Mongabay.co.id

Melepas Tukik Kala Pandemi COVID-19

 

Sutari, saban malam keluar rumah. Ia bersama sejumlah anggota Kelompok pengawas masyarakat (Pokwasmas) Pilar Harapan mereka menyusuri sepanjang pantai Bajulmati Desa Gajahrejo, Gedangan, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Sembari membawa lampu senter, mereka melongok setiap jengkal kawasan pesisir.

Terutama kawasan yang kerap menjadi tempat pendaratan indukan penyu untuk bertelur. Mereka memeriksa dan melihat lokasi pendaratan penyu. Jika menemukan penyu yang tengah bertelur, mereka mengamati hingga proses bertelur usai. Selanjutnya, mereka mengukur, memeriksa kondisi fisik penyu. Data penyu dicatat, jenis, ukuran dan lokasi.

“Jika terluka atau berdarah dirawat dan diobati. Kemudian dilepas ke habitat. Jika luka parah dirawat dan dilaporkan ke Resor BKSDA (Balai Konservasi Sumber Daya Alam) Sempu,” kata Ketua Pokmaswas Pilar Harapan, Sutari, yang ditemui Sabtu (29/8/2020).

Saat berpatroli pada Juli lalu, ditemukan indukan penyu yang terluka parah. Penyu terdampar dalam kondisi kolaps. Sutari berusaha mengobati dan dirawat di kolam rehabilitasi. Namun, induk penyu tak tertolong. Tubuhnya kemungkinan tersayat baling-baling kapal nelayan. “Induk penyu terdampar di pantai, terpapar sinar matahari. Tak tertolong, mati dan dikuburkan,” ujarnya.

Bahkan, ia pernah menemukan seekor penyu yang mati membusuk di tepi pantai dengan kondisi kepala nyaris putus. Leher penyu ditemukan potongan plastik. Kemungkinan, katanya, penyu memakan plastik di lautan.

Patroli mengawasi penyu rutin dilakukan setiap hari, Terutama saat musim penyu bertelur pada Juni dan Juli. Sedangkan saat ini, mulai berkurang. Sepekan lalu, ditemukan seekor penyu yang bertelur. Telur dikumpulkan dan disiapkan rumah penetasan di Bajulmati Sea Turtle Conservation (BSTC) yang dikelola Pokwasmas. Setiap telur yang dikumpulkan didata dan dilaporkan ke BKSDA Resor Sempu.

baca : Kisah Insyaf Bagyo, DPO Perusak Laut yang Jadi Pejuang Konservasi di Malang Jatim

 

Tukik yang ditetaskan dan dibesarkan di kolam penangkaran milik Bajulmati Sea Turtle Conservation (BSTC) yang dikelola Pokwasmas Pilar Harapan. Foto : BKSDA Jatim

 

Selamatkan Telur, Jaga Habitat Penyu

Rumah penetasan dibangun di kawasan aman cukup jauh dari keramaian pengunjung wisata. Lantaran, penyu rentan terhadap suara dan keramaian. Rumah penetasan dibuat jauh agar tukik (anak penyu) tak stres. Jika stres, katanya, berpotensi kematian.

Telur penyu menetas sekitar 50-an hari. Setelah menetas, tukik dilepas di lautan bebas. Seperti yang dilakukan BSTC melepas 1284 ekor tukik pada Kamis, (27/8/2020). Tukik tersebut berasal dari 10 sarang dengan total sekitar 1.500 butir telur. Selebihnya gagal menetas.

Terdiri atas 1.100 tukik penyu abu-abu atau lekang (Lepidochelys olivacea), sisanya penyu hijau (Chelonia mydas). Tukik dilepaskan bersama pengunjung, dan pegiat konservasi Kabupaten Malang. “Juga bertujuan sosialisasi kepada pengunjung agar mewaspadai telur penyu di sekitar pantai,” ujarnya.

Pandemi COVID-19 tak menghalangi pelepasan tukik. Para pengunjung diminta mengenakan masker, serta menjaga jarak. Selain itu, disediakan tempat cuci tangan untuk mencegah penularan COVID-19. Pandemi ini, katanya, pantai sepi dari pengunjung yang justru positif untuk penyu bertelur dan aman.

baca juga : Penyelamatan Penyu dan Terumbu Karang di Pesisir Malang

 

Pengunjung pantai Bajulmati, Gajahrejo, Gedangan, Kabupaten Malang turut melepaskan tukik ke laut lepas. Foto : BKSDA

 

Sutar mengakui jika dulu masih ada warga sekitar yang mengonsumsi daging dan telur. Namun, kini mereka sadar pentingnya konservasi penyu demi kelangsungan lingkungan hidup. Sehingga ia bersama anggota Kelompok Pengawas Masyarakat (Pokmaswas) Pilar Harapan berkomitmen menjaga kelangsungan hidup penyu di Bajulmati.

Pokmaswas juga menyediakan kesempatan pelajar dan mahasiswa untuk belajar konservasi. Mulai belajar ekosistem biota laut, habitat dan kehidupan penyu. Proses konservasi penyu didampingi lembaga konservasi Sahabat Alam (Salam) Indonesia. Mereka membantu menyiapkan rumah penetasan, pelatihan dan pendidikan konservasi penyu.

Ketua Salam Indonesia Andi Syaifudin menjelaskan sejumlah relawan Salam Indonesia dikirim mendampingi Pokmaswas Pilar Harapan untuk konservasi penyu dan mengelola BSTC. Relawan terdiri atas mahasiswa biologi, kedokteran hewan, kelautan dan perikanan.

menarik dibaca : Kesetiaan Pedan Wutun Mengkonservasi Penyu

 

Pengunjung, aktivis Sahabat Alam Indonesia dan Pokwasmas Pilar Harapan melepaskan tukik pantai Bajulmati, Gajahrejo, Gedangan, Kabupaten Malang. Foto : Sahabat Alam Indonesia

 

Konservasi penyu, kata Andi, terbagi dua yakni pembesaran di dalam kolam dan langsung pelepasan setelah menetas. Maksimal 12 jam setelah menetas, tukik dilepasliarkan ke laut bebas. “Agar penyu cepat beradaptasi dengan laut, belajar menyelam dalam, dan berang jauh,” katanya.

Bila terlalu lama di kolam pembesaran, tukik kehilangan insting alaminya seperti menghadapi predator dan menganggu system navigasi. Setelah dewasa, penyu akan kembali ke pantai yang sama ditetaskan untuk bertelur. Secara alamiah tukik memiliki kantong kuning telur di leher (yolk) di dada sebagai sumber makanan yang bertahan selama tiga sampai empat hari. Sehingga tukik bisa bertahan hidup tanpa pakan.

Sedangkan rata-rata di Jawa Timur tukik dibesarkan di kolam, padahal membutuhkan biaya besar untuk pakan. Bahkan, ada yang dibiarkan di kolam pembesaran sampai beberapa bulan. “Pasti mati setelah dilepas ke laut,” ujarnya.

Prosedur konservasi penyu di BSTC diakui Andi, belum memenuhi standar prosedur konservasi karena masih dilakukan pembesaran di kolam. Untuk itu, secara perlahan-lahan Salam Indonesia bersama BTSC melepas tukik secara langsung. Secara bertahap, mereka mengubah kebiasaan dalam konservasi penyu.

“Kita belajar bersama warga. Tujuannya untuk pelestarian lingkungan dan membangun desa,” ujarnya.

Hasil penelitian mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Brawijaya ditemukan tukik yang berjamur dan terserang penyakit. Jika lama ditahan di kolam pembesaran, kata Andi, sesama tukik saling memangsa.

perlu dibaca :  Pulau Langkai, Surga Penyu yang Terlupakan

 

Sahabat Alam Indonesia mendampingi Pokwasmas Pilar Harapan dalam konservasi penyu di Bajulmati Sea Turtle Conservation (BSTC). Foto : Sahabat Alam Indonesia

 

Ancaman Perburuan, Wisata dan Predator

Pesisir Malang selatan menjadi pendaratan penyu sisik (Eretmochelys imbricate), abu-abu (Lepidochelys olivacea), hijau (Chelonia mydas) dan belimbing (Dermochelys coriacea). Lokasi pendataran berada di sepanjang Malang Selatan. Perburuan dan pariwisata yang masif mengancam pelestarian penyu di alam. Penyu juga terancam dengan kehadiran predator seperti biawak, monyet ekor panjang dan anjing hutan.

Selain itu, ada yang memburu dan memperdagangkan daging penyu. Dulu, kata Andi, telur penyu dijual Rp1000-2000/butir, daging penyu dijual Rp8000/kg dan daging kikil penyu Rp80 ribu/kg. Tak dijual langsung di pasar, tapi secara sembunyi-sembunyi.

“Mereka tahu perburuan dan perdagangan penyu ilegal. Mereka tak berani menjual terang-terangan,” katanya. Kini, perdagangan telur dan daging penyu mulai menurun. Lantaran sebagian nelayan telah sadar dan menghindari perburuan penyu.

Sementara, aktivitas pariwisata massal juga menganggu habitat penyu. Untuk itu, Salam Indonesia mendorong wisata edukasi berbasis ekologi. Disiapkan ekowisata mulai pemdataan, edukasi, dan konservasi. Sejauh ini belum ada paket wisata, masih sebatas edukasi bagi pelajar dengan berdonasi untuk konservasi penyu.

baca juga : Begini Penderitaan Penyu yang Berusaha Mengeluarkan Plastik dari Perutnya

 

Perburuan penyu menjadi salah satu ancaman populasi penyu di Kabupaten Malang, Jatim. Foto : Sahabat Alam Indonesia

 

Kepala Seksi Konservasi BKSDA Wilayah VI Probolinggo, Jawa Timur Mamat Rohimat mengapresiasi usaha Pokwasmas Pilar Harapan dan pengelola BSTC melakukan konservasi penyu. Saat pelepasan, petugas memeriksa dan mengecek kondisi tukik yang dilepasliarkan.

“Kami mengapresiasi mereka yang semangat menyelamatkan penyu meski dalam kondisi pandemi,” ujarnya yang dihubungi Mongabay Indonesia, Sabtu (29/8/2020). Kegiatan pelepasliaran tukik, katanya, tetap memperhatikan protokol kesehatan.

Mamat berharap kepedulian dan dukungan masyarakat dan instansi terkait untuk melestarikan penyu. Apalagi beberapa jenis penyu merupakan satwa langka dan dilindungi. Sebaran tempat bertelur penyu di pesisir Malang Selatan sepanjang 71 kilometer meliputi pantai Sido Asri, Sendiki, Gua Cina, Bajulmati, Nganteb, Kondang Merak, dan Kondang Iwak. Setelah siap dilepasliarkan. BKSDA mengawasi setiap pengumpulan ada berita acara, pelepasan juga diawasi.

“Aktivitas mereka kami awasi dan pantau,” katanya. Untuk mencegah pemanfaatan izin dan menyalahgunakan untuk kegiatan ilegal yang melanggar hukum.

Balai Besar BKSDA Jawa Timur telah mendatangani perjanjian kerjasama dengan Pokwasmas Pilar Harapan untuk menyelamatkan penyu. Termasuk bersama Perum Perhutani sebagai pengelola lahan negara yang digunakan konservasi. Perum Perhutani, katanya, juga memberi izin pelesatarian penyu di sana.

Dukungan masyarakat yang peduli kelestarian penyu, ujar Mamat, dibutuhkan lantaran keterbatasan personil BB-BKSDA Jatim dalam usaha konservasi penyu. Selain itu, juga dibutuhkan dukungan instansi pemerintah lain untuk memberi dukungan sarana dan prasarana. “Selama ini mereka berswadaya,” tambahnya.

 

Seekor tukik yang dilepasliarkan di pantai Bajulmati, Gajahrejo, Gedangan, Kabupaten Malang. Foto : Sahabat Alam Indonesia

 

Exit mobile version