Mongabay.co.id

Ngumpet di Alam, Mencari Sunyi di Tengah Pandemi

 

Warga kini makin gemar menjelajahi bebukitan untuk rekreasi dalam sunyi di tengah pandemi ini.

Keluar rumah dengan mempertimbangkan risiko penularan COVID-19 adalah fokus sebagian warga. Pilihannya adalah menjelajahi gunung, lembah, dan bebukitan karena lebih sunyi sekaligus ruang refleksi atas tujuh bulan terdampak pandemi global ini.

Escapist, istilah ini makin populer. Sebuah alternatif melawan turisme massal, ngumpet di titik-titik spesial menikmati panorama alam. Tantangannya, berani melewati jalanan terjal, berbatu, dan berkelok.

Bukit Tengah dan Bukit Abah di Kabupaten Klungkung, Bali, adalah lokasi eskapis dengan perpaduan panorama laut, teluk, bebukitan, lembah, dan gunung. Jarak keduanya sekitar 15 menit, dan sekitar 1-1,5 jam berkendara dari Kota Denpasar.

Mari menuju Bukit Tengah sebagai permulaan perjalanan ngumpet ini. Patokannya adalah Pura Gua Lawah yang populer dengan kehadiran sebuah goa sebagai habitat kelelawar yang dilindungi. Di sekitar gua, berdiri kompleks pura, tempat persembahyangan warga dari segala penjuru Bali.

baca : Asyiknya Berburu Matahari di Bukit Kursi Bali

 

Panorama Gunung Agung dengan deretan perbukitan yang indah dari Bukit Tengah, Kabupaten Klungkung, Bali. Foto : Luh De Suriyani/Mongabay Indonesia

 

Beberapa belas meter dari Pura, ada jalan raya menuju Bukit Tengah. Sebuah papan kecil jadi penunjuk jalan, dengan pos yang dijaga sejumlah warga. Mereka menyodorkan kotak sumbangan sukarela dan buku catatan dengan alasan donasi untuk perbaikan jalan.

Jalan raya memang sudah terlihat berlubang, motor berjalan santai ketika jalan mulai menanjak. Pemandangan laut dan lembah langsung terhampar di kiri dan kanan jalan. Papan-papan kecil penunjuk jalan bertuliskan Bukit Tengah sangat membantu pengunjung. Dari jalan besar, mengarah ke jalan kecil, kemudian jalan tanah berkelak-kelok.

Setelah lebih dari 3 kilometer berkendara, jalan tanah akhirnya berujung di puncak bukit yang melegakan jiwa raga. Bukit Tengah memberikan panorama 360 derajat, tak heran bekas-bekas pendirian kemah nampak tersebar di sekeliling puncak bukit ini. Tak hanya terpusat di satu area saja.

Sunset dan sunrise adalah paket lengkap di bukit ini. Matahari terbit akan muncul dari balik Gunung Agung yang terlihat sangat dekat. Jadi latar belakang lapis demi lapis bukit, lembah yag hijau dan rapat, seperti barisan raksasa yang menjaga Gunung Agung.

Di sisi lain, ada teluk dan laut yang saling mengisi. Sekelompok anak muda baru saja mendirikan tenda. Mereka memilih menghadap teluk dan Gunung Agung. Mereka menantikan matahari terbit dengan cahaya yang memberkas di lembah.

Sebuah warung kecil, satu-satunya di area ini dengan seorang pedagang perempuan tua menunggu pembeli sampai petang. “Saya tinggal di sekitar sini, tanah ini kan sudah disewa orang, tapi belum dibangun,” ia menjawab dengan ramah.

Ia menunjuk bangunan kayu rumah Joglo yang berdiri di area tengah, tapi sebagian rusak karena tak jadi dioperasikan. Angin dan hujan meruntuhkan sebagian rumah kayu indah ini. Dilihat dari lokasi didirikan, penghuninya akan mendapat panorama 360 derajat ini dengan leluasa. Perburuan lahan yang telaten dari pendiri rumah kayu ini.

baca juga : Keindahan Tersembunyi Mata Air Tembeling

 

Suasana sunset di Bukit Tengah, Kabupaten Klungkung, Bali. Foto : Luh De Suriyani/Mongabay Indonesia

 

Senja mulai hadir dengan berkas cahaya jingganya. Sekelompok anak muda lainnya tiba dan mendirikan tenda. Kali ini mengarah ke barat, lembah dan gunung. Mereka memilih titik menikmati senja. Matahari dengan cepat bergelincir ke kaki langit. Bulatan matahari terlihat utuh, sinarnya memberkas juga ke laut membuat area ini terasa hangat.

Dari jalanan tanah, sepasang turis asing tergopoh-gopoh mempercepat jalannya memburu sisa berkas jingga. Tak heran Bukit Tengah kini makin populer di kalangan eskapis. Satu-satunya penghambat sekaligus mengurangi potensi keramaian di bukit ini adalah jalanan tanah yang hanya bisa dilalui kendaraan offroad dan motor yang dikendarai dengan hati-hati.

Juni, warga desa tetangga Bukit Tengah tak menyangka kekayaan panorama di sini. Ia mengatakan warga sekitar belum tentu tahu keindahan daerahnya. Karena para eskapis ini memiliki nyali untuk menjelajah dan menemukan tempat-tempat baru. Mereka membuka jalan dan berbagi pengalaman melalui rute-rute yang bagi sebagian orang cukup menakutkan.

Namun, lokasi-lokasi seperti ini harus segera dikelola warga sekitar atau desa untuk menegakkan aturan pembuangan sampah dan limbah. Traveler bertanggungjawab pasti membawa pulang sampah anorganiknya jika tak ada fasilitas tersedia. Namun, sebagian lain masih memilih membakarnya. Ini terlihat di area-area bekas api unggun. Terlihat botol minuman, kemasan camilan, dan kaleng dibakar dan menghasilkan limbah berbahaya.

Petang telah datang, motor matic harus segera turun karena jalanan tanah akan sulit dilalui jika hujan. Jalan pulang selalu lebih melegakan karena sudah mengetahui medan, dan berbekal perasaan lebih nyaman usai berkawan dengan alam.

menarik dibaca :  Penglipuran, Desa Wisata Nan Bersih Asri di Bangli

 

Panorama Gunung Agung dengan deretan perbukitan yang indah dari Bukit Tengah, Kabupaten Klungkung, Bali. Foto : Luh De Suriyani/Mongabay Indonesia

 

Bukit Abah

Sekitar 15-20 menit berkendara dari Bukit Tengah, ada Bukit Abah yang berlokasi lebih tinggi, sehingga Bukit Tengah terlihat mungil dari sini. Lokasinya di Desa Besan, Kecamatan Dawan, Klungkung.

Mungkin seperti namanya, Abah bisa bermakna bapak, seolah induk dari sejumlah bukit di kawasan ini. Bukit ini menaungi desa-desa sekitar dan jadi sumber air bersih. Untuk menuju ke sini, melewati Desa Besan yang berada di kakinya. Berkendara di jalan raya utama desa sampai ke puncaknya. Kelok-kelok lebih tajam dan terjal dibanding Bukit Tengah. Bedanya, jalan sudah beraspal, namun perlu supir berpengalaman untuk menekuni jalan menanjak dan berkelok tajam selama belasan menit.

Tiba di puncak bukit, ada rumah penduduk dan lapangan rumput diramaikan belasan anak-anak bermain bola. Latar belakangnya adalah Gunung Agung dengan puncak kawah terlihat jelas. “Di sini warga memantau erupsi,” sahut Osila, warga sekitar.

Anak-anak yang bermain bola mukim di dua kabupaten karena kawasan ini perbatasan desa-desa di puncak bukit Kabupaten Karangasem dan Klungkung. Secara geografis, cukup terpencil, tak heran lapangan bola seadanya ini adalah area rekreasi bagi mereka.

Usai bermain bola, mereka rehat di bibir bukit, menghadap samudera dan bebukitan yang amat rapat, seolah saling kait mengkait di bawahnya. Bukit Tengah, Bukit Lingga, Penginyahan, Buluh, dan lainnya. “Saat bulan purnama, kami bisa menonton Bulan aling-aling,” lanjut Osila. Bulan penuh seolah-olah bergerak turun naik, seperti sulap mata, kemungkinan efek air laut di kejauhan.

baca juga : Asyiknya Kemah Manja di Bali Jungle Camping Padangan

 

Panorama yang indah dari Bukit Abah, Kabupaten Klungkung, Bali. Foto : Luh De Suriyani/Mongabay Indonesia

 

Spot unik lainnya adalah kehadiran sebuah pohon yang terlihat menyatukan dua jenis pohon berbeda. Pohonnya satu, tapi ada pohon timbul dan teep dalam satu batang yang sama. Di sekitarnya ada sumber air yang dilindungi. Untuk menuju pohon ini, perlu usaha menuruni lereng bukit. Spot favorit lain adalah air terjun yang berhilir di tebing. Anak-anak muda memamerkan foto berendam di kolam batu dengan latar samudera dan bebukitan.

Escapist atau ngumpet menikmati alam memang perlu kesabaran, karena tujuannya adalah perjalanan itu sendiri.

 

Exit mobile version