Nyoman Nener, seorang nelayan di pantai itu. Dari catatan BKSDA disebut saksi menyatakan lumba-lumba itu menabrak tali jangkar dari perahu nelayan yang diparkir di pinggir pantai.

Diduga karena kejadian itu, lumba-lumba seperti kehilangan arah, berenang terlalu menepi sehingga menabrak karang atau krib penahan ombak di pantai dan berakibat luka pada tubuh satwa tersebut. Setelah itu, saksi melihat satwa kembali ke tengah laut. Agus Budi Santosa, Kepala BKSDA Bali mengatakan pihaknya sudah memberikan sosialisasi di lokasi tentang satwa dilindungi.

Sementara itu Permana Yudiarso, Kepala BPSPL Denpasar menyampaikan kemungkinan dari dua kejadian ini. Satwa yang diduga lumba-lumba itu bisa jadi paus kerdil Kogia Sima yang mati dan kemudian dipotong-potong itu.

Setelah melihat dua video rekaman yang ada, Yudi panggilan akrabnya, menganalisis bahwa paus sperma kerdil berenang menuju tanggul penahan ombak kemungkinan karena dikejar predator, dan mengeluarkan cairan berwarna hitam pekat yang awalnya diduga darah.

Saat itu, air laut sedang pasang dan bergelombang, dan di perairan sekitarnya air berwarna hitam. Ia mengatakan kalau lumpur atau limbah tak seperti itu. Air menghitam nampak banyak, dan tidak ada saluran pembuangan limbah. Dan perilaku paus sperma kerdil, lanjutnya, memang mengeluarkan cairan tinta hitam bila diserang predator seperti yang dilakukan cumi-cumi.

Selain itu, dari indentifikasi morfologi dalam video itu, kata Yudi, sirip dorsal (punggung) berada agak ke belakang dekat sirip ekor atau pada sepertiga bagian tubuh belakang. Itu merupakan ciri paus sperma kerdil, bukan lumba-lumba.

Sampai kemudian pada sore hari ada laporan beberapa warga sedang menggotong paus dan foto memotong dagingnya. Pada Jumat (19/6/2020), tim BPSPL Denpasar meneliti ke lokasi dan ditemukan di Pantai Lembeng, Gianyar. Di sekitar lokasi ada ada bekas darah. Ada kemiripan juga dengan foto lokasi di video yang beredar. Kepala lingkungan dan sejumlah instansi akhirnya menemui pelaku pemotong dan memberitahu regulasi perlindungannya. Karena pelaku mengklaim tidak tahu, petugas memberikan informasi peraturan yang ada dan meminta pelaku menandatangani pernyataan untuk tidak mengulangi lagi.

baca juga : Belajar dari Pearlie, Paus Sperma Kerdil Betina yang Mati Terluka

 

Warga memotong untuk dikonsumsi seekor paus sperma kerdil itu dan memotong daging paus sperma kerdil yang terdampar di Pantai Lembeng, Gianyar, Bali, Kamis (18/6/2020) sore. Foto : istimewa

 

Untuk membuktikan jenis satwa, sampel daging akan diuji DNA. “Habitat Kogia sima di selatan Bali, banyak kejadian terdampar,” lanjutnya. Daging juga sudah dipotong kecil, dan ada pengakuan untuk diambil minyaknya.

Prosedur DNA ini menurutnya cukup rumit, dalam beberapa tahap termasuk sekuensing DNA, dan hanya memastikan jenis individu satwa yang sudah dipotong itu. Sementara untuk peristiwa pertama, perlu verifikasi lanjutan.

 

Kasus penyelamatan paus kerdil

Paus sperma kerdil ini masuk famili Kogidae, spesies Kogia sima. Paus jenis ini terakhir dilaporkan mati setelah berupaya diselamatkan petugas pada Senin (2/09/2019)  di Pantai Serangan, Denpasar, Bali.

Sebelumnya, paus sperma kerdil dilaporkan mati setelah berupaya diselamatkan warga pada 11 Maret 2019 di Pantai Rangkan, Gianyar, Bali. Dekat dengan Pantai Lembeng, lokasi terdampar mati kasus di atas.

Dari hasil nekropsi, temuannya adalah paus sperma ini jantan, ada parasit cacing nematoda, jenisnya perlu identifikasi lagi. Terjadi pembesaran usus besar, perlu konfirmasi apakah sesuai anatomi paus. Berikutnya ada potongan plastik di ususnya, tercampur dengan makanannya seperti udang.

Saat itu warga dengan sekuat tenaga terus mendorong sampai berenang lebih ke tengah, berusaha memberi penyelamatan. Namun si paus kerdil akhirnya mati terdampar.

Sebelumnya pada tahun 2015, paus jenis ini pernah terdampar sebanyak 3 ekor di perairan dangkal sekitar jalan tol Tanjung Benoa. Habitatnya disebut ada di seluruh dunia dengan kondisi perairan tropis.

 

Ilustrasi. Bangkai paus sperma kerdil yang terdampar di perairan di perairan Serangan, Denpasar, Bali pada Senin (2/09/2019). Hasil Nekropsi menunjukkan paus sperma ini mengalami infeksi kronis pencernaan dari kerongkongan, lambung, sampai usus. Foto : BKSDA Bali/Mongabay Indonesia

 

Klasifikasi kondisi mamalia laut yang terdampar berdasarkan Geraci & Lounsbury 1993: Kode 1: alive (hewan masih hidup). Kode 2: fresh dead (hewan baru saja mati, belum ada pembengkakan). Kode 3: moderate decomposition (bangkai mulai membengkak). Kode 4: advance decomposition (bangkai sudah membusuk). Kode 5: severe decomposition (bangkai sudah mulai memutih menjadi kerangka, atau sudah jadi kerangka).

Putu Liza, seorang peneliti paus dan lumba-lumba dari Bali yang sekolah dan mukim di Australia, melalui blognya, putuliza.blogspot.co.id menyebutkan penyebab patologis perlu dibuktikan dengan nekropsi. Misal, studi analisisnya adalah peristiwa 48 paus pemandu sirip pendek (Globicephala macrorhynchus) yang terdampar di Pulau Sabu, Nusa Tenggara Timur pada Oktober 2012. Sebagian besar mati.

Nekropsi di bagian kepala dan telinga dapat melihat indikasi perdarahan dalam (haemorrhage) akibat sonar atau kegiatan seismik (Cox et al. 2006;Yang et al. 2008) dan kemungkinan parasit (Morimitsu et al. 1987). Nekropsi di bagian pencernaan dapat mengungkapkan adanya benda asing (seperti sampah plastic). Nekropsi organ dalam lain seperti ginjal, hati dan kelenjar limfatik dapat mengungkapkan emboli akut (acute embolism) yang bisa menjadi indikasi dampak kegiatan seismic atau sonar (Jepson et al. 2003).

Perempuan peneliti wisata bahari ini menyebut beberapa sebab patologis (seperti benda asing dan parasit) hanya akan mempengaruhi beberapa ekor paus pemandu dalam satu kelompok, tidak seluruh kawanan. Namun karena paus pemandu (seperti halnya paus bergigi, Odontocetes) biasa bergerombol, maka jika satu hewan sakit dan terdampar (terutama pimpinannya), maka yang lain pun juga terdampar. Namun demikian, perdarahan internal atau emboli akut dapat disebabkan oleh sonar buatan manusia, sehingga mempengaruhi lebih banyak hewan di dalam kawanan. Gempa bumi dapat juga menyebabkan paus disorientasi dan terdampar (Kirschvink 2000).

 

 

Exit mobile version