Mongabay.co.id

Pertama Kali Terjadi, Dua Jenis Paus Terlihat di Perairan Mempawah

 

Terdamparnya mamalia laut di Pantai Mempawah sempat menjadi berita hangat di Kalimantan Barat (Kalbar) awal Februari ini. Satwa ini terdampar berlumuran darah, terluka. Di dekatnya terlihat satwa jenis yang sama dengan ukuran lebih kecil. Keduanya terdampar tak jauh dari kawasan proyek yang dikerjakan PT Wijaya Karya (Persero) Tbk atau WIKA.

PT WIKA menggarap Pelabuhan Kijing yang dirancang sebagai terminal pelabuhan modern terbesar di Kalimantan. Lokasi tepatnya di pantai Pantai Kijing, Kabupaten Mempawah, Kalbar. Dilansir dari Kementerian BUMN, Pelabuhan Kijing akan jadi Pelabuhan Modern terbesar di Kalimantan.

Pelabuhan di Kalbar milik Pelindo II yang digarap WIKA ini terdiri dari terminal daratan seluas 13 ha, dermaga di laut dan jalan akses penghubung sepanjang 3,5 km dari daratan. Pelabuhan Kijing akan memiliki sistem digital port dan dilengkapi peralatan bongkar muat modern.

Sebagai salah satu Proyek Strategis Nasional (PSN), Terminal ini akan menjadi pelabuhan berstandar internasional terbesar di Kalimantan. Keberadaannya juga akan terintegrasi dengan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), sehingga akan mendukung percepatan pertumbuhan ekonomi di Kalbar.

Luas kawasan pelabuhan ini mencapai 200 hektare, meliputi area terminal di sisi laut, trestle sepanjang 3,5 kilometer, serta area kantor dan sarana pendukung pelabuhan lainnya di sisi darat.

baca : Menyoal Pembangunan Pelabuhan Internasional Kijing

 

Seekor paus sperma kerdil (Kogia sima) terdampar dalam keadaan terluka di perairan Mempawah, Kabupaten Pontianak, Kalimantan Barat, Minggu (1/2/2021). Foto : istimewa/BPSPL Pontianak

 

Mengingat kawasannya yang memakan sepanjang pesisir Pantai Kijing Mempawah, pemerintah telah melakukan konsultasi publik penyusunan studi Analisa Dampak Lingkungan (Amdal) sejak tahun 2016. Proyek strategis nasional di daerah ini melengkapi studi Amdal berpedoman pada Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 5 Tahun 2012 tentang Jenis Usaha atau Kegiatan yang Wajib Dilengkapi Amdal.

Di dalam Amdal Pelabuhan Kijing, telah disebutkan kemungkinan adanya gangguan lingkungan dan upaya pencegahan kerusakan lingkungan yang ditimbulkannya. Antara lain gangguan lalu lintas laut, peningkatan total suspended particulate (TSP), peningkatan konsentrasi total suspended solid (TSS), timbulan sampah dan limbah B3, gangguan biota air (benthos), gangguan terhadap terumbu karang, abrasi dan sedimentasi, perubahan fishing ground nelayan tempatan serta peningkatan konsentrasi amoniak, serta minyak dan lemak. (Link untuk mengunduh dokumen)

Kawasan terdamparnya mamalia laut tersebut, berdekatan dengan Kawasan Konservasi Perairan Daerah (KKPD) Pulau Rendayan dan sekitarnya. Kepala Balai Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Laut (BPSL) Pontianak Getreda M Hehanussa, mengungkapkan, KKPD ini merupakan daerah perlintasan beberapa biota laut dilindungi, seperti Penyu dan Hiu Paus.

“Mamalia yang diduga jenis Paus Kogia sima yang masih dalam kondisi hidup dan langsung dilakukan penyelamatan oleh pekerja PT. Wijaya Karya (Persero),” katanya, Kamis (4/2/2021).

Identifikasi berdasarkan foto dan video dokumentasi yang tersebar di media social dan milik pekerja PT WIKA. Jenis Paus Sperma Kerdil/Dwarf Sperm Whale (Kogia sima) mempunyai ciri-ciri berwarna hitam pada tubuh bagian atas dan putih/abu-abu pada tubuh bagian bawah, memiliki sirip punggung di bagian tengah, kepala tidak memiliki moncong, memiliki panjang 2 meter, dan diameter perut 60-70 cm.

baca juga : Seekor Paus Sperma Kerdil Terdampar, Warga Malah Memotong Dagingnya

 

Pekerja PT WIKA meleparliarkan seekor paus sperma kerdil (Kogia sima) yang terdampar dalam keadaan terluka di perairan Mempawah, Kabupaten Pontianak, Kalimantan Barat, Minggu (1/2/2021). Foto : istimewa/BPSPL Pontianak

 

BPSPL Direktorat Jenderal Pengelolaan Ruang Laut (Ditjen PRL) salah satu Unit Pelaksana Teknis Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) sendiri mendapatkan informasi dari laporan masyarakat yang mendokumentasikan dan mengirim melalui media sosial instagram @bpsplpontianak.

Sejurus kemudian, tim pun segera menuju lokasi kejadian untuk menindaklanjuti dan mengidentifikasi mamalia yang terdampar. “Tim BPSPL Pontianak telah berkoordinasi dengan pihak terkait di Kabupaten Mempawah dan melakukan pemantauan kondisi lokasi kejadian hingga malam hari untuk memastikan mamalia laut tersebut tidak kembali terdampar,” ujar Getreda.

Kronologi terdamparnya mamalia laut pada Senin, (1/2/2021), sekitar pukul 11.00 WIB. Mamalia tersebut ditemukan dalam kondisi masih hidup namun bagian bawah tubuhnya terluka. Diduga akibat mengenai batu-batu tajam di pesisir pantai, saat tubuh mamalia tersebut terhempas ombak ke daratan.

Sebelumnya, pada pukul 08.00 WIB para pekerja telah melihat keberadaan mamalia laut tersebut dari daratan, diduga sedang mencari makan. Setelah kondisi perairan mulai surut, para pekerja PT Wika gotong royong menyelamatkan dan melepasliarkan ke laut.

Mewakili KKP, Getreda menyampaikan apresiasi kepada pihak yang telah membantu menyelamatkan jenis Paus Kogia sima ini. Menurutnya, ini membuktikan bahwa kepedulian masyarakat untuk melestarikan keberlanjutan biota laut yang dilindungi semakin tinggi.

perlu dibaca : Paus Sperma Kerdil ini Mati dalam Penyelamatan

 

Pekerja PT WIKA meleparliarkan seekor paus sperma kerdil (Kogia sima) yang terdampar dalam keadaan terluka di perairan Mempawah, Kabupaten Pontianak, Kalimantan Barat, Minggu (1/2/2021). Foto : istimewa/BPSPL Pontianak

 

Pertama Terjadi

Getreda mengatakan, BPSPL Pontianak sampai saat ini belum pernah mencatat penemuan jenis Paus Kogia sima di perairan Kalimantan. Kejadian ini adalah yang pertama kali di Kalimantan.

Pada tahun 2021 ini telah tercatat empat kejadian biota laut yang terdampar di perairan wilayah Kalimantan Barat yaitu dua ekor Finless porpoise terdampar mati di Kabupaten Sambas dan Kabupaten Kubu Raya, satu ekor Penyu Sisik (Eretmochelys imbricata) di Kabupaten Kubu Raya dalam kondisi hidup yang berhasil diselamatkan oleh masyarakat,

“BPSPL Pontianak akan memasukkan kejadian ini ke catatan Biota Laut Terdampar tahun 2021. Pencatatan tersebut perlu dilakukan untuk melihat pola kejadian dalam setiap tahun,” pungkasnya. Selanjutnya, BPSPL Pontianak akan lebih memperkuat jejaring konservasi agar jika kejadian serupa terjadi, bisa segera dilakukan penanganan cepat secara optimal, khususnya jika biota laut dalam kondisi hidup.

Sehari setelahnya, Kepala Desa Sungai Kunyit Laut, Suhaimi, melaporkan warganya telah melihat penampakan ekor ikan paus berukuran besar. Lokasinya masih di sekitar Pelabuhan Internasional Kijing. Dia mengaku, sebelumnya tidak pernah dilaporkan terdapat penampakan ikan paus oleh nelayan sekitar.

Walau demikian Suhaimi berharap ini adalah pertanda baik. “Kehadiran pelabuhan ini diharapkan bisa memberikan hal-hal positif bagi warga di sekitarnya,” ungkapnya.

perlu dibaca : Belajar dari Pearlie, Paus Sperma Kerdil Betina yang Mati Terluka

 

Tim BPSPL Pontianak melakukan sosialisasi perlindungan dan pelestarian dugong beserta jenis ikan yang dilindungi lainnya di Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah yang diselenggarakan di Desa Teluk Bogam, Kotawaringin Barat, Kalteng. Foto : BPSPL Pontianak

 

Ahli mamalia laut, Dwi Suprapti, dari Asosiasi Dokter Hewan Megafauna Akuatik Indonesia (IAM Flying Vet), menyatakan, kemunculan dua jenis paus ini (Paus Sperma kerdil /Dwarf Sperm Whale) dan Paus Bungkuk (Humpback whale) adalah pertama kali teridentifikasi dan/atau pertama kali terpantau di perairan Mempawah. “Namun dua spesies paus ini adalah jenis paus yang memang hidup di perairan tropis dan masuk dalam daftar 35 jenis mamalia laut Indonesia,” ungkapnya, Selasa (2/2/2021).

Sayangnya, masih sedikit sekali penelitian mengenai jenis cetacea ini. Termasuk mengenai jalur migrasinya. “Di Indonesia, kita belum ada studi jalur migrasi menggunakan satellite tagging. Kita baru punya pada penyu yang sudah dipasangin satellite tagging, jadi untuk mamalia laut studinya baru sebatas sighting saja,” tambah Dwi lagi.

Pemerintah pun mengambil langkah untuk melakukan upaya memetakan jalur migrasi paus. Kata Dwi, kemungkinan akan dicoba di laut Sawu yang memang habitat Paus. “Insya Allah melalui project Coremap,” tukasnya.

Coral Reef Rehabilitation and Management Program (COREMAP) – Coral Triangle Initiative (CTI) 2019 adalah Program Rehabilitasi dan Pengelolaan Terumbu Karang – Inisiatif Segitiga Karang. Program ini merupakan kerjasama Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) bersama dengan enam perguruan tinggi di Indonesia.

Sedangkan, Laut Sawu di Nusa Tenggara Timur merupakan koridor migrasi paus-paus langka dunia. Kawasan perairan seluas 3,5 juta hektar itu juga menjadi tempat singgah dan berkembang biak mamalia lain selain paus, antara lain lumba-lumba, serta aneka burung laut.

baca juga : Laut Sawu, Surga Cetacea Mencari Makan 

 

Seekor spinner dolphin terlihat di Taman Nasional Perairan Laut Sawu NTT pada 22 Maret 2016. Hasil penelitian Balai Riset Pemulihan Sumber Daya Ikan (BRPSDI) KKP pada 2014-2017 menunjukkan kemunculan satwa setasea (paus dan lumba-lumba) sangat tinggi di Laut Sawu. Foto : BRPSDI KKP/Mongabay Indonesia

 

Perlu Diteliti

Dwi menyatakan, sangat menarik untuk diteliti mengenai dua penampakan paus yang berbeda jenis tersebut di Perairan Mempawah. Sedangkan Getreda mengatakan, akan mengambil langkah untuk melakukan sosialisasi mengenai kelompok hewan akuatik kepada sektor swasta serta masyarakat setempat.

KKP sendiri telah mempunyai modul untuk ini. Termaktub dalam Panduan Penanganan Mamalia Laut Terdampar. Pemahaman ini sangat penting untuk mencegah kesalahan-kesalahan dalam upaya penyelamatan yang berakibat fatal. Termasuk upaya mitigasinya.

“Kita berharap mamalia tersebut berhasil bertahap hidup dan pulih, tanpa memancing predator karena lukanya,” ujarnya.

Fakta unik mengenai Paus sperma kerdil ini adalah bahwa mamalia ini biasanya menghuni laut dalam. Mereka menghabiskan sangat sedikit waktu di permukaan air dan hampir tidak pernah mendekati kapal. Akibatnya, sangat sedikit data yang dapat dikumpulkan ahli untuk mempelajari paus sperma kerdil.

Tak hanya itu, mamalia seukuran lumba-lumba ini memiliki kemampuan yang mirip cumi-cumi dalam mempertahankan diri dari predator, yakni dengan menyemprotkan tinta hitam. Jika paus sperma kerdil merasa terancam, mereka dapat melepaskan lebih dari 11 liter cairan gelap dari kantung berwarna coklat kemerahan yang ada di usus, untuk melarikan diri dari kejaran pemangsa.

Makanannya adalah cumi, gurita, udang, kepiting dan ikan. Di perairan Indonesia, paus Kogia dilaporkan pernah terlihat di Maluku, Papua, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Timor dan Bali. Maka, penampakan di perairan Mempawah, Kalimantan Barat, sangat menarik untuk diteliti.

 

Exit mobile version