Mongabay.co.id

Pohon dan Lingkungan Sehat yang Harus Kita Pertahankan

Hari Menanam Pohon Indonesia [HMPI] kita peringati setiap 28 November sejak tahun 2008. Penetapan tanggal tersebut berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2008. Keputusan itu menyatakan, 28 November sebagai Hari Menanam Pohon Indonesia dan Desember dijadikan sebagai Bulan Menanam Nasional.

Pertanyaannya adalah, apa pentingnya gerakan menanam pohon dan juga memeliharanya?

Fakta menunjukkan, kian hari kualitas udara di sejumlah kota kita semakin mengkhawatirkan. Ini ditandai dengan meningkatnya pencemaran udara. Celakanya, hal ini dilengkapi dengan minimnya ruang terbuka hijau [RTH]. Sebagian besar kota di negeri ini mengalami defisit RTH, sebagai contoh Jakarta.

Dari luas sekitar 661,52 kilometer persegi, Jakarta baru memiliki 9,98 persen lahan yang merupakan RTH. Padahal, berdasarkan analisis para pakar lingkungan, wilayah perkotaan seperti Jakarta mestinya mempunyai minimal 30 persen RTH dari luas wilayah keseluruhan.

Minimnya RTH tentu saja dibarengi dengan sedikitnya jumlah pohon. Idealnya, setiap kota menyediakan sejumlah lahan di berbagai sudutnya untuk dijadikan arboretum. Arboretum adalah kawasan yang khusus ditanami bermacam jenis pohon berkayu.

Ditilik asal-usulnya, arboretum berasal dari dua kata Latin yakni arbor yang berarti pohon dan etum yang merupakan tempat tumbuhnya tanaman.

Baca: Kepedulian Kita pada Pelestarian Pohon Masih Rendah?

 

Seorang warga berjalan di depan pohon beringin, di perbatasan Kabupaten Bandung dan Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Pohon dapat membantu kita mengurangi kelelahan psikis dan dapat meningkatkan konsentrasi. Foto: Djoko Subinarto

 

Bagi lingkungan perkotaan, selain menambah estetika, dan juga sebagai penyerap zat-zat polutan seperti karbon dioksida, nitrogen oksida, ammonia, sulfur dioksida, ozon dan partikel debu, keberadaan pohon-pohon juga memiliki sejumlah manfaat.

Misalnya, pohon memberi kontribusi bagi berkurangnya perilaku agresif dan kekerasan dalam rumah tangga. Kajian yang dilakukan Kuo dan Sullivan [2001] menunjukkan, pasangan yang tinggal di lingkungan relatif banyak pohon dan aneka tumbuhan, cenderung memiliki perilaku agresif lebih rendah dibandingkan mereka yang tinggal di lingkungan gersang.

Sementara itu, hasil penelitian yang dilakukan Universitas Illinois, Amerika Serikat, menyimpulkan, keluarga yang tinggal di daerah gersang memiliki kemungkinan lebih tinggi melakukan kekerasan terhadap anak-anak mereka ketimbang yang tinggal di lingkungan banyak pohon dan tumbuhan.

Pohon mempengaruhi juga nilai akademik. Anak-anak yang tinggal atau bersekolah di lingkungan penuh pohon menunjukkan nilai lebih baik ketimbang yang bersekolah di lingkungan gersang [Wells, 2000].

Terkait pemulihan kesehatan, sejumlah studi memperlihatkan, pasien yang dirawat di rumah sakit dengan lingkungan penuh pohon dan tumbuhan, proses penyembuhannya lebih cepat. Bahkan, lebih sedikit mengalami komplikasi ketimbang pasien yang dirawat di rumah sakit dengan lingkungan cenderung gersang [Ulrich, 1984].

Baca: Uniknya Si Akar Langit, Pohon Harry Potter dari Lamongan

 

Pengendara sepeda motor melintasi kawasan Buniayu, Sukabumi, Jawa Barat. Selain menambah estetika, pohon dibutuhkan untuk menyerap zat-zat polutan. Foto: Djoko Subinarto

 

Hadirnya pohon juga membantu mengurangi kelelahan psikis, meningkatkan konsentrasi, dan mengurangi risiko terjadinya gangguan saluran pernapasan. Di samping itu, pohon juga mengurangi risiko terjadinya kanker kulit karena menyerap sinar ultra violet [Hammit, 2002].

Dalam karya bertajuk Seven Benefits of Having Plants in Your Office, Barry Chignellara [2018] menulis, pekerja yang beraktivitas di lingkungan banyak pohon terlihat lebih produktif, jarang sakit, dan memiliki kinerja tinggi.

Sementara itu, ditilik dari aspek ekonomi, keberadaan pohon dan vegetasi lainnya mampu meningkatkan nilai jual properti antara 5-15 persen [Dwyer et al, 1992]. Selain itu, tempat-tempat komersial seperti pusat perbelanjaan yang memiliki cukup banyak pohon mampu menarik lebih banyak pengunjung/pelanggan. Bahkan, membuat mereka lebih lama berbelanja [Wolf, 1999].

Mengingat banyak manfaat, sudah seharusnya para pengelola kota terus berikhtiar untuk memperluas kawasan RTH-nya. Setiap kota juga pula memiliki apa yang di Barat dinamakan urban tree plan [UTP] dan urban tree care plan [UTCP] yang mengatur pola penanaman, pemeliharaan, dan perlindungan pohon-pohon di lingkungan kota.

Pembangunan kota jangan hanya mengutamakan aspek fisik dan keuntungan finansial semata, tetapi juga harus lebih memperhatikan kelestarian ekosistem. Pendirian bangunan-bangunan fisik komersial yang menyita lahan terbuka harus mulai diminimalisir.

Baca juga: Kepedulian Darwin, Cerdaskan Masyarakat dengan Gerakan Literasi Pohon Pustaka

 

Warga menanam benih pohon trembesi di Bojong Asih, Dayeuh Kolot, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Gerakan menanam pohon perlu digiatkan untuk menciptakan lingkungan yang sehat dan bersih. Foto: Djoko Subinarto

 

Gerakan tanam pohon

Beberapa tahun lalu, sebuah program bernama Gerakan Perempuan Tanam dan Pelihara Pohon [GPTPP] sempat digulirkan. GPTPP ini digagas oleh mendiang Ibu Negara Ani Yudhoyono, sebagai bagian dari rangkaian rehabilitasi lingkungan. Para istri pejabat diminta terlibat langsung, menjadi penggerak di daerahnya untuk menanam, memelihara, dan memantau pertumbuhan pohon.

Tujuan GPTPP tentu saja sangat baik dan perlu digiatkan kembali agar menjadi gerakan berkelanjutan, nyata dan terarah. Terlebih, untuk kota-kota yang masih mengalami defisit pohon.

Mungkin perlu juga dibuat gerakan lain yang serupa, untuk program tanam dan pelihara pohon. Misal, Gerakan Siswa Tanam dan Pelihara Pohon, Gerakan Pemuda Tanam dan Pelihara Pohon, Gerakan Santri Tanam dan Pelihara Pohon, Gerakan Guru Tanam dan Pelihara Pohon, Gerakan Wartawan Tanam dan Pelihara Pohon dan sebagainya.

Bagaimana juga, gerakan semacam ini sangat dibutuhkan untuk memberi pemahaman dan penyadaran kepada masyarakat, pentingnya pohon untuk menciptakan lingkungan yang sehat dan bersih.

Mari, kita jadikan wilayah kita semakin hijau dan asri dengan menanam sekaligus memelihara pohon.

 

*Djoko Subinarto, kolumnis dan bloger, tinggal di Bandung, Jawa Barat. Tulisan ini opini penulis. 

 

Rujukan:

Frances E Kuo & William C Sullivan. 2001. Environment and Crime in the Inner City: Does Vegetation Reduce Crime? www.researchgate.net.

Barry Chignell. (2018). Seven Benefits of Having Plants in Your Office.

John F Dwyer, E Gregory McPherson, Herbert W Schroeder & Rowan A Rowntree. 1992. Assesing the Benefits of the Urban Forest. www.researchgate.net.

Kathleen L Wolf. 2003. Public Response to the Urban Forest in Inner City Business Districts.

Nancy M Wells. 2020. Effects of Greeness on Children’s Cognitive Functioning.

NN. 2008. 28 November Hari Menanam Pohon Indonesia.

Roger S Ulrich. 1984. View Through a Window May Influence Recovery from Surgery

William Hammitt. 2002. Urban Forests and Parks as Privacy Refuges.

 

 

Exit mobile version