Mongabay.co.id

Ribuan Tukik Menetas di Pantai Saba

 

Konservasi Penyu Saba Asri juga terdampak pandemi Covid-19 ini. Puluhan ribu telur rebutan ruang di area penetasan di Pantai Saba, Kabupaten Gianyar, Bali ini.

Setelah menetas, puluhan ribu berhimpitan saling tumpuk di kolam-kolam penampungan, sementara pengelolanya kesulitan melepaskan ke laut karena pembatasan aktivitas selama pandemi.

Ketika dikunjungi pada Jumat (07/08/2020), area Konservasi Tukik Saba Asri ini terlihat masih penuh dengan titik-titik lokasi telur dieram dalam pasir. Bak penetasan penuh, dan harus meluber ke halaman sekitarnya. Ditandai dengan papan informasi dari keramik, berisi nama orang yang menimbun atau memindahkan telur, jenis penyu, pantai tempat telur ditemukan, dan perkiraan tanggal menetas. Area ini menjadi pusat penetasan dari sejumlah pantai di pesisir kabupaten Gianyar seperti Pantai Lembeng, Purnama, Sukawati, dan lainnya.

Sementara di belasan bak-bak kolam penampungan, puluhan ribu tukik jenis Lekang berebutan ruang untuk berenang saking penuhnya. Ratusan orang sudah siap berbaris di sekitar 300 meter garis pantai untuk membantu merilis puluhan ribu tukik ini. Panitia menyebut sekitar 10 ribu ekor yang harus dilepaskan.

baca : Pulau Langkai, Surga Penyu yang Terlupakan

 

tukik ekang di kolam penampungan saking banyaknya di relokasi telur di Pantai Saba, Gianyar, Bali. Foto: Luh De Suriyani/Mongabay Indonesia

 

Pemandu kegiatan meminta warga berdiri di belakang tiang bendera yang ditancapkan di pantai. Sebagai batas start, dan menghindari terinjaknya para tukik. “Kalau ada yang mati terinjak, dosa lho,” ucapnya melalui pengeras suara. Dalam beberapa kali acara pelepasan tukik, warga memang kerap mengejar tukik sambil mengarahkan kamera hp sampai masuk laut. Risikonya tukik bisa terinjak.

Pemandu memandu sampai hitungan ke-17 penanda hari kemerdekaan, sebelum para tukik dilepas bersamaan. Namun, perjalanan bayi-bayi penyu laut ini tak mulus, beberapa kali tergulung ombak sampai dihempaskan kembali ke pantai. Ada yang terlihat lelah dan berhenti berjalan menuju laut. Beberapa orang mengangkat para tukik dan mendekatkannya dengan bibir laut.

Apalagi hampir semua terlihat memegang tukik cukup lama, sekitar 5 menit sebelum dilepaskan. Sejumlah peneliti mengatakan tukik harus sesegera mungkin dilepaskan setelah menetas. Dianjurkan tidak dipegang mencegah stres dan mampu mengidentifikasi area sekitar, lokasi menetasnya. Penyu laut akan kembali ke area ini untuk pulang saat jadi penyu dewasa dan hendak bertelur.

Ombak Pantai Saba cukup menyulitkan para tukik sampai laut karena beberapa kali terlempar kembali ke pantai. Upaya menjaga harapan walau dari 1000 tukik, yang diperkirakan bisa bertahan sampai dewasa hanya satu ekor.

baca juga : Makin Banyak Penyu Ditemukan Mati di Sekitar Bali

 

Rebutan ruang di kolam penampungan saking banyaknya di relokasi telur di Pantai Saba, Gianyar, Bali. Foto: Luh De Suriyani/Mongabay Indonesia

 

Penyelamatan Telur

Penyelamatan telur-telur penyu ini bermula dari keprihatinan sejumlah warga dan nelayan pesisir Gianyar yang melihat banyak sarang penyu terancam oleh predator, aktivitas manusia, dan anjing yang cukup banyak berkeliaran.

“Pertama kali mulai tahun 2015, karena anjing makan telur di sempadan pantai,” urai Made Kikik, salah satu perintisnya saat membuka acara pelepasan tukik. Tahun ini paling banyak bertelur dan menetas, jumlahnya lebih 10 ribu ekor dari sekitar 100 sarang.

Kelompok Konservasi Penyu Saba Asri ini menunjukkan papan-papan informasi tentang ekologi penyu dalam dua bahasa, Indonesia dan Inggris. Sehingga memudahkan orang asing mengenal aktivitas dan edukasi penyu laut ini. Ada juga video yang menunjukkan dokumentasi perjalanan program.

Hal menarik lain, ada laporan statistik bulanan terkait jumlah telur, menetas, dan yang dilepaskan. Dilengkapi laporan keuangan operasional dan jumlah donasi dari pihak yang ikut program release tukik.

Misalnya dilihat perjalanannya, tiap tahun jangkauan penemuan sarang makin tinggi. Ditandai telur masuk sebanyak 6605 butir pada 2016 menjadi 10.790 telur pada 2019. Tak semua berhasil menetas, misalnya pada Juni 2019 adalah puncak penetasan. Dari 16 ribuan telur, yang berhasil menetas hanya setengahnya. Dari total 39 ribu butir, gagal 18 ribu. Persentase keberhasilan menetas sekitar 46%.

Pelepasan tukik pada 2017 sebanyak 1976 ekor, meningkat menjadi 3012 pada 2019. Pada tahun 2019, pelepasan tukik terus meningkat per bulannya.

Sementara di laporan keuangan terbaca, jumlah donasi pada 2019 sebanyak Rp155 juta. Alokasi terbesar adalah dana pengganti telur lebih dari Rp117 juta, biaya pakan Rp27 juta, listrik Rp2 juta, lainnya Rp25 juta. Defisit pengeluaran ditutup dari sisa donasi tahun lalu.

perlu dibaca : Begini Penderitaan Penyu yang Berusaha Mengeluarkan Plastik dari Perutnya

 

Peserta pelepasan tukik perlu selalu diingatkan untuk mengurangi menyentuh langsung tukik agar tidak stres. Foto: Luh De Suriyani/Mongabay Indonesia

Penyu laut (chelonioidea) dewasa bisa 2-8 kali bertelur per musim sesuai jenisnya dengan jumlah 80-120 butir per sarang. Jenis reptil ini bernafas dengan paru-paru, tergolong hewan phototactic karena tertarik dengan cahaya. Tak heran, penyu sering terjaring nelayan yang hendak menangkap ikan.

Ukuran tukik 5-7 cm, lekang muda 1 meter, dan terbesar penyu belimbing sampai 2 meter. Setelah menetas, tukik bergegas ke laut, setelah inkubasi 45-70 hari. Tahun tahun pertama mengapung di ruaya, daerah makannya dengan menu seagrass, moluska laut, larva kepiting, atau ganggang.

Selama beberapa tahun saat remaja, penyu melakukan imigrasi pasif, dan saat dewasa pindah ke perairan dekat pantai untuk tumbuh dewasa. Usia produktif sekitar 20-50 tahun. Ketika siap betkembangbiak penyu akan melakukan perjalanan jauh dan kembali ke tempat lahir untuk bertelur. Saat jeda musim bekembangbiak mereka kembali ke daerah pakan.

Made Kikik menyebut aktivitas konservasi penyu ini membuatnya mengurangi minum-minum dan judi, kegiatan yang umum terutama usai melaut.

Pantai Saba dengan pasir hitamnya. Habis melaut hasilnya dipakai judi, dulu pembantai tapi kurang pengetahuan, lapor BKSDA dan buat penangkaran,

Ketut Lasia, seorang pemandu yang biasa menemani turis China di kawasan Saba Asri ini mengatakan penyu laut satwa pintar karena berusaha menjaga telur dari predator. Misalnya bertelur malam hari saat anjing tidur. Namun masih ada predator lain seperti kadal dan ular. Puncak musim bertelur adalah Maret dan April.

“Biasanya turis yang mau melepaskan tukik donasi Rp50 ribu per ekor, tapi sekarang Corona gak ada tamu di mana uang untuk beli telur,” seru Lasia. Ia mengatakan biasanya relawan juga ikut membersihkan kolam dan beri makan tukik dengan cacahan ikan segar.

menarik dibaca : Venu, Pulau ‘Surga Penyu’ Yang Terancam Hilang Dari Tanah Papua

 

Persiapan pelepasliaran tukik lekang di Pantai Saba, Gianyar, Bali. Foto: Luh De Suriyani/Mongabay Indonesia.

 

Melalui siaran pers, Balai KSDA Bali menyebut kerjasama dalam konservasi ini secara resmi dilakukan sejak tahun 2017 ditandai dengan disusunnya Perjanjian Kerjasama Kemitraan antara Balai KSDA Bali dengan KPP Saba Asri Nomor PKS.02/BKSDA.Bl-1/LKP/2017 tentang Konservasi Penyu melalui Relokasi Sarang Penyu. Hasilnya, pada musim peneluran penyu, setiap tahun mengalami peningkatan sarang yang direlokasi. Sehingga telur dan tukik yang berhasil dilepasliarkan juga mengalami peningkatan.

Kepala Balai KSDA Bali, Agus Budi Santosa menyebut pada tahun 2010, pihaknya bersama kelompok nelayan memulai program konservasi ini dengan survey lapangan yang dilanjutkan dengan pembinaan kelompok nelayan dan penyuluhan masyarakat sekitar Pantai Saba.

Melihat ramainya relawan pelepasan yang dirangkai dengan bersih-bersih pantai, bantuan ke kelompok ini terus bertambah. Selain PT. Indonesia Power, ada Bali Zoo, Bendesa Adat Saba, dan sejumlah yayasan. Fasilitas area konservasi juga cukup lengkap dengan area edukasi, leaflet informasi, dan lainnya.

Pantai Saba dan sejumlah pantai lain di pesisir Gianyar yang relatif landai, tak terlalu pikuk, dan cukup lebar sempadan pantainya adalah tempat kesukaan penyu untuk bertelur. Terlebih selama beberapa bulan pandemi ini pantai jauh lebih sunyi dan bertepatan dengan musim bertelur. Menetasnya para tukik ini juga beriringan dengan dibukanya aktivitas turisme di Bali.

 

Exit mobile version