Mongabay.co.id

Pasca Banjir Bandang, Begini Langkah Pemerintah Paniai Antisipasi Bencana

 

 

Selasa malam, 19 Januari lalu banjir bandang menerjang Madi dan Enarotali, Kabupaten Paniai, Papua. Bupati Paniai Mekcy Nawipa menyatakan, banjir terjadi beberapa saat setelah dia sampai ke rumah dari kantor. Satu sekolah dan 31 rumah rusak, 45 rumah lain serta jalanan maupun kebun warga tergenang batu, kayu dan lumpur.

“Masuk ke kediaman bupati juga. Pagar sekaligus dengan halaman rumah, mobil semua itu hancur,” katanya saat dihubungi Kamis (21/1/21).

Air sempat tertahan di bak air milik pemerintah daerah di wilayah atas. Hujan terus turun dan volume meningkat. Bak tidak mampu menahan dan akhirnya jebol.

BPBD masih pendataan terhadap kemungkinan ada warga terdampak dan kerusakan lain.

Warga korban mengungsi ke rumah-rumah keluarga yang tidak terdampak. Pemerintah membantu bahan makanan dan bersama masyarakat dan pasukan gabungan TNI Polri bekerjasama membersihkan kota.

Ezri Ronsumbre, Kepala Sub Bidang Pelayanan Jasa MKG Balai BMKG Jayapura menyatakan, hujan dengan intensitas yaitu 30 mm perjam dari pukul 18.30-19.30 WIT di wilayah ini. Ia bukan hujan ekstrem dan terjadi hanya sekitar satu jam.

“Hujan ekstrem biasa di atas 150 mm yang sebabkan banjir bandang. Sentani kemarin hujan 248 mm baru banjir bandang.”

Ezri bilang, Paniai tidak masuk dalam zona musim atau tidak memiliki musim. Hujan di Paniai lebih dikontrol oleh kondisi orografis atau pegunungan. Pengangkatan massa udara ke pegunungan berpotensi sebabkan pertumbuhan awan hujan setiap hari.

 

Baca juga: Kala Hutan Gundul, Pulau Lombok dan Sumbawa jadi Langganan Banjir


Curah hujan bulanan di Paniai berkisar antara 400-500 mm per bulan dalam tiga bulan ini Januari, Februari dan Maret 2021 dan bersifat hujan normal.

“Normalnya memang hujan tergolong cukup tinggi.”

Karena itu, katanya, hujan bukan menjadi faktor utama banjir bandang di Paniai ini. Kondisi tanah labil, lingkungan hidup banyak berubah atau beralih fungsi pemicu memicu bencana.

Raditya Jati, Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB mengatakan, dari analisis InaRISK, Paniai memiliki sembilan kecamatan dengan potensi bahaya banjir dengan kategori sedang hingga tinggi. Luas bahaya pada sejumlah kecamatan mencapai 30.125 hektar. Sedangkan dari risiko, potensi populasi terpapar 48.666 jiwa. Jumlah populasi teridentifikasi di delapan kecamatan dengan luas risiko 8.625 hektar.

BNPB mengimbau masyarakat selalu waspada dan siaga menghadapi musim hujan yang akan terjadi sejumlah wilayah ini.

 

Kurangnya daerah resapan dan drinase tersumbat

Bupati menyatakan, wilayah ketinggian dekat kota yang sudah lama gundul jadi penyebab banjir bandang di pusat kabupaten itu.

“Kita di daerah gunung. Curah hujan tinggi. Terus gunung-gunung di sekitar kita itu sudah gundul rata-rata. Jadi curah hujan yang tinggi membuat tanah di gunung tidak lagi ditahan oleh pepohonan.”

Dulu, wilayah-wilayah ini dipenuhi pepohonan tetapi sudah banyak ditebang dan tak ada pemulihan. Lanjut Dia bilang, dalam tata ruang kabupaten, wilayah-wilayah ini merupakan kawasan hutan.

 

Baca juga: Lingkungan Hidup Rusak, Penyebab Banjir dan Longsor di Sumatera Utara

Warga Paniai, bersih-bersih usai banjir bandang. Foto: BPBD/BNPB

 

John Gobay, anggota DPR Papua asal Paniai menyatakan, banjir bandang di Madi berada dekat jalan utama Paniai Wagethe, Dogiyai dan Nabire.

Sejak lama banjir sering terjadi di wilayah ini dengan membawa material terutama pasir dari ketinggian. Rumah warga perkantoran pemerintah sering menjadi sasaran. Material pasir juga membuat saluran air menjadi dangkal ditambah masalah sampah.

“Bupati ini mendapat warisan dari masa lalu. Ini (bupati) yang ketiga. Bupati yang lalu selama itu mereka ånggap biasa-biasa saja walaupun memang sering terjadi. Sekarang yang paling besar.”

Langkah pemerintah normalisasi saluran air, katanya, sudah tepat. John meminta masyarakat mendukung upaya Pemerintah Paniai dalam penanganan banjir bandang dan pencegahan bencana lanjutan.

 

Warga bergotong royong bersihkan kotoran pasca banjir. Foto: Asrida Elisabeth/ Mongabay Indonesia

 

Antisipasi

Sehari setelah kejadian masyarakat bersama TNI Polri dan ASN melakukan pembersihan. Normalisasi sungai dan saluran air menjadi hal pertama mereka dilakukan. Mereka juga akan penanaman pohon kembali.

“Supaya air itu mengalir dulu di sungai baru kita pelan-pelan memperbaiki rumah masyarakat dan tempat-tempat, kebun masyarakat yang sudah tertimbun semua nanti kita perbaiki. Tapi kita mulai normalisasi sungai dulu.”

Pemerintah akan normalisasi sungai sepanjang lima km, memperbaiki rumah warga dan fasilitas publik yang rusak, serta membersihkan kebun-kebun warga yang tertimbun. Untuk normalisasi sungai, warga di sekitar sungai sudah menyerahkan lokasi ke pemerintah.

Seluruh biaya penanganan banjir bandang saat ini bersumber dari dana Pemerintah Paniai.

“Estimasi normalisasi rumah dan normalisasi sungai dan kebun-kebun ini kurang lebih sudah mencapai Rp50 miliar.”

Untuk jangka panjang, Pemerintah Paniai juga berencana penghijauan wilayah sekitar kota juga akan menjadi perhatian utama.

“Saya berencana kerjasama dengan KNPI untuk kita mulai menanam pohon satu persatu hingga ke depan tidak terjadi seperti itu lagi.”

 

Warga warga di Eranotali, yang rusak kena terjang banjir bandang. Foto: Asrida Elisabeth/ Mongabay Indonesia

Exit mobile version