Mongabay.co.id

Rumah Adat Kampung Megalitikum di NTT Kembali Terbakar. Apa yang Harus Dilakukan?

 

Masyarakat Nusa Tenggara Timur (NTT) terutama masyarakat adat kembali berduka. Saat panas terik menyinari perkampungan di kaki lereng gunung Ile Lewotolok, warga Kampung Napaulun, Desa Bunga Muda Kecamatan Ile Ape, Kabupaten Lembata, NTT dikejutkan dengan hadirnya api di perkampungan lama.

Api menjalar dengan cepat dan menghanguskan 26 rumah adat dari 35 rumah adat yang berada di Kampung Adar  Napaulun, Desa Buga Muda, Kecamatan Ile Ape, Kabupaten Lembata, Minggu (30/8/2020) siang.

Kejadian serupa juga melanda NTT selang 3 minggu sebelumnya. Pada Senin (10/8/2020) sore, sebanyak 22 rumah di Kampung Adat Deke, Desa Patiala Bawa, Kecamatan Lamboya Barat, Kabupaten Sumba Barat, hangus terbakar.

Dari 22 rumah adat yang terbakar hanya satu rumah adat yang tidak dihuni yang selamat. Api cepat merambat karena bangunan rumah adat terbuat dari kayu dan beratap alang-alang.

baca : Rumah Alami Adat Sumba Semakin Sulit Dibangun, Kenapa?

 

Api sedang menjalar dan membakar atap bangunan rumah adat di Kampung Adat Napaulun, Desa Bunga Muda, Kecamatan Ile Ape, Kabupaten Lembata, NTT. Foto : Teddi Lagamaking

 

Dua tahun sebelumnya, pada 2018 juga terjadi dua kebakaran rumah adat di Kampung Adat Megalitikum Nggela di Kabupaten Ende dan Gurusina di Kabupaten Ngada yang semuanya di Pulau Flores.

Kampung  Adat Gurusina berada di Desa Watumanu, Kecamatan Jerebu, Kabupaten Ngada, Pulau Flores tepatnya di lereng Gunung Inerie. Sebanyak 27 rumah adat berbahan bambu dan beratap alang-alang ludes terbakar, Senin (13/8/2018).

Api merambat dengan cepat dan menyebabkan  3 buah Ngadu (tiang adat ) serta 3 Bhaga ikut terbakar. Sebanyak 6 rumah adat berhasil diselamatkan dan 160 jiwa yang menempati rumah adat tersebut juga selamat.

Dua bulan sesudahnya, Senin (29/10/2018) sekitar pukul 14.00 WITA, sebanyak 31 unit rumah di Kampung Adat Nggela,Kecamatan Wolojita Kabupaten Ende ludes terbakar. Jumlah rumah adat sebanyak 21 unit terbakar bersama 10 rumah warga.

  

Baru Direhabilitasi

Tetua adat Suku Ladopurab Desa  Bunga Muda, Kecamatan Ile Ape Bernadus Belake (56) kepada Mongabay Indonesia, Senin (31/8/2020) menyebutkan, sebanyak 35 rumah adat tersebut dibangun di kampung lama.

Bernadus mengatakan pembangunan rumah adat sejak tahun 1930  ini menggunakan dana swadaya warga kampung. Semua rumah adat di kampung adat ini juga baru direhabilitasi pada 10 Agustus 2020 lalu.

“Kami juga belum mengetahui pasti penyebab terjadinya kebakaran. Rumah adat tersebut tidak ada yang tinggal tetapi dekat dengan kampung baru, pemukiman warga sehingga setiap hari kami selalu ke rumah adat,” ungkapnya.

baca juga : Kenapa Rumah Masyarakat Besipae Dibongkar Pemerintah?

 

Rumah adat di Kampung Adat Napaulun, Desa Bunga Muda, Kecamatan Ile Ape, Kabupaten Lembata, NTT yang terbakar. Foto : Teddi Lagamaking

 

Rumah adat tersebut ucap Bernadus, milik belasan suku yang menetap di dua desa yakni Bunga Muda dan Naposabok. Ada beberapa suku sebutnya, yang punya satu rumah adat bahkan ada yang punya 7 rumah adat.

Rangka rumah adat dari bambu termasuk bambu Aur. Atap dari alang-alang, daun kelapa dan daun Tuak atau Gebang. Untuk membangun sebuah rumah adat, katanya, butuh biaya minimal Rp20 juta.

“Setiap tahun dilakukan ritual adat besar pesta kacang dan seremonial untuk meminta hujan.Di rumah adat juga sering dibuat ritual adat untuk memberi makan leluhur, sang pencipta serta Lewotanah atau kampung halaman,” tuturnya.

Bernadus menjelaskan, setelah ada kebakaran maka ada pembuatan ritual adat sebelum dibangun kembali. Ia sebutkan,ada suku yang memiliki  tradisi ketika sedang mencabut tiang rumah bagian kanan yang terbakar atau rusak, maka harus menyembelih hewan.

Suku paling besar Hurek Making memiliki 5 rumah adat sedangkan Niha Making miliki sekitar 7 rumah adat di kampung adat ini. Pendapatan warga dua desa ini kebanyakan petani dan juga bekerja sambilan sebagai nelayan.

“Hasil pertanian kami padi, jagung dan kacang tanah  tapi tahun ini semua kampung di Ile Ape mengalami gagal panen akibat kekeringan dengan serangan hama ulat,” ungkapnya.

perlu dibaca : Konflik Tanah di Hutan Pubabu. Kenapa Masyarakat Adat Menolak Klaim Pemerintah?

 

Rumah adat di Kampung Adat Napaulun, Desa Bunga Muda Kecamatan Ile Ape,Kabupaten Lembata, NTT yang terbakar. Foto : Teddi Lagamaking

 

Membakar Hutan

Wakil Bupati Lembata Thomas Ola Langoday kepada Mongabay Indonesia, Senin (31/8/2020) menegaskan jumlah rumah adat ada 35 dan saat terjadi kebakaran ada 9 yang sempat berhasil dilindungi dan 26 lainnya ludes terbakar.

Thomas mengaku sudah  meminta Kepala Desa Bunga Muda membuat laporan tertulis kepada Pemerintah Kabupaten Lembata. Laporan itu bakal diteruskan ke pemerintah  provinsi dan pusat untuk bisa membantu membangun kembali dan pelestarian rumah adat kedepannya.

“Rumah adat dipergunakan saat ritual pesta kacang dan hajatan apa saja. Sangat disayangkan sampai saat ini api masih menjalar di gunung padahal di kaki gunung Ile Lewotolok ada banyak kompleks rumah adat dan kampung tua,” ucapnya.

Thomas menyebutkan hari ini Senin (31/8/2020) seluruh masyarakat di kampung adat Lewotolok melakukan pembersihan agar api tidak menjalar ke kampung adat mereka karena api menjalar dari barat dengan kencang.

“Api menghanguskan hutan yang memang sangat dibutuhkan. Kebakarannya di gunung dan tidak ada akses jalan sehingga petugas sulit melakukan pemadaman api termasuk mengerahkan mobil pemadam,” sesalnya.

Bernadus mengatakan, hutan bambu  yang berada di gunung Ile Lewotolok juga terbakar  padahal bambu sebagai bahan utama pembuatan rumah adat. Untuk itu, harus mengambil bambu di kecamatan lain.

Tentu semua butuh biaya karena daun kelapa dan kayu dibeli di wilayah kecamatan sehingga dibutuhkan bantuan dana dari berbagai pihak baik pemerintah, lembaga swasta maupun perorangan yang peduli.

“Kalau semua bahan siap, maka seminggu rumah adat bisa selesai dibangun dengan melibatkan segenap masyarakat. Kami harapkan kerjasama semua pihak untuk bergandeng tangan membangun rumah adat kembali,” harapnya.

baca juga : Komunitas Adat Bersikeras Tebang Pohon Dalam Kawasan TN Kelimutu. Bagaimana Solusinya?

 

Kebakaran yang terjadi di Kampung Adat Napaulun, Desa Bunga Muda Kecamatan Ile Ape, Kabupaten Lembata, NTT. Foto : Teddi Lagamaking

 

Identitas Budaya

Ketua Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) Nusa Bunga yang meliputi Pulau Flores, Adonara, Solor dan Lembata, Philipus Kami berharap pemerintah maupun siapapun yang peduli dengan masyarakat adat membantu membangun kembali rumah adat.

Rumah adat, kata Lipus sapaannya, sebagai lambang identitas budaya dan menjadi karakter sebuah wilayah serta tempat berkumpul masyarakat adat.

Ia meminta masyarakat adat tidak putus asa dan bermusyawarah untuk membangun kembali rumah adat yang sudah terbakar.

“Biasanya setelah terbakar akan ada ritual pendinginan yang wajib dilakukan sebelum dilakukan pembangunan kembali rumah adat, agar kedepannya terhindar dari bencana,” terangnya.

Lipus menambahkan, mungkin juga harus dibuat seremonial kepada para leluhur sebab jangan sampai ada kesalahan. Selain itu, juga ingin menyadarkan kembali anak cucu agar membangun kembali warisan itu dengan sebaik mungkin.

Pemulihan dan perdamaian pesannya, harus dilakukan oleh anak cucu saat ini dengan mengundangg leluhur yang membangun kampung adat. Tujuannya, agar turut terlibat dalam seluruh upaya perbaikan dan mewariskan dengan baik seluruh peralatan yang turut terbakar.

“Kita berharap jangan sampai ada hal-hal lain yang mempengaruhi kebakaran di berbagai kampung adat di NTT. Jangan sampai ada pembangunan yang lain ikut memicu terbakarnya rumah-rumah adat di NTT,” ungkapnya.

 

Rumah adat beserta barang peninggalan sejarah di rumah adat Kampung Adat Napaulun, Desa Bunga Muda Kecamatan Ile Ape, Kabupaten Lembata, NTT yang terbakar. Foto : Teddi Lagamaking

 

Lipus harapkan kebakaran rumah adat di beberapa kampung adat tidak berpengaruh terhadap perkembangan sektor pariwisata berbasis adat budaya di NTT.

Pembangunan rumah adat dari bahan alam sebutnya bisa membuat masyarakat adat selalu menjaga ketersediaan  bahan yang dibutuhkan seperti ilalang, kelapa dan pohon Tuak atau Gebang.

Masyarakat juga diminta menjaga berbagai kayu di hutan yang dibutuhkan untuk pembangunan rumah adat. Ia tegaskan pesan leluhur untuk menjaga kelestarian alam harus selalu dijaga lewat berbagai kearifan lokal.

“AMAN mendorong pemerintah untuk segera membangun kembali rumah-rumah adat yang terbakar agar sektor wisata berbasis adat budaya terus dikembangkan pemerintah dan masyarakat adat setempat,” pungkasnya.

 

 

Exit mobile version