- Perairan Kepulauan Alor, Nusa Tenggara Timur [NTT], merupakan jalur migrasinya Hal unik perairan yang telah ditetapkan sebagai kawasan konservasi pada 16 Juni 2015 ini adalah adanya fenomena air dingin.
- Di perairan Alor terdapat pertemuan dua arus yang mengakibatkan suhu permukaan menjadi hangat. Suhu ini sangat disukai crustacea dan gastropoda, yang merupakan makanan cetacea.
- Fenomena air laut dingin yang terjadi di perairan Alor yaitu Alor kecil, merupakan aktivitas upwelling yaitu pengadukan massa air dingin dasar laut yang naik ke permukaan, sehingga badan perairan terasa lebih dingin. Hal ini unik karena terjadi di daerah tropis.
- Penurunan suhu signifikan dikarenakan ada massa air dingin yang masuk mengikuti Selat Alor, kemudian terisolir di Selat Pantar. Sewaktu terjadi pasang purnama, massa air tersebut naik ke permukaan dan mengalir mengikuti lepasan lempeng di dasar laut, yang menghubungkan langsung dengan Alor kecil.
Perairan Kepulauan Alor, Nusa Tenggara Timur [NTT], merupakan jalur migrasinya cetacea. Hal unik perairan yang telah ditetapkan sebagai kawasan konservasi pada 16 Juni 2015 ini adalah adanya fenomena air dingin.
Kepala Kantor Cabang Dinas [KCD] Dinas Kelautan dan Perikanan [DKP] Provinsi NTT, Wilayah Kabupaten Alor, Muhammad Saleh Goro, menjelaskan mengapa cetacea menggunakan jalur tersebut. Menurut dia, di perairan Alor terdapat pertemuan dua arus yang mengakibatkan suhu permukaan menjadi hangat.
“Suhu ini sangat disukai crustacea dan gastropoda, yang merupakan makanan cetacea,” ungkapnya, Selasa [16/4/2024].
Saleh mengatakan, cetacea melintasi perairan hingga Selat Pantar, berdasarkan hasil penelitian Dr. Jahved Ferianto Maro. Cetacea merupakan klasifikasi ilmiah untuk sejumlah satwa yang termasuk mamalia laut.
Hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa cumi-cumi kecil dan zooplankton adalah makanan paus, yang banyak tersedia di perairan Alor.
“Cetacea datang untuk migrasi, makan, dan reproduksi,” tuturnya.
Selain itu, terdapat faktor pendukung, sebagaimana penelitian Benjamin Kahn [ahli paus], yang setiap tahunnya melakukan riset di perairan Alor.
“Alor merupakan perairan yang sehat dan tenang. Kondisi ini menyebabkan tingkat kemunculan cetacea sangat tinggi dan titik sebarannya banyak,” terangnya.

Arus dingin
Akademisi dan peneliti dari Universitas Tribuana Alor, Dr. Jahved Ferianto Maro, memiliki jawaban terkait fenomena air laut dingin yang terjadi di Alor kecil, berdasarkan risetnya.
Menurut Jahved, kejadian tersebut merupakan aktivitas upwelling yaitu pengadukan massa air dingin dasar laut yang naik ke permukaan, sehingga badan perairan terasa lebih dingin. Suhu permukaan di Alor kecil mencapai 9-11 derajat Celcius.
“Hal ini unik karena terjadi di daerah tropis,” tuturnya kepada Mongabay, Sabtu [9/3/2024].
Penurunan suhu signifikan dikarenakan ada massa air dingin yang masuk mengikuti Selat Alor, kemudian terisolir di Selat Pantar. Sewaktu terjadi pasang purnama, massa air tersebut naik ke permukaan dan mengalir mengikuti lepasan lempeng di dasar laut, yang menghubungkan langsung dengan Alor kecil.
Ini dibuktikan dengan permodelan suhu dasar laut menggunakan data Copernicus Marine Service, sebuah data model yang diproduksi Eropa.
“Air laut dingin akibat dampak upwelling dibuktikan dengan sebaran temperatur kedalaman 300 meter dari Laut Sawu, Selat Alor dan Flores,” ungkapnya.
Temperatur dasar laut yang dinginnya mencapai 4 ℃ mengalami upwelling.
“Maasa air dingin terangkat naik ke permukaan dan mengikuti jalur lempeng ke arah Alor kecil sehingga di Alor kecil terjadi arus dingin,” ujarnya.

Jalur lintasan cetacea
Jahved bekerja sama dengan NASA [National Aeronautics and Space Administration] dalam bentuk pengunaan data citra satelit Aqua Modis yang diproduksi oleh Ocean Color. Tujuannya, agar data yang disediakan tersebut dapat digunakan untuk memprediksi suhu permukaan laut dan klorofil-a.
“Data ini untuk membuktikan jalur lintasan cetacea di Indonesia, khususnya di Samudra Hindia dan Samudra Pasifik,” paparnya.
Kenapa cetacea? Sebab, dari Laut Sawu masuk ke Selat Onbai merupakan perairan yang sangat potensial dan memiliki produktivitas tinggi. Tempat pertemuan dua samudra, Samudra Hindia dan Pasifik yang membawa arus dingin dan hangat sehingga suhunya optimum, sangat baik untuk pertumbuhan fitoplankton dan bioplankton.
“Cetacea, khususnya paus biru dan paus bongkok, lebih senang mengikuti arus dingin sehinga masuk ke Selat Onbai melalui Laut Sawu,” jelasnya.

Jahved juga mengambil data dari Kopernicus Marine Service milik Uni Eropa yang bisa memprediksi suhu hingga kedalaman 5 ribu meter. Data itu dipergunakan untuk melihat spesifik setiap jenis cetacea, kenapa berada di Laut Sawu dan Selat Onbai.
“Saat air laut surut maka terjadi tekanan dari dasar ke permukaan sehingga massa air dingin di dasar naik.”
Jahved memaparkan, antara Pulau Pura hingga Alor kecil terdapat seperti sungai purba. Warga menyebutnya Mulut Kumbang, seperti jalan di dasar laut yang menghubungkan Sebagian Pulau Pura dengan Alor kecil. Lebarnya kurang dari 300 m dan panjangnya sekitar 800 m.
Laut Sawu, Alor, dan rata rata perairan di Flores merupakan jalur lintasan mamalia laut, sebab terjadi pertemuan arus yang luar biasa.
“Perairan ini suhunya optimum dan sangat subur. Terdapat banyak makanan bagi cetacea,” pungkasnya.