Mongabay.co.id

Melihat Hutan Lewat Persemaian Stek Pucuk Jati 

 

Panas menyengat begitu terasa ketika memasuki kawasan persemaian JPP stek pucuk jati (Tectona grandis L.f) petak 55H di Resort Pengelolaan Hutan (RPH) Desa Siman, Kecamatan Sekaran, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur. Saat musim kemarau tegakan pohon jati terlihat meranggas. Sehingga terik matahari siang hari terasa menusuk di kulit.

Namun, hal itu tidak menyurutkan semangat Jito saat beraktivitas merawat bibit tanaman jati yang mempunyai nilai jual tinggi tersebut. “Kalau musim kemarau seperti saat ini perawatannya lebih maksimal. Paling tidak setiap hari harus nyiram. Jika tidak begitu pertumbuhannya kurang maksimal” ujar lelaki 65 tahun ini kepada Mongabay Indonesia, Kamis (01/10/2020).

Dibanding musim hujan, kata dia, saat musim kemarau seperti sekarang ini perawatannya bisa dua kali lipat. Ketika musim hujan, penyiraman paling dilakukan hanya 3-4 kali dalam seminggu.

baca : Uniknya Si Akar Langit, Pohon Harry Potter dari Lamongan

 

Sejumlah pemuda ketika berkunjung di persemaian JPP stek pucuk jati (Tectona grandis L.f) petak 55H di Resort Pengelolaan Hutan (RPH) Desa Siman, Kecamatan Sekaran, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur. Foto : Falahi Mubarok/Mongabay Indonesia

 

Bibit-bibit jati tersebut didapatkan dari hasil stek pucuk. Metode ini, lanjut dia, merupakan perbanyakan vegetatif yang dilakukan secara sederhana, dengan menumbuhkan terlebih dahulu tunas-tunas aksiler pada media persemaian sampai berakar, hal ini dilakukan sebelum dipindahkan ke lapangan. Sementara itu, tunas aksiler yaitu tunas yang terdapat pada sudut diantara daun dan batang.

Jito menceritakan, ada dua faktor yang menjadikan keberhasilan dari stek pucuk, yaitu faktor dalam dan luar. Faktor dalam misalnya seperti tingkat ketuaan donor stek, waktu pengumpulan stek, dan juga kondisi fisiologi stek.

“Sementara untuk faktor luarnya yaitu dilihat dari suhu, kelembaban, intensitas cahaya, hormon pengatur tumbuh, juga media tanam yang digunakan,” ucap pria yang lebih dari 10 tahun menjadi buruh di persemaian yang ada di tengah hutan jati tersebut.

baca juga : Upaya Kembalikan Lagi Hutan Jati di Muna

 

Hasil produksi bibit jati unggul dari stek pucuk. Metode ini merupakan perbanyakan vegetatif yang dilakukan secara sederhana. Foto : Falahi Mubarok/Mongabay Indonesia

 

Penanganan Bibit Stek Jati

Untuk penanganan bibit jati dengan cara stek pucuk yang meliputi penanaman, pemeliharaan hingga siap tanam, diharuskan mengikuti standar penetapan. Marji (35), yang juga salah satu buruh di persemaian menjelaskan, untuk wadah bibit yang digunakan dapat berupa kantong plastik atau polybag. Adapun wadah plastik ini berwarna hitam atau putih transparan dengan ukuran panjang 20 cm dan lebarnya 15 cm dengan lubang di bagian samping dan bawahnya.

Sementara, media tanam yang digunakan sebisa mungkin tidak mengandung hama dan penyakit. Selain itu, juga bisa menyimpan air dengan baik dan mampu menahan stek pucuk jati bisa tetap berdiri. Berdasarkan persyaratan itu agar bisa digunakan untuk campuran bahan media arang sekam padi, tanah, pasir, dan kompos.

Adapun untuk prosedur kerja, lanjut dia, yang harus dilakukan yaitu menyiapkan stek pucuk. Kemudian memberikan hormon. Lalu melakukan penanaman dengan cara memasukkan stek yang sudah diberi hormon ke dalam media yang dilubangi, dan berukuran lebih besar dari pada diameter batang stek sedalam 1 cm-2,5 cm.

“Media disekeliling batang stek juga harus dipadatkan, agar stek bisa berdiri tegak. Tidak goyah saat dilakukan penyiraman,” ucapnya. Proses selanjutnya yaitu melakukan pemeliharaan stek di dalam sungkup.

perlu dibaca : Hasanudin, Pelestari Pohon Buah Lokal yang Tak Kenal Lelah

 

Pekerja memindahkan bibit jati unggul dari stek pucuk. Ada beberapa faktor yang menjadikan keberhasilan dari stek pucuk, misalnya seperti tingkat ketuaan donor stek, waktu pengumpulan stek, dan juga kondisi fisiologi stek. Foto : Falahi Mubarok/Mongabay Indonesia

 

Saat di dalam sungkup yang harus dilakukan, terang Marji, yaitu melakukan penyiraman setiap pagi dengan percikan air halus selama 10 menitan. Berikutnya, melakukan penyemprotan di luar sungkup. Hal ini dilakukan apabila cuaca panas, sehingga kelembaban udara di dalamnya bisa terjaga.

Pembukaan sungkup secara bertahap setelah pada stek tumbuh dua pasang daun dan berkembang akar cabangnya harus dilakukan, dan untuk penyesuaian dibiarkan terbuka selama dua minggu.

“Proses selanjutnya itu penyapihan, kemudian melakukan pemeliharaan stek di bedeng pertumbuhan dan bedeng pengerasan. Proses akhir sebelum dilakukan penanaman di alam, terlebih dahulu harus diseleksi,” jelas pria dengan kulit sawo matang tersebut.

baca juga : Inilah Enam Pohon Pereda Stres

 

Dua buruh perempuan saat membersihkan daun jati sebelum dilakukan pengambilan bibit jati unggul dari stek pucuk. Foto : Falahi Mubarok/Mongabay Indonesia

 

Pertumbuhan Lebih Cepat      

Stek pucuk jati menjadi pilihan sebab bibit ini pertumbuhannya bisa lebih cepat dibandingan dengan bibit lokal maupun bibit dari biji. Sehingga, cocok digunakan untuk reboisasai lahan-lahan yang kosong. Nyaman, selaku mandor persemaian JPP stek pucuk jati (Tectona grandis L.f) petak 55H di RPH Desa Siman menjelaskan, jika menggunakan bibit dari stek pucuk perkiraan panennya membutuhkan waktu sekitar 25 tahun.

Selain itu, keunggulan lain dari bibit stek pucuk yaitu hasilnya pohonnya nanti bisa lurus tidak bercabang atau tidak bengkok. Untuk reboisasinya sementara ini hanya menyediakan kebutuhan reboisasi untuk kawasan Perhutani wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Tuban, yang meliputi Kabupaten Gresik, Kabupaten Lamongan dan Kabupaten Tuban.

 

Saat di dalam sungkup yang harus dilakukan yaitu melakukan penyiraman setiap pagi. Berikutnya, melakukan penyemprotan di luar sungkup. Hal ini dilakukan apabila cuaca panas, sehingga kelembaban udara di dalamnya bisa terjaga. Foto : Falahi Mubarok/Mongabay Indonesia

 

“Jumlah yang diproduksi tergantung permintaan atau kebutuhan yang akan direboisasi. Kita hanya menerima orderan dari atasan, pengalaman paling banyak pernah produksi sampai 500 ribu biji,” kata pria 44 tahun ini pada, Jum’at (16/10/2020).

Dalam semusim, lanjut dia, lazimnya produksi dilakukan sekitar bulan Februari, sampai bulan September harus sudah selesai. Sementara itu, persemaian JPP stek pucuk jati (Tectona grandis L.f) petak 55H di RPH Desa Siman mempunyai keluasan 2 hektare dengan dibagi tiga blok.

Pertama yaitu blok kebun pangkas. Kemudian blok kedua blok seeding. Ketiga blok open, blok ini untuk penjemuran bibit yang sudah jadi. Sejauh ini, kata Nyaman, untuk kendala yang dihadapi lebih kepada ongkos tenaga kerja yang mahal. “Untuk yang lain-lain bisa diatasi. Sementara ini ada empat pekerja,” tutupnya.

 

Dibanding musim hujan, saat musim kemarau seperti sekarang ini perawatannya harus lebih maksimal, diperlukan setiap hari dilakukan penyiraman. Foto : Falahi Mubarok/Mongabay Indonesia

 

Exit mobile version