Mongabay.co.id

Bertandang di Pantai Selat Baru yang Menawan

 

Pantai Selat Baru yang terletak di Desa Selat Baru, Kecamatan Bantan, Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau, adalah tempat menarik untuk menghabiskan waktu saat sore hari. Seperti yang dilakukan Maria (35). Petang itu, ibu satu anak ini tampak santai duduk di atas batu penahan abrasi di pantai tersebut. Sembari menikmati angin laut berhembus sepoi-sepi matanya terus awas memperhatikan putranya yang sedang berlarian di pasir halus berwarna coklat keputih-putihan.

Saat air surut, ombak di pantai ini relatif tenang dan tidak berbahaya, sehingga anak-anak bisa terlihat nyaman bermain di hamparan pasir pantai yang landai sepanjang 2 mil dengan jarak dari bibir pantai sekitar 200 meter.

Diantara hamparan pasir itu terdapat tumpukan tumpukan batu besar yang beberapa kali digunakan anak-anak remaja untuk berswafoto. Sisi lain, tampak pula sejumlah pohon bakau jenis pidada merah (Sonneratia caseolaris) berdiri rimbun membuat pemandangan lebih menarik.

baca : Nikmatnya Makan Bersama di Pantai Sesai Panjang Bengkalis

 

Sejumlah pengunjung menikmati hamparan pasir di wisata pantai Selat Baru, Desa Selat Baru, Kecamatan Bantan, Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau. Foto: Falahi Mubarok/Mongabay Indonesia

 

“Panoramanya indah apalagi kalau sore hari. Ombaknya tenang jadi bikin betah berlama-lama. Kalau disini anak-anak juga bisa mandi dan turun ke pasir,” kesan Maria, pada Sabtu (06/02/2020). Karena jarak rumahnya dari pantai ini hanya sekitar 5 kilometer, dia sering berkunjung ke pantai Selat Baru, kadang bisa seminggu sekali tergantung keinginan anak.

Dia menilai kebersihan di pantai Selat Baru juga cukup terjaga sehingga membuat dirinya kerasan. Hanya menurut dia ada beberapa fasilitas yang perlu diperbaiki seperti kondisi bendungan pemecah ombak yang rusak. Bendungan yang dijadikan trotoar ini juga digunakan para pengunjung untuk berjalan kaki. Selain itu, kurangnya tanaman peneduh juga membuat kondisi pantai terasa panas.

baca juga : Setelah Pantai Dibuka di Masa Pandemi

 

Sejumlah pengunjung menikmati suasana Pantai Selat Baru. Foto: Falahi Mubarok/Mongabay Indonesia

 

Rentan Abrasi

Kondisi Pantai Selat Baru dipengaruhi oleh musim, terutama oleh musim angin utara yang bisa menyebabkan munculnya gelombang dan angin besar. Secara geologis, pasir

pantainya berwarna kecoklatan, karena terpengaruh abrasi pesisir akibat gelombang pasang dan arus laut. Hal itu juga yang menyebabkan bendungan menjadi jebol.

Ropi’i (43), pedagang makanan setempat mengaku was-was dengan kondisi bendungan yang sudah rusak. Sebab warung miliknya hanya berjarak sepelemparan batu dari bendungan tersebut. Jika abrasi tidak ditangani, dia khawatir warungnya rusak terkikis abrasi. Ropi’i merupakan satu diantara puluhan pedagang makanan laut yang ada di pantai Selat Baru.

perlu dibaca : Mencari Solusi Selamatkan Pulau Bengkalis dari Abrasi

 

Kondisi tanggul penahan abrasi Pantai Selat Baru yang jebol karena gelombang pasang dan arus laut. Foto: Falahi Mubarok/Mongabay Indonesia

 

Dia bilang warungnya baru di buka di awal tahun ini. Sebelumnya, selama COVID-19 ini warungnya ditutup karena tidak banyak pengunjung yang datang. Akibatnya pendapatan menurun. Sebelum pandemi, dia bisa mendapatkan hasil Rp100-Rp500ribu per hari. Bahkan saat tahun baru atau hari-hari besar penghasilnnya bisa mencapai Rp1 juta.

“Sebelum pandemi ini 50-100 kilogram kerang yang kami jual bisa habis. Sekarang sudah mulai ada beberapa pengunjung lagi, harapannya bisa kembali bergeliat seperti dulu,” ujar pria yang juga sebagai petugas kebersihan di pantai tersebut.

Pantai Selat Baru adalah salah satu potensi pariwisata yang dimiliki oleh Kabupaten Bengkalis dan telah dikembangkan menjadi objek wisata. Dari pusat kota Bengkalis jaraknya kurang lebih 17 kilometer ke arah utara. Jika menggunakan alat transportasi darat dari pusat Bengkalis waktu tempuhnya sekitar 45 menit untuk mencapai wisata pantai ini.

baca juga :  Sampah yang Merusak Pesona Pantai Bangka

 

Ropi’i (43) pedagang makanan menunjukkan kepiting yang merupakan salah satu menu makanan yang dijual di wisata pantai Selat Baru. Foto: Falahi Mubarok/Mongabay Indonesia

 

Rencana Pengembangan

Karena letaknya yang strategi, pantai Selat Baru berpotensi menjadi kawasan wisata andalan untuk meningkatkan perekonomian Kabupaten berjuluk kota junjungan ini. Berdasarkan Rencana Strategis Daerah Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Bengkalis, pantai ini menjadi kawasan wisata unggulan bersama Tasik Pepuyu dan kawasan wisata Bukit Batu.

Candra Kusuma (41), Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pengelolaan Wisata Kecamatan Bantan, mengatakan pengembangan Pantai Selat Baru menunggu Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Daerah (Riparda) yang masih dalam tahap pembahasan.

Rencananya deretan warung dekat tanggul Pantai Selat Baru akan dipindahkan dan diganti menjadi kawasan jogging track. Karena kondisi gelombang di Selat Malaka yang sewaktu-waktu bisa tinggi direncanakan akan ada penambahan pohon cemara laut (Casuarina equisetifolia) dan ketapang (Terminalia catappa).

 

Selain menyajikan pemandangan yang menawan, pengunjung Pantai Selat Baru juga bisa menikmati makanan laut. Foto: Falahi Mubarok/Mongabay Indonesia

 

Sebelum pandemi, kata Candra, biasa digelar Festival Wisata Bahari tahunan. Saat ada acara-acara besar seperti festival itu, jalan di kawasan pantai ini sering kali macet. Untuk itu, katanya, pihaknya juga akan mengupayakan untuk membuatkan jalan lingkar.

“Rencananya untuk tanggal 21 Februari 2021 ini di pantai Selat Baru juga akan ada kegiatan Festival Tari Langgai yang diselenggarakan secara swadaya,” ujar Candra saat dihubungi Kamis (11/02/2021).

Sementara itu, untuk kendala yang dihadapi dalam mengelola wisata pantai ini misalnya seperti kurangnya kesadaran beberapa penjual makanan yang tidak membayar retribusi, padahal sudah tertera di Peraturan Daerah.

Meski sesuai Perda itu telah ditetapkan tarif masuk lokasi sebesar Rp3 ribu per orang dan biaya parkir Rp2 ribu per kendaraan, Chandra menjelaskan pihaknya belum melakukan penarikan retribusi lantaran tidak ada kegiatan setiap hari.

“Apalagi mayoritas masyarakat di Bengkalis ini kan kurang mau membayar retribusi. Nanti kalau kita pungut tidak ada yang masuk, dan itu berpengaruh ke perekonomian pedagang disini. Itulah yang menjadi pertimbangan kami,” pungkas pria yang sudah 2 tahun menjabat ini.

 

Exit mobile version