Mongabay.co.id

Tanam Mangrove di Lantebung, Upaya Gojek Hijaukan Makassar

 

Kawasan ekowisata mangrove Lantebung di Kelurahan Bira, Kecamatan Tamalanrea, Kota Makassar, Sulawesi Selatan, Jumat pagi (20/11/2020), lebih hijau dari biasanya. Seratusan orang berjaket hijau memenuhi kawasan itu, meski dengan tetap menjaga jarak. Sesekali mereka berteriak pekik saling menyemangati. Turun ke bagian pantai lebih luar dengan susah payah, menyusuri pantai berlumpur sedalam lutut.

Tak semua pasukan hijau ini mengenakan sepatu khusus sebagai alas kaki, sehingga mereka harus rela kakinya luka akibat kerang tiram. Namun semua kesulitan itu tak menyurutkan tekad mereka menanam sekitar 1.000 bibit propagul di tengah teriknya matahari.

Mereka adalah para driver Gojek Makassar yang sedang melakukan penanaman mangrove memperingati Hari Pohon Sedunia yang diperingati setiap tanggal 21 November. Kegiatan ini dilakukan Gojek Kerjasama dengan Yayasan Konservasi Laut (YKL) Indonesia dan Dinas Lingkungan Hidup Makassar.

Menurut Kurniawan, District Operational Manager Gojek Makassar, kegiatan penanaman mangrove ini selain sebagai bagian dari peringatan hari pohon sedunia juga sebagai komitmen Gojek dalam mendukung pariwisata mangrove di Kota Makassar.

“Inisiatif ini berasal dari teman-teman yang ikut kopi darat (kopdar). Jadi setiap bulan driver ikut kopdar, ngumpul di warkop sambil ngopi bareng. Cuma karena ada pandemi ini kita batasi. Sekarang kopdarnya diganti dengan nanam mangrove. Kalau di kopdar teman-teman dapat ilmu maka di kegiatan ini teman-teman dapat pengalaman dan amal karena menyumbang 1 pohon pengganti kopdar,” katanya.

baca : Begini Pemberdayaan Nelayan Sekaligus Pelestarian Mangrove Dengan Ekominawisata di Lantebung. Seperti Apa?

 

Driver Gojek di Makassar yang tergabung dalam sejumlah komunitas berpartispasi dalam aksi tanam mangrove memperingati Hari Pohon Sedunia di kawasan ekowisata mangrove Lantebung Makassar, Jumat (20/11/2020). Foto: Wahyu Chandra/Mongabay-Indonesia.

 

Kurniawan yang turut langsung menanam merasa bangga dan bersyukur bisa ikut menanam mangrove.

“Kelak kalau sudah tumbuh dan besar saya akan Kembali ke tempat ini memperlihatkan ke anak-anak apa yang telah kami tanam. Ini akan sangat membanggakan,” katanya.

Andi Sudirman Sulaiman, Wakil Gubernur Sulawesi Selatan, yang turut berpartisipasi pada kegiatan ini mengapresiasi donasi pohon yang dilakukan Gojek ini, yang diakuinya sangat cocok dengan warna brand Gojek yang berwarna hijau.

“Saya sangat apresiasi kegiatan ini. Tak salah bajunya berwarna hijau, tanamnya untuk penghijauan. Suasana hijau memang luar biasa. Ingatlah bahwa satu pohon yang ditanam itu mungkin akan hidup lebih lama dari kita. Kita sudah berkalang tanah namun pohonnya masih tumbuh terus berproduksi memproduksi oksigen untuk bumi,” katanya.

Sudirman mengakui memiliki kepedulian dalam menanam mangrove. Dalam setahun terakhir ia mengakui telah menanam sekitar 10 ribu bibit di berbagai pesisir di Sulsel.

“Perlu saya sampaikan, saya bermimpi seluruh garis pantai Sulsel sepanjang 2000 km ini akan ditanami mangrove, karena sangat bermanfaat bagi nelayan dan bisa mencegah abrasi. Inilah pohon yang takut ditebang kecuali orang-orang gila, karena mau dibikin balok tidak bisa, akarnya bagus untuk ikan, bahkan ini bisa dijual dalam skema perdagangan karbon,” tambahnya.

baca juga : Mangrove Terjaga, Kesejahteraan Nelayan Meningkat di Lantebung

 

Wakil Gubernur Sulsel, Andi Sudirman Sulaiman (tengah) turut serta dalam aksi tanam mangrove di Lantebung. Ia bermimpi bisa menanami seluruh pantai Sulsel sepanjang 2.000 Km dengan mangrove. Foto: Wahyu Chandra/Mongabay-Indonesia.

 

Sudirman juga menyampaikan visinya mendukung green economy yang bertumpu pada penggunaan energi baru dan terbarukan.

“Kita mau konversi melalui sistem bahwa tenaga surya bisa dikembangkan, tidak lagi hanya bertumpu pada energi fosil. Kita ingin kembangkan green economy di mana semua orientasinya tidak merusak lingkungan. Anda bisa berbisnis di bumi ini tetapi tidak merusak lingkungan,” tambahnya.

Sudirman yang sempat bekerja di beberapa perusahaan pertambangan mengakui memiliki pengalaman berharga bisa bekerja di perusahaan yang memiliki komitmen lingkungan yang tinggi.

“Saya dulu bekerja di pertambangan, tetapi paling tidak tempat saya bekerja selalu menghijaukan kembali area yang sudah dieksploitasi. Sekarang pola mau diubah, bagaimana green business yang sustainable, yang berkelanjutan. Tidak boleh sekali tebang hancur semua lahannya lalu pindah lagi, makanya jadilah banjir di mana-mana.”

Menurutnya solusi pembangunan ke depan adalah melalui green economy dengan mewariskan alam yang baik untuk generasi mendatang.

“Bagaimana anak cucu kita tetap diwariskan yang terbaik, wariskan mata air bukan air mata. Seperti halnya mangrove ini sangat bagus yang memiliki daya serap bagus untuk penyimpanan air, untuk ikan, sumber penghidupan nelayan, ombak bisa tertahan.”

Sudirman juga menyinggung aksi pengrusakan mangrove di lokasi tersebut beberapa bulan lalu. Ia mengakui sangat geram dengan tindakan tersebut dan berharap tak terulang.

“Nanti lokasi yang telah ditebangi itu kita tanami lagi mangrove, mau seribu atau sepuluh ribu pohon sampai hijau semua, supaya nanti tak ada lagi yang berani tebang. Kita kasih patok. Dilaporkan saja kalau ada yang berani menebang.”

perlu dibaca : Pengrusakan Mangrove di Lantebung Makassar, Bukti Lemahnya Penegakan Hukum di Wilayah Pesisir

 

Lantebung adalah kawasan wisata mangrove yang banyak dikunjungi warga di akhir pekan. Kawasan ini menjadi lokasi penanaman mangrove berbagai pihak, termasuk Pemprov, Pemkot, TNI, BUMN, mahasiswa, komunitas , dll. Foto: Wahyu Chandra/Mongabay Indonesia.

 

Sedangkan Nuraliah Fatwa, Runner Up 2 Duta Pariwisata Sulsel, yang turut dalam kegiatan ini merasa takjub dengan kondisi mangrove Lantebung yang sangat rindang, yang dinilainya sangat cocok untuk wisata alam.

“Saya sangat senang karena bisa ikut langsung dalam melestarikan kembali wisata alam di Makassar. Saya pikir teman-teman yang menanam ini juga beramal jariah, bagaimana nanti pohon-pohon ini akan tumbuh dengan baik akan bermanfaat bagi masyarakat luas.

Meski ini pertama kali ikut kegiatan seperti ini namun ia merasa sangat senang dan berharap bisa ikut dengan kegiatan penanaman di masa yang akan datang.

“Semoga semakin banyak orang yang punya kepedulian terhadap mangrove ini,” tambahnya.

 

Menjaga Mangrove Terakhir di Makassar

Nirwan Dessibali, Direktur Yayasan Konservasi Laut (YKL) Sulsel, aksi penanaman mangrove di Kota Makassar khususnya Lantebung perlu terus menerus dilakukan. Apalagi di Lantebung adalah kawasan mangrove terakhir yang ada di Kota Makassar.

“Sebagian besar mangrove telah hilang, baik itu karena alih fungsi untuk kawasan pemukiman, kawasan reklamasi, kawasan pergudangan, lahan budidaya tambak dan yang lainnya. Padahal jasa ekosistem mangrove untuk Kota Makassar sangat besar,” katanya.

Menurut Nirwan, pada tahun 2001 silam luas mangrove di Kota Makassar tercatat 411,76 ha, namun pada tahun 2020 ini jumlahnya menyusut tersisa 56,6 ha.

“Dalam kurun waktu 20 tahun terakhir terjadi penyusutan kawasan mangrove hingga 80 persen. Bahkan di daerah pesisir selatan mangrovenya sudah hilang sama sekali.”

baca : Berkolaborasi Selamatkan Mangrove di Sulawesi

 

Sejumlah nelayan melakukan penanaman mangrove di sepanjang pesisir Lantebung, Makassar, Sulsel. Sekitar 20 ribu bibit mangrove yang ditanam hari melengkapi sekitar 80 ribu pohon mangrove yang sudah ditanam sejak 2010 lalu. Foto: Wahyu Chandra/Mongabay Indonesia

 

Berbagai upaya rehabilitasi telah dilakukan berbagai pihak untuk memulihkan ekosistem mangrove ini dan telah menunjukkan adanya tren positif. Hanya saja, berbagai tekanan masih menjadi ancaman sehingga perlu upaya bersama untuk menyelamatkan kawasan mangrove yang tersisa.

“Dibutuhkan kolaborasi dari berbagai pihak untuk menyelamatkan mangrove yang tersisa dan memperluas kawasan mangrove ini, baik itu dari pemerintah, swasta, NGO, CSO, akademisi, dan kelompok masyarakat. Kerjasama dengan semua pihak adalah penentu dari pengelolaan mangrove berkelanjutan termasuk kegiatan yang dilakukan bersama Gojek hari ini.”

Menurut Nirwan, pentingnya menjaga mangrove ini karena telah berkontribusi bagi Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kota Makassar dengan potensi sebesar 4,24 persen. Hingga saat ini capaian target RTH Kota Makassar baru tercapai 7,59 persen (1.334 ha) dari target 30 persen (5.273,1 ha).

“Sebagai daerah pesisir mangrove ini berperan dalam menjaga terjadinya abrasi dan amblesan tanah atau land subsidence di wilayah pesisir Kota Makassar. Ini juga merupakan mitigasi terhadap intrusi dan penggenangan akibat kenaikan muka air laut di Kota Makassar. Skenario 2025 total luas daerah yang tergenang adalah 76,82 ha dan tahun 2100 bertambah menjadi 681,05 hektar.”

Menurutnya, Mangrove di Makassar memiliki serapan karbon sebesar 58.015 ton/tahun yang bisa berkontribusi pada penurunan emisi gas rumah kaca sejalan dengan target RAN GRK Kota Makassar dan NDC Indonesia.

“Mangrove juga merupakan sumber penghidupan dan ruang hidup masyarakat serta menjadi destinasi wisata baru di Kota Makassar.”

 

Exit mobile version