Mongabay.co.id

Wisata Bahari Menghadapi New Normal Pandemi

 

Sudah satu semester pandemi COVID-19 menyerang global. Sampai saat berita ini ditulis, sudah 810.421.869 orang positif terjangkit corona dan 508.422 orang meninggal dunia menurut data worldometers. Semua orang dipaksa untuk mengunci diri di dalam rumah masing-masing. Dan roda perekenomian berputar sangat pelan dan nyaris terhenti.

Presiden Jokowi pun menyerukan untuk hidup berdamai dengan corona. Ini dimaksudkan supaya kita semua bisa tetap melanjutkan kehidupan seperti biasa dengan menerapkan protokol kesehatam. Walaupun beberapa sektor, seperti pendidikan dasar dan menengah tetap dilakukan dari dalam rumah.

Ketua Tim Pakar Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, Wiku Adisasmita mengatakan, new normal adalah perubahan perilaku untuk tetap menjalankan aktivitas normal. Namun, perubahan ini ditambah dengan menerapkan protokol kesehatan guna mencegah terjadinya penularan Covid-19.

Pada masa normal baru, beberapa sektor mulai dibuka atau diaktifkan kembali dengan memperhatikan protokol kesehatan. Salah satunya adalah pariwisata. Sektor penghasil devisa negara ini memang paling terdampak pandemi COVID-19.

baca : Kawasan Konservasi dan Wisata Alam Bakal Buka Bertahap

 

Seorng penyelam sedang menikmati keindahan bawa laut di perairan Bolaang Mongondow Selatan, Sulawesi Utara. Foto : Anton Wisuda/Mongabay Indonesia

 

Sebelumnya Ketua Gugus Tugas Nasional Percepatan Penanganan COVID-19, Doni Monardo, dalam acara konferensi pers di Jakarta, Senin (22/6/20) mengatakan, kawasan pariwisata alam akan buka bertahap untuk memulai aktivitas berbasis ekosistem dan konservasi dengan risiko COVID-19 paling ringan.

Kawasan wisata itu, katanya, terdiri dari wisata bahari, konservasi perairan, wisata petualangan, taman nasional, taman wisata alam, taman hutan raya, suaka margasatwa, dan geopark. “Juga pariwisata alam non kawasan konservasi antara lain kebun raya, kebun binatang, taman safari, desa wisata dan kawasan wisata alam yang dikelola masyarakat,” katanya

Sedangkan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Wishnutama Kusubandio berharap pembukaan bertahap sektor pariwisata bisa menggerakkan kembali perekonomian masyarakat.“Saat ini, kita berencana membuka kembali wisata alam berisiko rendah terhadap penularan. Banyak pelaku sektor pariwisata menanti kebijakan ini.”

Selama tiga bulan terakhir, katanya, mereka terdampak pandemi. Protokol kesehatan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif dari Kemenparekraf telah disahkan melalui Keputusan Menteri Kesehatan tentang protokol kesehatan bagi masyarakat di tempat dan fasilitas umum. Protokol kesehatan ini, katanya, jadi acuan bagi seluruh pihak dalam rencana pembukaan pariwisata termasuk pariwisata alam.

Sedangkan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) melalui Dirjen Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem, mengeluarkan surat edaran No.SE.9/KSDAE/PJLHIL/KSA.3/6/2020, tentang Arahan Pelaksanaan Reaktivasi Bertahap Di Kawasan Taman Nasional, Taman Wisata Alam, Dan Suaka Margasatwa Untuk Kunjungan Wisata Alam Pada Masa New Normal Pandemi Corona Virus Diseases 2019.

Surat Edaran itu bertujuan arahan kepada balai besar/ balai lingkup Ditjen KSDAE dan seluruh pemegang IUPSWA (Izin Usaha Penyediaan Sarana Wisata Alam), IUPJWA (Izin Usaha Penyediaan Jasa Wisata Alam), pemandu, dan tour operator, agar resiko dan dampak pandemi COVID-19 dari aktivitas kunjungan wisata alam di taman nasional, taman wisata alam dan suaka margasatwa dapat dicegah dan dihindari dan berlangsung sesuai dengan protokol yang ada.

baca juga : Wisata Alam Mulai Dibuka, Bagaimana Protokol Kesehatannya?

 

Penyelam menikmati keindahan bahwa laut perairan Pulau Pieh, Sumatera Barat. Foto : KKP

 

Wisata Bahari

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui Loka Kawasan Konservasi Perairan Nasional (LKKPN) Pekanbaru tengah menyiapkan protokol new normal ekowisata di Taman Wisata Perairan (TWP) Pulau Pieh, Sumatera Barat, dengan mengacu pada protokol kesehatan.

Dirjen Pengelolaan Ruang Laut (PRL) KKP Aryo Hanggono mengatakan KKP akan terus mendorong disiapkannya protokol new normal ekowisata berdasarkan prinsip 5K, yaitu kebersihan, kesehatan, keselamatan, kenyamanan, dan kepuasan di sejumlah Kawasan Konservasi Perairan Nasional (KKPN), salah satunya di TWP Pulau Pieh yang dikelola oleh LKKPN Pekanbaru.

“Sesuai dengan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No.47/2016 tentang Pemanfaatan Kawasan Konservasi Perairan, selain melindungi ekosistem dan jenis ikan di dalamnya, kawasan konservasi juga dapat dimanfaatkan untuk ekowisata sesuai dengan daya tampung dan daya dukung serta pemanfaatan ekowisata secara berkelanjutan,” terang Aryo di Jakarta, dua minggu yang lalu.

Kepala LKKPN Pekanbaru, Fajar Kurniawan saat diskusi webinar menjelaskan TWP Pulau Pieh memiliki potensi ekowisata, seperti ekosistem terumbu karang dan jenis ikan, tiga spesies penyu, lima spesies lumba-lumba, dan tiga spesies paus.

perlu dibaca : Hancurnya Industri Wisata Selam Indonesia di Tengah Wabah Corona

 

Gugusan pulau-pulau di kepulauan Raja Ampat, Papua Barat. Foto : Kurabesi Explorer

 

Sedangkan Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional (BKKPN) Kupang juga menyiapkan protokol new normal pariwisata di Raja Ampat dengan mengacu pada protokol kesehatan.

“Kabupaten Raja Ampat telah menerapkan pariwisata berkelanjutan dengan adanya dokumen daya dukung kegiatan pariwisata pada setiap spot wisata, code of conduct pariwisata, Raja Ampat mooring system, program mengurangi sampah plastik, Sasi Laut dan pengelolaan biota eksotik pari manta, sehingga penting untuk tetap menjaga keseimbangan antara kegiatan ekonomi dengan kegiatan ekologi konservasi alam, budaya serta sosial dalam pelaksanaan new normal pariwisata di Kabupaten Raja Ampat,” jelas Dirjen PRL KKP Aryo Hanggono.

Sedangkan Kepala BKKPN Kupang Ikram M. Sangadji mengatakan pihaknya menyusun timeline kegiatan pariwisata new normal yang dijadwalkan akan dibuka pada Desember 2020. Pedoman umum pariwisata new normal antara lain berupa pembuatan pedoman new normal, pembuatan sistem satu pintu untuk pariwisata Raja Ampat, pengecekan wisatawan pada pintu masuk pelabuhan/pelabuhan Waisai dan digitalisasi sistem reservasi.

Selain itu juga akan dilakukan penguatan sarana prasarana kesehatan untuk mendukung kegiatan pariwisata new normal dengan pengembangan sentra kesehatan di tingkat distrik, penguatan puskesmas terpadu yang berada di dalam kawasan serta penyiapan SDM medis dan paramedis yang berkualitas.

“Bagi para pelaku usaha wisata yang tidak mengikuti protokol yang telah ditetapkan, akan kami bekukan tanda daftar usahanya. Dan pengawasannya pun dilakukan dengan berbagai macam cara, seperti laporan kegiatan pelaku usaha, laporan tamu, maupun monitoring langsung yang dilakukan pemerintah kepada para pelaku usaha,” kata Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Raja Ampat Yusdi Lamatenggo, yang dihubungi Mongabay, pada Kamis (25/6/2020).

Memang timbul polemik antara melakukan PSBB kembali dengan resiko ekonomi jatuh atau membuka PSBB menuju kehidupan normal, tetapi dengan resiko penularan COVID-19 jika protokol kesehatan tidak diberlakukan dengan ketat. Tetapi sekali lagi kehidupan harus berjalan. Sektor-sektor ekonomi harus dihidupkan kembali.

menarik dibaca : Era Kenormalan Baru dan Prinsip Fundamental Ekowisata

 

Keindahan bawah laut perairan Raja Ampat, Papua Barat. Foto : Kurabesi Explorer

 

Bawa Peralatan Sendiri

Ketua Bidang Lingkungan Perkumpulan Usaha Wisata Selam Indonesia (PUWSI) Aprika Rani Hernanda yang dihubungi Mongabay, Rabu (24/6/2020) mengapresiasi dengan mulai dibukanya sektor pariwisata.

“Tetapi tentu pelaku usaha tidak boleh egois. Untuk dibuka kembali harus ada protokol yang ketat. Kementerian Pariwisata dan kami para pelaku usaha wisata sebetulnya sedang menyusun protap tentang hal ini, sesuai dari anjuran lembaga-lembaga kesehatan, seperti WHO dan Kementerian Kesehatan,” kata Rani sapaan akrabnya.

Untuk itu, PUWSI merekemondasikan agar para penyelam membawa peralatannya sendiri. “Dan apabila tidak mempunyai alat selam sendiri, kita akan pinjamkan, tetapi dengan menunjukan apa saja yang telah kita lakukan untuk membersihkan peralatan selam, untuk mencegah penyebaran COVID-19, seperti sanitasi dan perendaman pada regulator dilakukan dengan larutan sodium hydrochloride 10 % yang dicampurkan dengan air, serta pensterilan tabung. Pemisahan alat-alat selam wisatawan pun menjadi konsentrasi para pelaku usaha,“ katanya.

Hal senada juga disampaikan Staff Khusus Bupati Bidang Pariwisata, Bolaang Mongondow Selatan, Sulawesi Utara, Reinhart Garang. “Untuk keamanan kami tidak menyewakan dive personal gear, dan sangat disarankan untuk menggunakan alat sendiri,” kata Reinhart yang dihubungi Mongabay, Sabtu (27/6/2020)

Sedangkan Koordinator Yayasan Maritime Arkeologi Indonesia, Stevanus mengatakan pengisian tabung adalah hal yang paling penting dalam usaha selam di masa new normal ini. Sedangkan untuk peralatan selam lainnya masuk dalam peralatan pribadi.

Dia menjelaskan ada beberapa hal ideal tentang pembersihan tabung selam, seperti operator pengisian tabung harus benar-benar menerapkan protokol kesehatan dan tidak boleh pakai desinfektan agar udara yang ditransfer kompresor ke dalam tabung bersih.

Sementara Nina, penghobi wisata bawah air mengatakan selain kebersihan kapal dan yang lain-lainya, kuota wisata juga harus dibatasi, berikut pula tour guide atau pelaku usahanya. “Jadi social distancing harus benar-benar diterapkan,” katanya.

Memang cukup banyak persyaratan yang harus dilakukan jika ingin membuka suatu area wisata dalam keadaan new normal seperti sekarang ini. tetapi semua itu harus dilakukan demi untuk memutar roda perekonomian bersama musuh yang tidak terlihat kasat mata, yaitu COVID-19.

 

Exit mobile version