Mongabay.co.id

Memetakan Kebutuhan Jalur Ikan di Seluruh Indonesia

 

Penurunan jumlah biodiversitas dan populasi berbagai jenis ikan kini sedang dihadapi Indonesia. Permasalahan tersebut muncul, salah satunya karena tidak adanya jalur ikan (fishway) pada setiap bendung/bendungan yang dibangun oleh Pemerintah Indonesia.

Ketiadaan jalur ikan pada bendungan, mengakibatkan pergerakan ikan dari hilir ke hulu ataupun sebaliknya menjadi terputus. Kondisi itu sangat mengancam populasi dan keberagaman jenis ikan, karena saat ini bendung/bendungan yang sudah terbangun tidak menyediakan fasilitas tersebut.

Kepala Badan Riset dan Sumber daya Manusia Kelautan dan Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan (BRSDM KP KKP) Sjarief Widjaja mengatakan, agar ancaman tersebut tidak terjadi di kemudian hari, maka pembangunan bendung/bendungan yang ramah ikan mendesak untuk dilakukan.

“Hal ini untuk mengatasi dampak buruk bendungan bagi habitat ikan,” jelas dia belum lama ini di Jakarta.

Perlunya membangun jalur ikan pada setiap bendung/bendungan, karena itu bisa memudahkan ikan untuk mencari makanan di sepanjang rute air yang dilaluinya. Selain itu, dengan jalur migrasi ikan, itu juga sangat bagus untuk proses pengasuhan anakan, atau reproduksi ikan.

Jika pembangunan jalur ikan bisa terwujud pada bendung/bendungan yang ada di seluruh Indonesia, maka itu akan membantu Pemerintah untuk mewujudkan program ketahanan pangan di masyarakat yang ada di wilayah pedesaan.

baca : Ikan Air Tawar Mendesak untuk Dilindungi Populasinya, Kenapa?

 

Contoh tangga ikan (fishway) di sebuah bendungan di Sumatera. Foto : KKP

 

Kepala Balai Riset Perikanan Perairan Umum dan Penyuluhan Perikanan (BRPPUPP) KKP Arif Wibowo menyebut bahwa pembangunan jalur ikan akan memerlukan kolaborasi dan sinergi dari semua pemangku kepentingan yang. Hal itu, agar prosesnya bisa lebih cepat untuk dilaksanakan. “Dan mendapatkan payung hukum,” tutur dia.

Dalam membangun jalur ikan, harus ditentukan sebaik dan seakurat mungkin konsep yang akan diterapkan di setiap bendung/bendungan yang ada di Indonesia. Selain itu, pembuatan jalur ikan juga harus menyesuaikan dengan karakteristik ikan setempat.

Menurut Arif, merujuk pada hasil kajian Lee Baumgartner dari Charles Sturt University, Bathurst, Australia, dengan mempertimbangkan konsep yang tepat dan pas untuk setiap jalur ikan yang akan dibangun, maka itu akan bisa menjaga sifat alamiah dari ikan, yakni melakukan migrasi.

Kajian ilmiah yang dilakukan perguruan tinggi tersebut, menjadi dasar pertimbangan bagi Pemerintah Indonesia untuk melaksanakan kerja sama tentang proyek pengembangan dan penelitian jalur ikan di Indonesia. Selain Charles Sturt University, kerja sama juga dijalin dengan Australian Centre for International Agricultural Research (ACIAR).

Pertemuan antara ketiga pihak yang menjalin kerja sama tersebut kemudian dilaksanakan belum lama ini di Palembang, Sumatera Selatan dengan mendiskusikan rencana kerja untuk memetakan kolaborasi pemangku kebijakan yang berkaitan dengan proyek tersebut.

baca juga : Seperti Apa Pemulihan Ikan Air Tawar di Danau Tempe?

 

Jalur ikan (fishway) di bendungan Bonneville, Skamania, Amerika Serikat. Foto : wikipedia

 

Proyek Kolaborasi

Selain KKP yang terlibat, proyek pembangunan jalur ikan juga akan melibatkan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Marves), serta Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).

Arif menjelaskan, perlunya melaksanakan pemetaan kolaborasi antar pemangku kepentingan, karena itu akan menjadi langkah awal untuk proyek penelitian jalur ikan di Indonesia. Tak hanya itu, pemetaan dilakukan karena kegiatan tersebut melibatkan empat negara, yakni Indonesia, Australia, Laos, dan Myanmar.

Lebih spesifik, kerja sama yang dijalin dengan Pemerintah Australia bertujuan untuk melaksanakan inisiasi kerja sama antara sektor perikanan darat dengan sektor irigasi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) melalui Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Sumatera VIII.

“Kerja sama ini untuk menginisiasi tentang pentingnya memahami konektivitas sungai dan migrasi ikan,” jelas dia.

Di sisi lain, penggunaan jalur ikan juga menjadi rujukan utama untuk penyelamatan spesies ikan Sidat asli Indonesia. Jalur ikan menjadi pilihan, juga karena dinilai bisa membantu proses migrasi ikan tersebut dari wilayah hilir ke hulu.

Menurut Arif Wibowo, riset tentang Sidat sudah dilakukan oleh BRPPUPP sejak 2014 atau semenjak dibentuknya Inland Fishery Resources Development and Management Department (IFRDMD)/ South East Asian Fisheries Development Center (SEAFDEC).

Dalam prosesnya, pihaknya berkesimpulan bahwa pengelolaan perikanan Sidat harus melibatkan pembangunan infrastruktur air di Indonesia. Terutama, untuk membangun tangga ikan yang diyakini menjadi solusi teknik terbaik yang tersedia sejauh ini.

“Itu sebagai salah satu alat untuk mengurangi dampak bangunan melintang sungai terhadap migrasi ikan,” tambah dia.

perlu dibaca : Mengharumkan Kembali Kegiatan Perikanan di DAS Citarum

 

Jalur ikan (fishway) di bendungan John Day and Dam yang membendung sungai Columbia di Portland, Amerika Serikat, September 2016 dengan latar belakang pembangkit listriknya. Foto : The U.S. Army Corps of Engineers

 

Peneliti BRPPUPP Dwi Atminarso saat kegiatan uji petik RPP Sidat yang digelar pekan lalu di Jakarta, mengatakan bahwa penurunan populasi perikanan darat di dunia disebabkan oleh berbagai faktor.

Beberapa faktor yang dimaksud itu, adalah karena peningkatan jumlah penduduk, degradasi habitat, perubahan hidrologi, penangkapan ikan yang berlebihan (overfishing), pencemaran air, tekananan invasive species, dan faktor perubahan iklim.

Faktor-faktor yang disebutkan di atas, ikut memengaruhi penunan populasi perikanan darat, termasuk Sidat. Agar penurunan tidak semakin cepat, maka diperlukan pembangunan infrastruktur yang bisa membantu ikan berenang dengan aman dan nyaman.

 

Perikanan Sidat

Salah satu infrastruktur yang penting untuk dibangun dalam pengelolaan perikanan Sidat, adalah tangga atau jalur ikan (fishway). Dalam penelitian yang dilakukan Dwi Atminarso, dijelaskan bagaimana tahapan untuk mendesain fishway dengan tepat dan berhasil.

“Dari 3.530 dam dan bendung yang dibangun di Indonesia, hanya terdapat empat bendung yang sudah difasilitasi dengan tangga ikan,” jelas dia.

Menurut Dwi, pembangunan infrastuktur air terhadap perikanan darat akan membawa dampak yang baik, karena itu akan mengurangi tingkat konektivitas hulu dan hilir. Kemudian, juga akan mengurangi sedimentasi di sekitar bendung, dan penurunan kualitas air karena penggunaan pestisida.

Selain itu, infrastruktur air juga akan mengubah habitat air dari mengalir menjadi tergenang, dan membuat ikan seperti tersedot ke turbin atau pelimpah air (spillway). Cara tersebut mirip seperti dilakukan Australia dan kebanyakan negara maju lain di dunia.

“Tangga ikan merupakan bangunan yang wajib disediakan bersamaan dengan pembangunan bendung atau bendungan,” ungkap dia.

baca : Infrastruktur Air, Penjaga Populasi Sidat Tetap Berkelanjutan

 

Ikan Salmon Chinook dewasa yang melewati tangga ikan (fishway) di Bendungan Bonneville, Amerika Serikat, pada September 2003. Foto: John Harrison

 

Mengingat manfaat yang banyak untuk pengelolaan perikanan Sidat, Dwi menjelaskan bagaimana harus menentukan desain bangunan tangga ikan yang tepat agar bisa menjadi area yang nyaman bagi ikan saat melaksanakan migrasi.

Cara yang tepat, adalah dengan melaksanakan desain percobaan (experimental design) jalur ikan lebih dulu di laboratorium, percobaan melaksanakan pelestarian Sidat (insitu) di bendungan, penelitian kemampuan renang ikan, dan fase awal (stadia) ikan yang bermigrasi.

“Serta pelibatan orang teknik pengairan dan orang perikanan untuk bisa mendesain sesuai dengan kebutuhan kemampuan renang ikan lokal,” tutur dia.

Diketahui, ikan Sidat (Anguilla spp.) adalah salah satu komoditas yang disukai banyak negara di dunia. Pemanfaataannya dari tahun ke tahun selalu berkembang dengan cepat, dan diambil langsung dari alam dengan cara ditangkap. Indonesia tercatat menjadi salah satu produsen ikan bercita lezat tersebut.

 

Exit mobile version