Mongabay.co.id

Saatnya, 7 Agustus Kita Rayakan Sebagai Hari Hutan Indonesia

Warga Iban mendayung sampan di Sungai Utik di hutan adat Sungai Utik di Kalimantan Barat. Foto: Rhett A. Butler/Mongabay Indonesia

 

 

Untuk pertama kali, perayaan hari hutan digelar. Lebih dari 100 organisasi dan komunitas berkolaborasi merayakan Hari Hutan Indonesia pada 7 Agustus 2020. Perayaan dilakukan secara virtual yakni dengan siaran langsung melalui kanal Youtube. Berbagai kegiatan digelar mulai musik, tarian, standup comedy, dan wayang beber. Juga ada talkshow, meditasi melalui video, serta jalan-jalan virtual melalui video ke hutan Sumatera, Kalimantan, hingga Papua. Beberapa pesohor Indonesia juga turut meramaikan Hari Hutan Indonesia.

Kenapa 7 Agustus dipilih sebagai Hari Hutan Indonesia?

Andre Christian, Ketua Hutan Itu Indonesia menjelaskan, tanggal tersebut sengaja dipilih sebagai momen refleksi bersama masyarakat Indonesia. Persis satu tahun lalu, Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2019 mengenai Penghentian Pemberian Izin Baru dan Penyempurnaan Tata Kelola Hutan Primer dan Lahan Gambut, disahkan Presiden Jokowi untuk berlaku permanen.

“Komitmen nyata menjaga hutan perlu kita ingat dan kawal bersama, apalagi Agustus identik dengan bulan penuh semangat nasionalisme menuju peringatan hari Kemerdekaan Indonesia. Hari Hutan Indonesia akan menambah hari-hari penting nasional yang telah ada, yang relevan dengan hidup kita semua, dan layak untuk kita rayakan,” ungkapnya.

Hari Hutan Indonesia berarti memperingati satu hari khusus dalam setahun yang dipakai untuk merayakan keindahan, kekayaan, dan kemegahan hutan Indonesia. Serta bersyukur atas manfaat hutan yang selama ini bisa dinikmati ketika manusia dapat hidup harmonis dengan alam, seperti, air dan udara bersih, sumber pangan dan obat-obatan, akar budaya berbagai suku bangsa Indonesia, hingga fungsi hutan sebagai penyerap karbon, dan penjaga iklim dunia.

“Perayaan ini mengangkat tema ‘Hutan Kita Juara’ untuk mengingatkan kita semua bahwa Indonesia adalah bangsa juara, karena hutannya terluas ketiga di dunia. Agar prestasi ini bertahan, perlu ada aksi bersama kita semua, sebagai warga negara yang baik, untuk melindungi hutan dan keanekaragaman hayatinya.”

Baca: Hutan Itu Indonesia Gagas Hari Hutan Nasional 7 Agustus

 

Hutan adat masyarakat Dayak Iban seluas 9.480 hektar di Dusun Sungai Utik, Desa Batu Lintang, Kecamatan Embaloh, Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat, kini telah diakui negara. Foto: Rhett Butler/Mongabay

 

Andre ikut mulai petisi diresmikannya Hari Hutan Indonesia sejak 2017 yang telah ditandatangani hampir 1,5 juta orang. Petisi di Change.org ini telah diserahkan ke Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Siti Nurbaya Bakar. Meski demikian, Andre menyebut pencanangan Hari Hutan Indonesia belum mendapat pengakuan pemerintah.

“Hutan Itu Indonesia sudah audiensi dengan Menteri KLHK pada 2019 dengan membawa petisi. Responnya positif, tapi untuk pencanangan resmi dari pemerintah butuh proses lanjutan.”

Meski belum mendapat pencanangan resmi, Hutan Itu Indonesia bersama kolaborator memutuskan tetap melakukan perayaan Hari Hutan Indonesia karena perlindungan hutan tidak bisa ditunda. Untuk selebrasi Hari Hutan Indonesia akan berlanjut hingga Oktober 2020.

“Kami berharap, perayaan mendukung proses pencanangan resmi Hari Hutan Indonesia,” ungkap Andre.

Nadine Alexandra, artis Indonesia yang ikut berpartisipasi sebagai sukarelawan pendukung Hari Hutan Indonesia mengungkapkan, buat para penduduk kota besar, sepertinya hutan jauh dari kehidupan mereka. Apa yang terjadi dengan hutan tidak akan berdampak ke kita dan apa yang kita lakukan di kota tidak akan sampai ke hutan. Tapi, lebih dari itu sebenarnya hubungan antara kita dengan hutan sangat dekat sekali.

“Di bawah payung kata ‘hutan’, ada ribuan spesies pohon, tanaman dan tumbuhan, serangga, dan hewan yang tidak bisa ditemukan di negara lain,” paparnya.

Baca: Hutan Adat Masyarakat Iban Sungai Utik Kini Diakui Negara

 

Potensi gambut di Kalimantan Tengah yang harus dimanfaatkan sebaik mungkin. Foto: Junaidi Hanafiah/Mongabay Indonesia

 

Adopsi hutan

Saat petisi Hari Hutan Indonesia dibuat, sebagian besar penandatanganannya adalah anak muda Indonesia. Mereka bergerak, melakukan aksi nyata melestarikan hutan, salah satunya dengan model “Adopsi Hutan”. Dalam talkshow Hari Hutan Indonesia yang dipandu oleh musisi dan seniman Valerie dan Veronika itu, Andre mengajak publik untuk mengadopsi hutan

“Apa itu adopsi hutan? Adopsi hutan atau area yang punya pohon-pohon tegak. Tidak harus menanam. Pohon yang tegak harus dijaga karena ancamannya ada,” ujar Andre.

Pengumpulan dana untuk adopsi hutan dilakukan melalui kanal kitabisa.com. Donasi yang terkumpul akan disalurkan kepada organisasi pendamping masyarakat sekitar hutan. Seperti membantu komunitas yang melakukan patroli perlindungan hutan, sebab butuh biaya. Dana tersebut akan digunakan juga untuk pengembangan ekonomi masyarakat sekitar yaitu kewirausahaan sosial, serta kesehatan dan pendidikan.

“Targetnya satu miliar Rupiah. Semakin banyak, semakin bagus, sehingga hutan yang kita adopsi untuk jangka panjang terlaksana.”

Baca juga: MpU Uteun, Ranger Perempuan Penjaga Hutan Aceh

 

Ranger MpU Uteun, penjaga hutan di Bener Meriah, Provinsi Aceh, yang seluruh anggotanya perempuan. Foto: Dok. HAkA

 

Dalam talkshow itu hadir juga Ramon Y. Tungka, artis dan pegiat aktivitas luar ruang [outdoor]. Dia bercerita kenapa memberikan dukungan agar ada Hari Hutan Indonesia. Hutan dengan segala kandungannya sudah ikhlas memberikan semuanya itu kepada kita; mulai air, udara, sumber pangan, hingga obat-obatan.

“Apa sumbangsih kita? Ini yang menggerakan saya untuk mendukung segala macam kampanye kelestarian hutan dan alam. Apalagi di kala pandemi, taman nasional itu keberadaanya jadi penting. Semua orang ingin liburan, ingin ke alam. Taman nasional jadi tempat paling aman memulihkan hubungan kita sebagai manusia dengan alam.”

Ramon memberikan tips kepada orang yang ingin berliburan ke taman nasional. Menurutnya, jika memasuki hutan maka harus taat dengan segala peraturannya, apalagi dalam kawasan konservasi. Jangan buat kegaduhan, dan gunakan barang-barang ramah lingkungan untuk mencegah deforestasi.

Ramon mengatakan, dirinya tegas pada paperless, atau mengurangi penggunaan kertas. Di rumahnya, ia tidak lagi menggunakan tisu. Tidak menggunakan barang yang bisa merusak hutan. Mengganti peralatan di rumah dan mulai beralih ke bahan organik, seperti sampo dan sabun organik.

Karena menurutnya, kebutuhan yang tinggi akan segala perlengkapan, seperti bahan kecantikan, itu semuanya berasal dari minyak sawit. Makin tinggi kebutuhan, otomatis sawit akan terus ditanam, hutan di Indonesia akan dibabat.

“Kita semua bisa aktif dibeberapa kampanye, mulai dari Hari Hutan Indonesia, atau kampanye anak muda cinta taman nasional untuk melindungi hutan, atau adopsi hutan.”

Diakhir penyampaian, Ramon mengatakan bahwa, kita tidak hanya menjadikan Hari Hutan Indonesia sebagai satu hari pengingat saja, tapi menjadi 365 Hari Hutan Indonesia. Setiap hari adalah hari hutan.

“Semoga akan terus seperti ini. Jangan pernah kita menganggap antara kita dengan hutan seperti hubungan subjek dan objek. Manusia dan alam bukanlah subjek dan objek, tapi kita semua adalah satu kesatuan,” tegasnya.

 

 

Exit mobile version