Mongabay.co.id

Laut Sawu, Surga Cetacea Mencari Makan 

 

Masyarakat Desa Meniak, Kecamatan Sabu Barat, Kabupaten Sabu Raijua, Nusa Tenggara Timur (NTT), Kamis (10/10/2019) sekitar pukul 14.00 WITA dikejutkan kejadian terdamparnya 17 ekor paus pilot (Globicephala macrorhynchus) di pesisir pantai.

Proses evakuasi dipandu oleh petugas BKKPN Kupang melalui telepon kepada koordinator penyelamatan, Rowi, agen konservasi binaan BKKPN Kupang sehingga 10 ekor berhasil diselamatkan dan 7 ekor mati karena keterbatasan sarana dan kondisi perairan surut terendah,

Kejadian berulang di Laut Sawu, Kamis (30/7/2020) dimana ditemukan 11 ekor paus pilot sirip pendek (Globicephala macrorhynchus) terdampar dan mati di perairan Kabupaten Sabu Raijua.

Gerombolan paus ini diduga mengejar ikan yang menjadi makanannya dan pada saat air laut surut terjebak di batu karang dan pasir hingga tidak bisa kembali ke laut lepas.

baca : Miris.. Gerombolan Paus Pilot Terdampar di Sabu Raijua, Malah Dikonsumsi Warga

 

Sebanyak 17 ekor Paus Pilot (Globicephala macrorhynchus) terdampar di pantai Desa Meniak Kecamatan Sabu Barat Kabupaten Sabu Raijua, NTT. 7 ekor diantaranya akhirnya mati. Foto : BKKPN Kupang

 

Koridor Utama

Taman Nasional Perairan (TNP) Laut Sawu dan sekitarnya di NTT meliputi perairan seluas 3.355.352,83 hektare yang terdiri dari 2 bagian. Wilayah perairan Selat Sumba dan sekitarnya seluas 557.837,4 hektar dan wilayah perairan Pulau Sabu-Rote-Timor-Batek dan sekitarnya seluas 2.797.515,42 hektare.

Kepala Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional (BKKPN) Kupang Ikram M.Sangadji saat ditanyai Mongabay Indonesia, Kamis (23/7/2020) menjelaskan Laut Sawu merupakan ‘cafe’-nya paus.

Ikram memaparkan, ditemukan empat koridor utama di Laut Sawu dimana dua koridor dengan frekuensi tinggi yakni di Laut Timor bagian utara dan koridor kedua berada di laut utara Pulau Sumba.

“Koridor dengan frekuensi rendah terdapat di Perairan Pulau Rote dan Sabu,” ungkapnya.

Pada bulan Oktober 2019, sebut Ikram, dilakukan monitoring distribusi dan kemunculan cetasea, ditemukan kemunculan 3 paus biru di bagian utara Pulau Timor. Dia tak bisa memastikan, apakah paus biru yang mati di Perairan Kupang, Kamis (23/7/2020) merupakan paus yang ditemukan bulan Oktober 2019 tersebut.

Dirinya menyebutkan, biasanya di daerah lain paus muncul 2-3 tahun sekali tetapi di Laut Sawu, sepajang tahun pasti ditemukan paus. Laut Sawu ungkapnya, banyak terdapat ikan-ikan kecil yang menjadi makanan paus.

“Laut Sawu berdasarkan hasil survey BKKPN dan ITB tahun 2016 ditemukan 54 larva ikan ekonomis penting di regional Sumba dan Timor,” terangnya.

baca juga : Adakah Paus dan Lumba-lumba di Perairan Laut Sawu NTT?

 

Seekor spinner dolphin terlihat di Taman Nasional Perairan Laut Sawu NTT pada 22 Maret 2016. Hasil penelitian Balai Riset Pemulihan Sumber Daya Ikan (BRPSDI) KKP pada 2014-2017 menunjukkan kemunculan satwa setasea (paus dan lumba-lumba) sangat tinggi di Laut Sawu. Foto : BRPSDI KKP

 

Dengan demikian kata Ikram, penyebaran larva ikan ekonomis penting, berkorelasi dengan ruayanya atau perlintasan paus di Laut Sawu pada dua koridor utama. Artinya makanannya tersedia setiap bulannya di dua koridor ini karena frekuensi kemunculan paus di koridor ini sangat tinggi.

“Saya yakin individu paus biru masih banyak karena koridor yang kita temukan tersebut sangat rapi dan paus ini kan tidak akan pindah tempat,” ucapnya.

 

Beragam Spesies Cetacea

Direktur Cetacean Sirenian  Indonesia (Cetasi), Dr.Putu Liza Mustika kepada Mongabay Indonesia, Sabtu (1/8/2020) mengatakan untuk laut Sawu ada empat paus besar yakni paus bryde (Balaenoptera edeni) atau  bryde’s whale, dan paus biru (Balaenoptera musculus) atau blue whale termasuk Balaenoptera musculus brevicauda.

Juga ada paus bongkok, Megaptera novaeangliae atau humpback whale dan paus sperma atau koteklema, Physeter macrocephalus atau sperm whale. Selain itu ada beberapa jenis cetacea berukuran lebih kecil, termasuk short-finned pilot whales yang terdampar di Sabu.

Kordinator Whale Stranding Indonesia ini memaparkan cetacea berukuran lebih kecil terdiri atas lumba-lumba pemintal (Stenella longirostris) atau spinner dolphin, atau lumba-lumba totol (Stenella attenuate) atau spotted dolphin serta Peponocephala electra, melon-headed whale atau paus kepala melon.

Ada lumba-lumba risoso (Grampus griseus) atau Risso’s dolphin, lumba-lumba Fraser (Lagenodelphis hosei) atau Fraser’s dolphin, paus pembunuh kerdil (Feresa attenuate) atau pygmy killer whale, dan paus pembunuh (Orcinus orca) atau killer whale.

Juga ada lumba-lumba hidung botol Indo-Pasifik (Tursiops aduncus), Indo-pacific bottlenose dolphins (Tursiops truncatus), common bottlenose dolphins, atau lumba-lumba hidung botol biasa, paus sperma cebol (Kogia sima), atau dwarf sperm whale dan paus sperma kerdil (Kogia breviceps) atau pygmy killer whale.

Selain itu terdapat juga paus pemandu sirip pendek (Globicephala macrorhynchus) atau short-finned pilot whales, paus pembunuh palsu (Pseudorca crassidens) atau false killer whale, lumba-lumba gigi kasar (Steno bredanensis) atau rough-toothed dolphin serta paus berparuh cuvier (Ziphius cavirostris) atau cuvier’s beaked whale.

perlu dibaca : Memantau Perilaku Paus dan Lumba-lumba di Laut Sawu. Apa Hasilnya?

 

Seekor paus sperma yang terlihat di Taman Nasional Perairan Teluk Sawu pada 21 November 2015. Hasil penelitian Balai Riset Pemulihan Sumber Daya Ikan (BRPSDI) KKP pada 2014-2017 menunjukkan kemunculan satwa setasea (paus dan lumba-lumba) sangat tinggi di Laut Sawu.Foto : BRPSDI KKP

 

Suvey Perairan Solor

Kepala Perwakilan Misool Flores Timur, Maria Yosefa Ojan kepada Mongabay Indoesia di kantornya, Kamis (30/7/2020) mengatakan, perairan Solor merupakan salah satu perairan yang memiliki keanekaragaman yang tinggi.

Perairan yang berbatasan dengan Laut Sawu ini, kata Evi sapaannya, merupakan habitat penting untuk megafauna laut. Berdasarkan penelitian Misool Baseftin tahun 2016-2017 dan studi Benjamin Kahn menemukan setidaknya 32 spesies megafauna laut yang hadir di perairan ini.

“Megafauna laut ini meliputi 11 spesies paus, 7 spesies lumba-lumba, 5 spesies pari, 5 spesies penyu, 2 spesies sunfish, hiu paus, serta dugong,” ujarnya.

Pada penelitian tersebut, sebut Evi, ditemukan kelompok lumba-lumba adalah megafauna laut yang mendominasi kemunculan di Perairan Solor.

Ia katakana Stenella longirostris merupakan spesies yang tergolong melimpah secara lokal dengan rata-rata kemunculan 33 individu hingga 300 individu pada setiap kelompok kemunculannya

Selama periode pengamatan berlangsung dari Januari 2016 – Oktober 2017 telah dilakukan sebanyak 263 hari survei, dengan rata-rata 12 hari survei setiap bulannya.

“Secara umum kami telah berhasil mendokumentasikan setidaknya 32 jenis megafauna laut yang berbeda dengan rincian 26 species hasil dari pengamatan 2016-2017,” ucapnya.

Megafauna laut tersebut jelas Evi meliputi 7 jenis lumba-lumba, 5 jenis paus, 5 jenis penyu, 2 jenis pari manta, 2 jenis pari mobula, 2 jenis sunfish (ikan matahari), hiu paus, dugong dan pari burung.

 

Serombongan lumba-lumba kerap dijumpai di area Sulamu dan Afoan, Perairan Laut Sawu, Nusa Tenggara Timur. Foto : BKKPN Kupang

 

Selain itu katanya, ada satu jenis paus yang didaratkan di Desa 
Lamakera tahun 2014 dan satu jenis paus yang didaratkan di Desa Lamalera pada tahun 2017 ditambah empat jenis paus hasil survey Benjamin Khan selama periode studi 2001-2005.

“Kami juga menemukan tujuh species Cetacea kecil dari keluarga lumba-lumba (delphindae) telah teridentifikasi selama periode studi berlangsung,” ungkapnya.

Lumba-lumba tersebut kata Evi terdiri dari lumba-lumba paruh pendek (Delphinus delphis), lumba-lumba gigi kasar (Steno bredanensis) dan lumba-lumba fraser (Lagenodelphis hosei).

Ada juga lumba-lumba hidung botol (Tursiops truncatus), lumba-lumba abu-abu (Grampus griseus), lumba-lumba totol (Stenella attenuata) dan lumba-lumba paruh panjang (Stenella longirostris).

“Secara keseluruhan di Perairan Solor setidaknya kami mencatat 11 jenis paus; dengan rincian 5 jenis paus yang teramati pada saat survey 2016-2017,” tuturnya.

Paus tersebut sebut Evi yakni paus minke (Balaenoptera acutorostrata), paus pemandu sirip pendek (Globicephala macrorhynchus), paus pembunuh palsu (Pseudorca crassidens), paus biru (Balaenoptera musculus) dan paus pembunuh kerdil (Feresa attenuata).

Evi katakan, ada juga paus brydei (Balaenoptera brydei) yang didaratkan di Desa Lamakera pada tahun 2014, paus pembunuh (Orchinus orca) yang didaratkan di Lamalera.

“Selain itu, ada  4 jenis paus yang diamati Benjamin Khan yang meliputi paus kepala semangka (Peponocephala electra), paus sperma (Physeter macrocephalus), paus sperma kerdil (Kogia sima) .dan paus beaked (ziphiidae spp),” pungkasnya.

 

Exit mobile version