Mongabay.co.id

Burung Caladi Ulam, Si Paruh Hitam Penyadap Batang

 

Paruh pendeknya terus mematuk batang pohon bakau, dengan cekatan kakinya terus berlompatan dari ranting satu ke ranting yang lain. Jalannya mundur tatkala mematuk batang pohon dengan ketinggian kurang lebih 5 meter tersebut. Sementara diameter pohon sekitar 50 cm. Itulah Caladi Ulam, si burung pelatuk dari keluarga Picidae, dari genus Dendrocopos. Burung dengan nama latin Dendrocopus macei ini merupakan jenis burung pemakan serangga, larva, semut, dan kalajengking.

Untuk habitatnya berada di hutan terbuka, hutan sekunder, perkebunan, pekarangan. Tersebar hingga ketinggian 2.000 meter di atas permukaan laut (mdpl). Bentuk tubuhnya agak kecil, berukuran sekitar 18 cm. Mempunyai warna hitam dan putih bergaris-garis.

baca : Indonesia Tertinggi dalam Kekayaan Jenis Burung Endemik, Lho..

 

Caladi Ulam merupakan burung pelatuk dari keluarga Picidae, dari genus Dendrocopos. Foto: Falahi Mubarok/Mongabay Indonesia

 

Sisi mukanya berwarna putih, setrip malar dan kerah hitam. Sementara tubuh bagian atasnya bergaris-garis hitam dan putih. Tubuh bagian bawah berwarna kuning tua dengan coretan hitam, penutup ekor berwarna hitam.

Karakternya, jika jantan ada mahkota berwarna merah di atas kepalanya. Untuk yang betina di atas kepalanya berwarna hitam. Burung ini agak jinak, sehingga mudah sekali mendekati manusia. Iris coklat, paruh atas berwarna hitam kebiruan, paruh bawah abu-abu kebiruan. Memiliki kaki zaitun. Untuk sarang berupa lubang di pohon.

Telurnya berwarna putih dengan jumlah 2-4 butir. Saat berbiak pada bulan Januari, April dan Oktober. Pola penyebaran burung Caladi Ulam di negara lain tersebar dari Himalaya, Asia Tenggara (kecuali Malaysia), India. Sementara di Indonesia, burung ini tersebar di Bali, Jawa, dan Sumatra.

baca : Pelatuk juga Tidak Ingin Hutan Indonesia Rusak

 

Burung dengan nama latin Dendrocopus macei ini merupakan jenis burung pemakan serangga. Foto: Falahi Mubarok/Mongabay Indonesia

 

Kebiasaan Menyadap

Menurut Dr. Louis Lefebvre, ilmuwan dari Kanada menyebutkan burung Caladi Ulam merupakan salah satu dari 218 jenis burung yang cerdas, yang bisa ditemukan di seluruh dunia. Sebagaimana dikutip dalam beberapa literatur burung ini mempunyai kebiasaan menyadap dan mematuk batang pohon dengan menggunakan paruhnya. Sarang ini bisa disebut aman dan tidak terlihat oleh binatang pemangsa, sehingga telurnya tidak perlu untuk dikamuflase.

Selain itu, hal ini juga digunakan sebagai sarana komunikasi kepemilikan wilayahnya dan pertanda yang ditujukan untuk burung-burung pelatuk lain yang menjadi saingannya. Fungsi lainnya adalah sebagai upaya untuk mencari dan menemukan larva serangga yang berada di bawah kulit kayu atau terowongan yang berliku di bagian dalam pohon.

Burung ini pertama-tama akan mencari terowongan dengan melakukan penyadapan pada batang. Begitu ditemukan, burung pelatuk akan melubangi atau menotok kayu sampai membentuk lubang ke terowongan. Kemudian ia akan menjulurkan lidahnya yang panjang dan berujung kait ke terowongan untuk mencari tempayak. Dengan lidahnya itu burung pelatuk menusuk tempayak dan menariknya keluar batang.

perlu dibaca : 10 Jenis Burung dengan Paruh Menakjubkan

 

Bentuk tubuhnya agak kecil, berukuran sekitar 18 cm. Foto: Falahi Mubarok/Mongabay Indonesia

 

Burung ini mempunyai kebiasaan membuat lubang lebih besar untuk sarangnya sekitar 15-45 cm di bawah permukaan yang dilubanginya sebagai pintu masuk. Sarangnya hanya dilapisi dengan serpihan kayu. Di Indonesia sendiri untuk spesies burung jenis ini banyak ditemukan, termasuk juga jenis Caladi Ulam.

Kemampuan suara yang dihasilkan terdengar lebih nyaring dan tajam. Dilihat dari segi morfologinya, jenis burung pelatuk Caladi Ulam sama dengan burung Pelatuk Bawang. Hal tersebut bisa dilihat dari warna di kepalanya yang menjadi ciri khasnya. Untuk membedakan, maka cukup dilihat dari warna dominan pada bulunya. Burung Caladi Ulam lebih warna hitam di bulunya dengan jumlah yang lebih banyak dibandingkan burung Pelatuk Bawang.

 

Ancaman

Burung merupakan bagian dari ekosistem yang berperan penting bagi lingkungan. Kendati demikian mahasiswa Kehutanan Universitas Gajah Mada (UGM), Rio Syahrudin mengatakan, burung caladi ulam sendiri merupakan burung pemakan serangga. Sehingga kehadirannya bisa membantu dalam pengontrol serangga yang merugikan bagi tumbuhan.

baca juga : Studi: Manusia Memiliki Andil Punahnya Jenis Burung Tidak Terbang

 

Pola penyebaran burung Caladi Ulam di negara lain tersebar dari Himalaya, Asia Tenggara (kecuali Malaysia), India. Foto: Falahi Mubarok/Mongabay Indonesia

 

Menurutnya, yang menjadi ancaman nyata bagi burung ini merupakan perburuan. Burung ini banyak diburu karena suaranya digunakan untuk masteran. Selain itu berkurangnya ruang terbuka hijau yang berganti bangunan-bangunan juga akan mengurangi ketersediaan jumlah pohon untuk membangun sarangnya, terutama di daerah dekat dengan perkotaan.

Untuk itu dia berharap semakin banyak ruang terbuka hijau sebagai tempat hidup satwa khususnya burung. “Sudah sepantasnya manusia menjaga keberlangsungan hidup Caladi Ulam ini sebagai salah satu bentuk keindahan kehati, dan juga untuk manfaat keilmuan,” katanya saat dihubungi, pada Senin (14/12/2020).

Pria yang tergabung dalam kelompok pengamat burung KP3 Kehutanan UGM ini melanjutkan, dari pengalaman kegiatan pengamatan yang pernah dilakukan, hal yang paling berbeda dari burung ini yaitu jenisnya yang termasuk dalam burung pelatuk. Sehingga caranya berjalan naik pada batang yang vertikal dan sarangnya yang terletak pada lubang-lubang batang.

“Selain itu perilakunya mematuk-matuk batang sehingga menimbulkan suara khas juga menambah keunikan dan sebagai salah satu cara mengetahui keberadaan burung ini,” jelas pria 21 tahun ini. Rio panggilan akrabnya, mengaku pernah melakukan pengamatan di blok O, dekat dengan bandara Adi Sucipto, Yogyakarta.

 

Jika jantan burung Caladi Ulam mempunyai mahkota berwarna merah di atas kepalanya. Foto: Falahi Mubarok/Mongabay Indonesia

 

Exit mobile version