- Pada saat pandemi, salah satu wisata alam di Banyumas, Jateng yakni hutan pinus Limpakuwus sempat menggelar wisata virtual untuk melayani mereka yang ingin berwisata secara daring
- Mulai Sabtu (20/6), hutan pinus Limpakuwus mulai dibuka untuk umum dengan mengikuti protokol kesehatan COVID-19 secara ketat
- Pengunjung yang datang dibatasi supaya tetap menjaga jarak sosial
- Wisata-wisata alam lainnya masih menunggu pembukaan, karena baru hutan Limpakuwus yang pertama kali dibuka di Kabupaten Banyumas
Menjelang siang, tiba-tiba sinar matahari yang menelusup di antara pepohonan menjadi redup. Kabut putih yang dingin membatasi teriknya sinar surya. Pemandangan yang semua cerah, sekonyong-konyong agak gelap. Kabut menyelimuti pohon pinus yang tinggi-tinggi. Tak terasa kalau sudah siang, karena suasananya menjadi redup dan udaranya dingin. Sekitar 200 celcius. Begitulah suasana yang dapat dinikmati di Hutan Pinus Limpakuwus di Desa Limpakuwus, Kecamatan Sumbang, Banyumas, Jawa Tengah yang memiliki ketinggian 750 meter di atas permukaan laut (mdpl).
Panorama dan sejuknya hutan menjadi salah satu yang paling dirindukan, apalagi sejak awal pandemi COVID-19, wisata setempat juga ditutup untuk umum. Tidak ada pengunjung yang diperbolehkan datang untuk menjaga agar tidak ada penularan COVID-19 di kawasan wisata. Penutupan sekitar empat bulan. Sehingga pengelola hutan pinus setempat sempat membuka wisata virtual pada akhir Mei lalu. Wisata virtual itu sengaja digelar untuk mengobati kerinduan karena tidak dapat berwisata secara langsung.
“Kami memang sempat membuka wisata hutan pinus Limpakuwus, tetapi tidak mendatangkan wisatawan secara langsung. Mereka menikmati secara virtual. Jadi, wisatawan mendaftar, kemudian pada hari H wisata, kami memandu dengan pemandu yang ada di lokasi. Pemandu yang ada di lokasi berkeliling hutan pinus. Sedangkan wisatawan cukup di rumah melihat secara live kondisi hutan pinus Limpakuwus,” jelas Junior Manager Bisnis Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Banyumas Timur Sugito pada Selasa (23/6).
baca : Kawasan Konservasi dan Wisata Alam Bakal Buka Bertahap
Ia mengungkapan upaya itu sebagai bagian agar obyek wisata tetap eksis. Apalagi sebetulnya, banyak wisatawan yang ingin berkunjung langsung ke hutan pinus Limpakuwus. “Tetapi, alhamdulillah, sejak Sabtu (20/6), mulai memasuki new normal. Dalam masa kenormalan baru ini, tentu berbeda dengan sebelum adanya COVID-19,” katanya.
Sugito menjelaskan meski hutan pinus yang pengelolaannya bersama Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) Ardi Rahayu, Desa Limpakuwus, memiliki luasan hingga 10 hektare, tetapi saat sekarang dibatasi pengunjungnya. “Kami sudah mulai uji coba untuk membuka memasuki kenormalan baru. Sehingga kami menerapkan secara ketat protokol kesehatan sesuai dengan upaya penanggulangan COVID-19. Kami hanya membatasi 300 pengunjung saja. Selain itu, mereka yang datang diperiksa suhu tubuhnya dan wajib mengenakan masker,” tegasnya.
Pengunjung sengaja dibatasi, untuk menjaga jarak sosial sehingga tidak tidak menimbulkan kerumunan yang dikhawatirkan dapat memicu penularan COVID-19. “Kami juga mendorong transaksi nontunai. Untuk itulah, pengelola memberikan diskon hingga 10%. Jadi, kalau masuk dengan menbayar uang kontan Rp15 ribu, tetapi jika nontunai jadi Rp13.500,”katanya.
Sebelumnya, Wakil Bupati Banyumas Sadewo Tri Lastiono mengungkapkan bahwa baru ada dua wisata yang dibuka di Banyumas yakni wisata off road dan hutan pinus Limpakuwus. “Hutan pinus Limpakuwus dibuka setelah melalui berbagai persiapan hingga simulasi. Sebelum dibuka secara resmi, pengelola harus siap dengan protokol kesehatan yang ditetapkan. Misalnya, menyiapkan pengukur suhu terhadap pengunjung yang masuk, menyiapkan tempat cuci tangan serta pengunjung wajib bermasker. Selain itu, tidak boleh menerima pengunjung yang banyak, supaya tetap dapat dijaga jarak sosialnya,” tandas Sadewo.
Sedangkan untuk obyek wisata alam lainnya seperti Lokawisata Baturraden masih dalam proses persiapan. “Untuk membuka obyek wisata pada saat pandemi dan memasuki kenormalan baru, harus mendapat izin dari Pemkab Banyumas. Sebelum dibuka akan dilihat sejauh mana persiapannya. Dan yang paling penting harus memenuhi unsur-unsur protokol kesehatan,” katanya.
baca juga : Nasib Ekowisata di Masa Pandemi Corona
Dihubungi secara terpisah, Kepala Bidang Pariwisata Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata (Dinporabudpar) Banyumas Wahyono mengatakan bahwa sebagai wisata alam favorit, Lokawisata Baturraden harus menyiapkan secara serius sesuai dengan protokol kesehatan. “Kami sebetulnya sudah mulai melakukan simulasi bagaimana pelayanan wisata alam pada waktu kenormalan baru. Dimulai dari para petugas dan pekerja di sini. Semua harus mengenakan masker dan face shield terutama yang langsung berhubungan dengan pengunjung,” ujarnya.
Pada bagian depan pintu masuk, pengelola telah menyiapkan tempat-tempat untuk antre serta menolak menggunakan uang tunai. “Di depan, orang yang antre telah disiapkan tempatnya. Tetapi sebelum antre, ada petugas yang melakukan pengukuran suhu tubuh. Setelah itu baru antre untuk membeli tiket masuk. Tetapi kami tidak melayani dengan tunai, selutuh transaksi nantinya akan dilakukan secara nontunai. Ini penting untuk mengurangi uang tunai yang bisa menjadi media penularan. Dan yang pasti, seluruh pengunjung wajib mengenakan masker,” tegas Wahyono.
Namun demikian, lanjutnya, pihaknya masih belum dapat mengetahui kapan Lokawisata Baturraden akan dibuka secara resmi. Sebab, semuanya membutuhkan perencanaan yang matang, jangan sampai tempat wisata yang menjadi lokasi penularan. “Sehingga jika pun nanti dibuka, maka bakal dibatasi jumlah pengunjungnya. Pembatasan dilaksanakan untuk memastika pengunjung mampu menjaga jarak sosial. Di dalam lokawisata, tepatnya di ruang tunggu atau tempat istirahat juga telah diatur sedemikian rupa, sehingga ada social distancing. Selain itu, kami juga telah mengatur penjual yang berada di dalam lokawisata. Penjual juga disiapkan face shield dalam melayani pengunjung yang datang,” ungkapnya.
perlu dibaca : Era Kenormalan Baru dan Prinsip Fundamental Ekowisata
Sementara pendamping LMDH KPH Banyumas Timur, M Toha mengatakan bahwa dengan adanya pandemi, para pengelola wisata alam yang bekerja sama dengan Perhutani mandek semua. Oleh karena itu, dengan dibukanya hutan pinus Limpakuwus tersebut semoga akan diikuti dengan tempat wisata lainnya. “Dengan adanya pandemi, dampaknya sangat terasakan. Sebab, wisata-wisata alam mandek. Padahal, wisata alam umumnya dikelola oleh pemuda dan warga desa. Praktis selama pandemi, mereka tidak memperoleh pendapatan,”kata Toha.
Dia mengatakan memasuki kenormalan baru, maka pengelola sudah mulai siap untuk membuka tempat wisata. “Tentu saja, pengelola akan mengikuti protokol kesehatan yang dilaksanakan secara ketat. Oleh karena itu, sebelum dibuka, pemerintah dipersilakan melakukan pengecekan. Terutama soal pelayanan yang sesuai dengan kondisi pandemi. Misalnya penyiapan tempat cuci tangan, jarak sosial yang harus dijaga, pengunjung harus kenakan masker serta lainnya. Prinsipnya, pengelola siap untuk menyesuaikan kondisi pandemi,” ujarnya.
Dia berharap seluruh wisata alam bisa dibuka, karena dampak penutupan sangat terasakan, tidak hanya bagi pengelola, namun juga pedagang yang biasanya berjualan di sekitar tempat wisata. Namun, protokol kesehatan harus tetap dilaksanakan secara disiplin. Maka dari itu, ada pihak yang melakukan pengecekan sebelum resmi dibuka.
baca juga : Rupa Duta, Cara Pelaku Wisata Berdaya di Tengah Badai Pandemi
Dibuka Bertahap
Sebelumnya, Doni Monardo, Ketua Gugus Tugas Nasional Percepatan Penanganan COVID-19 dalam acara konferensi pers mengatakan, kawasan pariwisata alam akan buka bertahap untuk memulai aktivitas berbasis ekosistem dan konservasi dengan risiko COVID-19 paling ringan.
Kawasan wisata itu, katanya, terdiri dari wisata bahari, konservasi perairan, wisata petualangan, taman nasional, taman wisata alam, taman hutan raya, suaka margasatwa, dan geopark. “Juga pariwisata alam non kawasan konservasi antara lain kebun raya, kebun binatang, taman safari, desa wisata dan kawasan wisata alam yang dikelola masyarakat,” katanya di Jakarta, Senin (22/6/20).
Wisata alam, katanya, bisa buka bertahap dengan batasan pengunjung maksimal 50% dari kapasitas normal. Saat ini, kawasan wisata alam yang boleh buka yang berada di kabupaten dan kota dalam zona hijau atau kuning.
“Untuk zona lain akan diatur sesuai kesiapan daerah dan pengelola kawasan. Keputusan pembukaan kawasan pariwisata alam di 270 kabupaten kota pada zona hijau dan kuning diserahkan kepada bupati dan walikota,” katanya.
Wishnutama Kusubandio, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif berharap, pembukaan bertahap sektor pariwisata bisa menggerakkan kembali perekonomian masyarakat.
“Saat ini, kita berencana membuka kembali wisata alam berisiko rendah terhadap penularan. Banyak pelaku sektor pariwisata menanti kebijakan ini.”
Selama tiga bulan terakhir, katanya, mereka terdampak pandemi. Protokol kesehatan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif dari Kemenparekraf telah disahkan melalui Keputusan Menteri Kesehatan tentang protokol kesehatan bagi masyarakat di tempat dan fasilitas umum.
Protokol kesehatan ini, katanya, jadi acuan bagi seluruh pihak dalam rencana pembukaan pariwisata termasuk pariwisata alam.