Mongabay.co.id

Kali Lamong Meluap, Ribuan Rumah di Gresik Kebanjiran

 

Waktu menunjukkan pukul 21:30 WIB, tatkala seorang lelaki tampak berdiri di antara genangan air dengan ketinggian sekitar 30 cm di salah satu gang di Desa Dungus, Kecamatan Cerme, Kabupaten Gresik, Jawa Timur. Matanya terus memperhatikan jalan raya yang jaraknya sekitar 10 meter dari tempatnya berdiri. Seolah lelah berpijak, dia kemudian duduk di teras rumah salah satu warga.

Lelaki bernama Budi Santoso itu sedang menunggu istrinya pulang dari kerja. Di tengah kondisi kampungnya yang tergenang air akibat banjir tersebut, pria 43 tahun ini mengaku tidak tega jika istrinya pulang kerja di tengah kondisi banjir melanda.

“Rasanya agak was-was juga istri pulang kerja di saat kondisi masih banjir begini. Kasihan jika nanti ada apa-apa,” ujar laki-laki berkumis tebal ini kepada Mongabay Indonesia, pada, Selasa malam (15/12/2020).

baca : Hujan Deras dan Pasang Air Laut  Picu Banjir Bandang di Pantura Lamongan

 

Awan hitam menyelimuti kawasan kota Gresik, Jawa Timur, Selasa (15/12/2020). Intensitas curah hujan yang tinggi menjadi salah satu faktor terjadinya banjir di Kabupaten dengan jumlah 18 Kecamatan ini. Foto: Falahi Mubarok/Mongabay Indonesia

 

Ketinggian genangan air akibat banjir ini sudah lumayan surut dibandingkan sehari sebelumnya yang airnya bisa mencapai 50 cm. Ceritanya, air mulai masuk ke rumah dia sekitar jam 00:30 WIB dini hari, bersamaan dengan hujan turun.

Ketika itu dia sedang istirahat. Karena sudah sering terjadi, dia mengaku tidak merasa kaget sama sekali ketika banjir mulai masuk rumahnya. Hanya yang dia lakukan saat itu yaitu memindahkan barang-barang elektronik seperti televisi, sound, dan juga kulkas, untuk di bawa ke lantai dua di rumahnya.

“Alhamdulillah, barang-barang saya masih bisa diselamatkan. Hanya hari-hari ini pekerjaan saya jadi terganggu,” ucapnya. Karena banjir sudah biasa terjadi dia mengaku tidak ingin mengungsi.

Budi sudah apatis dan putus harapan terhadap janji-janji pemerintah untuk mengatasi banjir yang tidak kunjung terealisasi. “Mau tidak mau sampai sekarang ini ya harus tetap bersabar bersahabat dengan banjir,” ujarnya menghibur diri.

baca juga : Banjir Pasuruan Tertinggi dalam Belasan Tahun, Perubahan Bentang Lahan Perlu Jadi Perhatian

 

Akibat banjir tersebut warga mengaku aktivitasnya dalam bekerja menjadi terganggu. Foto: Falahi Mubarok/Mongabay Indonesia

 

Banjir Langganan

Cerita lain diungkapkan Suroto, yang juga warga setempat. Pria tiga anak ini mengatakan waktu kejadian air yang masuk ke rumahnya dikatakan sangat cepat, tidak ada setengah jam air sudah selutut orang dewasa.

Saat itu dia belum tidur sehingga masih bisa menyelamatkan barang-barang berharga miliknya. Situasi yang terjadi pada malam itu warga sudah banyak yang keluar rumah untuk menyelamatkan sepeda motor. Karena tanah di Balai Desa setempat kondisinya lebih tinggi, sehingga tidak terdampak banjir. Warga menitipkan sepeda motornya di halaman Kantor Desa, termasuk milik Suroto.

“Jika tidak diselamatkan bahaya juga, mesin bisa kemasukan air. Rusak nanti. Untuk barang-barang berharga lainnya juga alhamdulillah berhasil kami amankan,” kata pria yang pindah ke kampung tersebut sejak tahun 2000-an.

Dia mengaku, selama tinggal di kampung tersebut setiap tahun pasti mengalami kebanjiran. Tetapi menurutnya untuk tahun ini lebih parah dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Hanya dia merasa beruntung tidak mengalami kerugian. Meski begitu dia berharap banjir ini bisa segera teratasi. Sehingga setiap tahun warga tidak larut dalam kesedihan karena banjir.

perlu dibaca : Waktunya Mulai Mewaspadai Mega Bencana: Pandemi dan Banjir Puncak Musim Hujan

 

Pengendara menuntun sepeda motornya yang mogok karena banjir akibat luapan kali Lamong. Foto: Falahi Mubarok/Mongabay Indonesia

 

Beda orang beda nasib, jika Suroto merasa beruntung, Budi kebalikannya. Dia mengaku di banjir tahun ini dia merasa rugi. Sebab tambak miliknya yang baru diisi ikan bandeng (Chanos chanos) ikut amblas diterjang banjir. Akibatnya dia mengalami kerugian hingga puluhan juta. “Tidak sesuai prediksi. Di tahun lalu biasanya banjir datang di akhir Desember atau awal Januari. Lha ini baru pertengahan Desember sudah banjir. Apes,” kesahnya.

 

Perlunya Normalisasi Sungai

Banjir akibat meluapnya Kali Lamong terus meluas. Shofwan Hadi, selaku Koordinator Lapangan Posko Banjir Kali Lamong Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Gresik, menjelaskan banjir masuk di kabupaten dengan jumlah 330 Desa ini mulai hari Sabtu malam, (12/12/2020). Untuk banjir ini setiap tahun selalu terjadi. Bahkan di tahun 2020 sudah terjadi dua kali.

Luapan Kali Lamong menggenangi Kecamatan Balongpanggang, Kecamatan Benjeng, Kecamatan Cerme, Kecamatan Menganti, dan Kecamatan Kedamean. Pada akhirnya nanti bisa sampai ke Kecamatan Duduk Sampeyan. Berdasarkan tahun-tahun sebelumnya ada enam kecamatan yang terdampak.

baca juga : La Nina Berpotensi Timbulkan Bencana Banjir dan Longsor, Bagaimana Antisipasinya?

 

Selain intensitas curah hujan yang tinggi. Pasangnya air laut juga menjadi pemicu terjadinya banjir di Gresik. Foto: Falahi Mubarok/Mongabay Indonesia

 

Untuk tahun ini, menurutnya, kecamatan dan desa yang terdampak berkurang. Tetapi paling tidak prediksinya 7 hari air baru bisa surut. Karena, air banjirnya ini terus bergeser dari Kecamatan Balongpanggang hingga ke Kecamatan Duduk Sampeyan. “Paling tidak membutuhkan waktu seminggu air baru bisa sampai ke laut,” kata Hadi.

Pria yang menjabat sebagai Kepala Bagian Umum dan Kepegawaian BPBD Gresik ini menjelaskan, ada beberapa faktor yang menyebabkan banjir ini terjadi. Misalnya terkait dengan normalisasi sungai yang masih belum selesai.

Ada juga dua Kecamatan yang masih belum dilakukan pembuatan tanggul. Sehingga hal tersebut yang membuat air bisa meluap. Bila normalisasi dan pembuatan tanggul segera dilakukan di sepanjang sungai Lamong, maka banjir lebih bisa diminimalisir.

Intensitas curah hujan yang tinggi, dan pasangnya air laut juga menjadi pemicu terjadinya banjir. “Kalau sudah bertabrakan (luapan air sungai dan pasang air laut), airnya tidak lancar menuju ke laut,” ujarnya.

 

Petugas BPBD Kabupaten Gresik saat mengevakuasi warga yang terdampak banjir. Foto: Falahi Mubarok/Mongabay Indonesia

 

Adapun upaya yang dilakukan BPBD setempat yaitu mendirikan posko dan berkoordinasi dengan desa-desa yang terdampak untuk mengkaji cepat mengantisipasi terjadinya pengungsian. Selain itu juga melakukan penilaian terhadap rumah-rumah yang terdampak untuk menyiapkan kebutuhan-kebutuhan warga yang terdampak.

Upaya lain yang dilakukan juga berkoordinasi dengan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Bengawan Solo, Pemerintah Provinsi Jatim dan Pemerintah kabupaten yang dilewati Kai Lamong agar di tahun 2021 mendatang sudah bisa mulai melaksanakan normalisasi sungai. “Kami berharap kepada pemerintah Pusat, Provinsi maupun Daerah supaya sinergi dalam satu keputusan untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang menjadi rutinitas tahunan ini,”pungkasnya.

Berdasarkan data dari BPBD Kabupaten Gresik pada Selasa (15/12/2020), pukul 07.00 WIB, ada sekitar 2.516 rumah yang mengalami kebanjiran. Sementara untuk sawah kurang lebih 463 hektar. Sedangkan tambak sekitar 389 hektar dengan jumlah 44 Desa yang terdampak. Selain itu, akibat kejadian ini 2 nyawa hilang karena terseret arus banjir.

 

Warga berada di depan rumah saat terjadi banjir di Gresik. Banjir akibat meluapnya Kali Lamong terus meluas, dan setiap tahun selalu terjadi. Foto: Falahi Mubarok/Mongabay Indonesia

 

Exit mobile version