Mongabay.co.id

Asyiknya ‘Menangkap’ Insekta Lewat Fotografi Makro Ponsel

 

Hari itu menjelang sore, sejumlah penghobi fotografi makro berkumpul di tanah lapang yang ditumbuhi rumput dan semak-semak di Dusun Wedung, Desa Sedayulawas, Kecamatan Brondong, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur. Para pecinta fotografi makro ini bergabung untuk berburu objek foto berupa berbagai jenis serangga di kawasan yang tidak jauh dari perkampungan tersebut.

Secara hati-hati mereka saling mencari objek foto hewan yang dikenal juga dengan sebutan insekta ini. Posisi memotret pun bermacam-macam, ada yang jongkok, berdiri, bahkan ada juga yang tiarap.

baca : Foto: Momen Indah Satwa Liar di Lingkungan Hidup Kita

 

Sejumlah penghobi fotografi makro berburu objek gambar hewan jenis serangga di tanah lapang yang ditumbuhi rumput (Poaceae) dan semak-semak. Foto: Falahi Mubarok/Mongabay Indonesia

 

Hembusan angin menerpa tumbuhan yang dihinggapi hewan jenis serangga tersebut menjadi tantangan tersendiri. Sebab, saat tumbuhannya bergoyang karena terpaan angin serangga tersebut langsung pergi, berpindah ke batang tanaman lain.

“Fotografi makro itu perlu kesabaran memang. Apalagi yang kita foto ini hewan kecil yang hidup dan agresif. Tidak boleh grusa-grusu,” ujar Soni Irawan, pria yang berprofesi sebagai nelayan ini, pada Minggu (20/12/2020).

Selain harus sabar, lanjut pria 38 tahun ini, hal lain yang perlu di perhatikan dalam fotografi makro yaitu mendapatkan pola komposisi yang terbaik. Meskipun dapat meng-crop foto yang di dapat, akan lebih baik untuk mendapatkan komposisi yang sudah baik langsung dari alat yang digunakan untuk memotret, serta memotretnya sebanyak mungkin.

Bisa dengan pola close up yang detail, bisa juga dengan memenuhi frame secara menyeluruh sehingga tidak ada jeda pada tampilan gambar. Alternatif lainnya, bisa memperlihatkan seluruh pola pada tampilan gambar.

baca juga : Foto: Satwa Liar dalam Bingkai Keanekaragaman Hayati Indonesia

 

Agar serangga tidak agresif, maka waktu hunting foto sebaiknya dilakukan saat pagi atau sore hari. Bagusnya lagi sehabis hujan turun. Foto: Falahi Mubarok/Mongabay Indonesia

 

Tips Fotografi Makro

Bagi Soni dengan kecanggihan yang dimiliki ponsel saat ini, fotografi makro itu tidak perlu menggunakan kamera profesional. Memakai kamera ponsel dengan tambahan lensa saja sudah cukup bisa menghasilkan karya bagus. Dia bilang menekuni hobi ini sudah 4 tahun berjalan. Dengan alasan memotret hewan kecil seperti serangga itu dikarenakan mempunyai keunikan.

“Jenisnya yang beragam juga membuat saya jadi jatuh cinta dengan hewan yang memiliki kemampuan reproduksi tinggi ini,” kata pria berambut ikal tersebut.

Penghobi lain, Ahmad Amil (42) juga punya kesan tersendiri terhadap hewan jenis serangga ini. Baginya hewan jenis serangga itu selain bagus untuk di foto juga menarik untuk dipelajari.

perlu dibaca : Ini Robber Fly, Serangga Predator yang Ditakuti

 

Dengan menggunakan Hanphone dan tambahan lensa salah satu penghobi fotografi makro ini berhasil mendokumentasikan serangga jenis kupu-kupu. Foto: Falahi Mubarok/Mongabay Indonesia

 

Dengan begitu dia bisa lebih mengenal jenis-jenis serangga di lingkungan sekitar, seperti Robber fly dari Asilidae, salah satu jenis lalat predator yang agresif. Dan juga Toxophora amphitea, spesies lalat yang berasal dari genus Toxophora dan famili Bombyliidae. Serangga lain seperti kumbang berhidung panjang (Rhinotia hemistictus)

Selain itu, dengan memotret hewan kecil jenis serangga ini juga bisa dijadikan hiburan disela kesibukannya bekerja. “Saat kita jenuh bekerja, cara menghilangkannya dengan hunting hewan-hewan kecil ini. Kita foto jadinya bagus, disitulah letak kesenangan kami,” ujar dia.

Bagi pria yang berprofesi sebagai kuli bangunan ini mengaku, ada kebanggaan tersendiri ketika karya hasil memotretnya yang diunggah di sosial media itu berguna untuk banyak orang. Ada unsur edukasi ke masyarakat. Kesenangan lainnya itu ketika karyanya berhasil mendapatkan juara saat diikutkan lomba.

Lanjutnya, ada waktu-waktu tertentu dimana hewan jenis serangga ini muncul, biasannya itu pada bulan Desember di kala musim hujan. Walaupun setiap harinya memang ada, tetapi di bulan Desember itu lagi banyak-banyaknya.

perlu dibaca : Indonesia Dragonfly Society, Penjaga Capung Indonesia agar Lestari

 

Kumbang berhidung panjang (Rhinotia hemistictus) saat dijumpai sejumlah penghobi fotografi makro. Foto: Falahi Mubarok/Mongabay Indonesia

 

Wong Ahmad panggilan akrabnya, menjelaskan, ada beberapa teknik dalam fotografi makro, diantarannya yaitu harus memperhatikan waktu. Agar serangga tidak agresif, maka waktu hunting baiknya dilakukan saat pagi sekitar jam 06:00 WIB ataupun sore hari, sekitar jam 16:00 WIB. Bagusnya lagi sehabis hujan turun.

Selain itu, perlu eksperimen dengan jarak dan juga memperhatikan arah cahaya. “Cahaya alami merupakan hal yang baik. Hal terpenting dalam fotografi makro juga diperlukan cahaya yang pas,” pungkasnya.

 

Fungsi Ekologis Serangga

Bagus Prabowo saat bergabung berburu objek gambar hewan jenis serangga merasa berkesan, selain bisa menambah teman juga dapat ilmu. Dia sendiri mengaku baru pertama kali mengikuti kegiatan tersebut.

Remaja 19 tahun ini menjelaskan keberadaan serangga sendiri juga perlu diakui sebagai makhluk ciptaan tuhan. Sehingga, ekosistemnya tidak boleh dirusak, dan keberlangsungan hidup mereka juga perlu diperhatikan. Karena serangga juga mempunyai hak untuk hidup layaknya seperti manusia.

baca juga : Kecintaan Wahyu pada Capung, Satwa Indikator Lingkungan

 

Serangga jenis Toxophora amphitea, spesies lalat yang berasal dari genus Toxophora dan famili Bombyliidae saat dijumpai di Dusun Wedung, Desa Sedayulawas, Kecamatan Brondong, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur. Foto: Falahi Mubarok/Mongabay Indonesia

 

Adanya serangga juga bermanfaat bagi kehidupan. Selain itu, bagi laki-laki yang memiliki hobi berternak dan berkebun ini, manusia juga harus bisa belajar dari serangga “Belajar pada makhluk tuhan yang katanya tak berakal,” ujarnya seraya mengutip lirik lagu Iwan Fals berjudul Kupu-Kupu Hitam Putih ini, Senin (28/12/2020).

Dalam jurnal Serangga dala Kehidupan Manusia: Teman Sekaligus Lawan yang ditulis ahli taksonomi serangga Institut Pertanian Bogor (IPB), Dr.Ir. Purnama Hidayat M,s.c menjelaskan, kehidupan dunia sulit dibayangkan tanpa serangga. Disebutkan, banyak ahli ekologi percaya bahwa kehidupan di dunia tidak akan bertahan tanpa serangga.

Diperkirakan nilai ekonomi serangga lebih dari 100 miliar dollar US per tahun yang berasal dari jasa ekologi, produk serangga, dan biaya pengendalian hama. Sebagian produk tanaman yang dinikmati manusia merupakan hasil penyerbukan oleh serangga. Selain itu, serangga juga dijadikan bioinspirasi dan biomimetics dimana para insinyur belajar.

 

Saat berburu objek gambar hewan jenis serangga, para penghobi fotografi makro juga menjumpai serangga jenis Robber fly dari Asilidae, salah satu jenis lalat predator yang agresif. Foto: Falahi Mubarok/Mongabay Indonesia

 

Serangga juga merupakan sumber berbagai jenis obat-obatan, sumber protein yang banyak dikonsumsi manusia, dan bagian penting dari rantai makanan. Memberi pengaruh terhadap kebudayaan manusia dalam kesenian, pertanian, dan kehidupan sehari-hari.

Meskipun begitu, yang tidak bisa dipungkiri bahwa sebagian kecil serangga merupakan hama tanaman, merusak bangunan, atau merupakan vektor penyakit pada manusia dan hewan. Jumlah spesies serangga yang merugikan diyakini oleh para ahli tidak lebih dari 5% dari semua spesies.

 

Exit mobile version