Mongabay.co.id

Memulihkan Ekonomi Nasional dari Ekosistem Terumbu Karang

 

Pandemi COVID-19 yang sudah merusak perekonomian nasional, memaksa Pemerintah Indonesia untuk membuat program kerja yang fokus pada pemulihan ekonomi nasional (PEN). Program tersebut, dilakukan dengan menyasar semua sektor, termasuk kelautan dan perikanan (KP).

Di antara program PEN yang dilaksanakan pada sektor KP, adalah restorasi terumbu karang atau Indonesia Coral Reef Garden (RCRG) yang sudah dilaksanakan di Provinsi Bali sejak akhir 2020. Program tersebut fokus pada perbaikan eksosistem terumbu karang yang ada di perairan Indonesia.

Dua instansi yang melaksanakan kegiatan besar tersebut, adalah Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) bersama Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investari (Kemenko Marves). Keduanya fokus melaksanakan kegiatan dengan fokus pada pemulihan ekonomi.

Direktur Jenderal Pengelolaan Ruang Laut KKP TB Haeru Rahayu mengatakan bahwa program ICRG saat ini sudah memasuki tahap akhir dan diharapkan bisa memberi manfaat positif untuk proses pemulihan ekonomi di pulau Dewata yang terganggu oleh pandemi COVID-19.

Dalam proses yang berlangsung di Bali tersebut, ribuan dan aneka jenis struktur kurang sudah ditenggelamkan, termasuk karang dengan struktur berbentuk burung garuda. Struktur yang sudah ada di bawah air, akan membentuk klaster-klaster baru yang akan memperkaya ekosistem bawah air.

“Diharapkan itu mampu menjadi daya tarik wisata ke depannya,” ucap dia belum lama ini.

baca : Memulihkan Ekonomi Nasional dengan Rehabilitasi Terumbu Karang?

 

 

Adapun,lima lokasi yang menjadi bagian dari program ICRG di Bali adalah Nusa Dua dan Pandawa (Kabupaten Badung), Sanur dan Serangan (Kota Denpasar), serta Buleleng (Kabupaten Buleleng). Masing-masing struktur yang sudah ditenggelamkan, adalah 26.350 unit dan 10.177 unit, 7.270 unit dan 7.475 unit, serta 12.692 unit.

“Total, ada 63.964 unit struktur yang sudah ditenggelamkan di Bali,” jelas dia.

Selama proses restorasi berlangsung, KKP melaksanakan sejumlah tahapan restorasi, yang mencakup penenggelaman, penataan, dan penanaman fragmen. Proses tersebut berjalan secara bertahap menyesuaikan dengan kondisi masing-masing lokasi.

Walau sudah berjalan dan hampir selesai prosesnya, namun program ICRG yang bertujuan untuk melaksanakan restorasi terumbu karang, harus terus dikawal dengan baik. Dengan demikian, nantinya semua pihak yang peduli bisa ikut memelihara dan mengelola terumbu karang yang sudah ada.

Di saat yang sama, TB Haeru Rahayu berharap Pemerintah Provinsi Bali bisa ikut memanfaatkan kebun atau taman karang yang berasal dari hasil restorasi terumbu karang. Dari situ, diharapkan pariwisata bisa kembali bangkit dan bisa memulihkan perekonomian Bali dan sekitarnya.

“Tentunya KKP juga akan tetap mengawal pengembangannya dalam bentuk kegiatan yang diintegrasikan dengan desa wisata bahari,” ucap dia.

Diketahui, program ICRG merupakan program padat karya restorasi terumbu karang di lima lokasi perairan di Bali, yaitu Nusa Dua, Serangan, Sanur, Pantai Pandawa, dan Buleleng. Kebun terumbu karang ini dibangun melalui anggaran KKP yang bersumber dari dana PEN sebesar Rp111,2 miliar.

baca juga : Alami Keterancaman, Butuh Kolaborasi Selamatkan Terumbu Karang di Indonesia Timur

 

 

Tujuan Komprehensif

Direktur Jasa Kelautan KKP Miftahul Huda menambahkan, walau program restorasi terumbu karang di Bali dilaksanakan dengan tujuan untuk PEN, tetapi pihaknya mempertimbangkan keilmuan sebagai alasan utama dalam menentukan lokasi dan struktur karang yang tepat.

Menurut dia, program restorasi terumbu karang tersebut menjadi program percontohan nasional yang fokus pada keberlanjutan dari sisi ekonomi, lingkungan, dan sosial. Terutama, untuk masyarakat Bali, yang ikut berperan banyak selama program restorasi terumbu karang dilaksanakan.

Deputi Bidang Koordinasi Sumber daya Maritim Kemenko Marves Safri Burhanuddin pada kesempatan terpisah menyatakan bahwa program restorasi terumbu karang yang sudah dilaksanakan, diharapkan bisa menjadi pendorong untuk kebangkitan ekonomi masyarakat Bali sejak dari sekarang.

Kehadiran struktur baru karang yang ada di bawah perairan sejumlah kabupaten/kota di Bali tersebut, diyakini akan bisa menjadi daya tarik baru untuk pariwisata. Hal itu, diharapkan bisa menjadi pendorong proses pemulihan ekonomi, setelah Bali dihantam krisis akibat pandemi COVID-19.

“Saya berharap masyarakat Bali yang telah terlibat dalam proses pembuatan kebun atau taman karang ini punya kebanggaan bahwa hasil kerja mereka dapat disaksikan oleh orang banyak,” ungkap dia.

Bagi Safri, program restorasi terumbu karang akan memberikan dampak yang positif di kemudian hari. Bukan sebaliknya, dampak negatif yang bisa merusak ekosistem bawah laut, khususnya ekosistem terumbu karang itu sendiri.

Keyakinan itu diungkapkan, karena sebelum melaksanakan program restorasi terumbu karang atau ICRG, Pemerintah Indonesia sudah berkonsultasi dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia dan mendapatkan rekomendasi dari pemegang otoritas keilmuan itu.

penting dibaca : Sisi Positif Wabah Corona Bagi Terumbu Karang Indonesia

 

Penurunan struktur terumbu karang program ICRG di Desa Les, Buleleng, Bali, dilakukan dengan cara berbeda sesuai strategi desa, misalnya menarik rakit berisi struktur dengan tali tambang.
Foto: Luh De Suriyani/Mongabay Indonesia

 

Selain itu, sebelumnya juga Pemerintah lebih dulu menjalin kerja sama dengan Marine Technology Cooperation Research Center (MTCRC), salah satu lembaga riset internasional yang di dalamnya ada banyak peneliti dari Indonesia dan Korea Selatan.

Dengan dukungan dari para pakar di bidangnya, program restorasi terumbu karang di Bali diharapkan bisa menjadi pembuka untuk program PEN di seluruh Indonesia yang berkaitan dengan sektor KP. Terlebih, karena program tersebut juga melibatkan sedikitnya 11 ribu pekerja dari sekitar Bali.

“Kerja sama ini bermakna simbolis. Ini adalah ikon restorasi karang terbesar di Indonesia,” jelas dia.

Dari program tersebut, tujuan untuk menciptakan lingkungan laut yang baik, di mana ikan dan biota laut lain bisa berenang dengan bebas melalui terumbu karang, diharapkan bisa terwujud. Lingkungan laut yang baik tersebut, di antaranya mencakup pemandangan bawah laut yang jernih.

Dengan kata lain, dari program ICRG yang dilaksanakan di Bali, Pemerintah berharap bisa segera membawa Bali sebagai destinasi pariwisata terbaik yang dimiliki Indonesia. Dan di saat yang sama, Pemerintah berharap proses pemulihan lingkungan alam di perairan laut juga bisa berjalan baik.

baca juga : Begini Tantangan Konservasi Terumbu Karang di Saat Pandemi

 

Desa Bondalem, Buleleng, Bali berkreasi membuat struktur terumbu karang untuk program ICRG berupa patung bermasker, menandai pandemi Covid-19 yang berdampak pada warga dan wisata laut Bali.
Foto: Luh De Suriyani/Mongabay Indonesia

 

Daya Lenting

Direktur Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Laut (KKHL) KKP Andi Rusandi beberapa waktu lalu mengatakan bahwa kegiatan restorasi dilakukan dengan mengacu pada hasil resolusi International Coral Reef Initiative (ICRI) dan Rencana Aksi Nasional (RAN) Konservasi Karang di Indonesia 2017-2021.

Kegiatan menghimpun data dilakukan, karena perairan Indonesia memiliki daya lenting atau kemampuan untuk memulihkan lingkungan sendiri sampai pulih hingga 41 persen. Kemampuan itu jauh lebih baik dibandingkan dengan perairan negara lain yang daya lentingnya berkisar 10 persen saja.

“Maka dari itu terumbu karang merupakan suatu kekuatan bagi Indonesia yang harus dikelola. Dari 2,5 juta hektare luas terumbu karang di Indonesia, sebanyak 1 juta hektar telah dilindungi melalui pembentukan kawasan konservasi perairan,” terang dia belum lama ini di Jakarta.

Dalam penilaian dia, data mengenai terumbu karang yang ada di Indonesia masih kurang dan tidak berkelanjutan. Kekurangan tersebut kemudian berusaha diperbaiki dengan melibatkan organisasi bukan dari Pemerintah (NGO), perguruan tinggi, dan mitra lain yang berkepentingan.

Menurut dia, saat ini sudah mendesak untuk dibentuk jejaring pemantauan terumbu karang di Nusantara untuk mengatasi persoalan kompleks dalam mengelola terumbu karang. Terutama, permasalahan keterbatasan penelitian dan survei, data yang tersebar di banyak instansi, dan kejadian pemutihan karang massal di Indonesia.

perlu dibaca : Menjaga Terumbu Karang dari Aktivitas Penangkapan Ikan yang Merusak

 

Peserta membuat struktur hexadome untuk transplantsi karang dari program padat karya ICRG di Nusa Dua, Bali, Kamis (29/10/2020). Foto : KKP

 

Sebelumnya, Profesor riset bidang biologi laut Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (P2O LIPI) Suharsono menjelaskan, luas terumbu karang di perairan Indonesia mencapai 34 persen dari luas terumbu karang wilayah segitiga karang dunia yang mencapai 73.000 km persegi.

“Sebagai pusat segitiga karang dunia, Indonesia memiliki kekayaan jenis karang paling tinggi, yaitu mencapai 569 jenis dari 82 marga, dan 15 suku dari total 845 jenis karang di dunia,” ungkap dia.

Suharsono menyebutkan, jenis karang Acropora di Indonesia jumlahnya mencapai 94 jenis dari total 124 jenis atau mencapai 70 persen karang Acropora yang ada di dunia. Sementara, jenis karang Famili Fungiidae, ditemukan 41 jenis dari total 43 jenis yang ada di dunia atau sekitar 90 persen tersebar di perairan Indonesia.

 

Exit mobile version