Mongabay.co.id

Lima Tahun Program USAID SEA Realisasikan 1,6 Juta Hektar Kawasan Konservasi Perairan

Salah satu pesisir di pulau yang termasuk dalam kawasan konservasi laut Taman Nasional Perairan Sawu di Nusa Tenggara Timur. Foto pusluh.kkp

 

Program Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat Sustainable Ecosystem Advanced (USAID SEA) yang memfokuskan kegiatannya di tiga Provinsi di Indonesia Timur, telah berhasil merealisasikan kawasan konservasi perairan (KKP) seluas 1,6 juta hektar. Luasan KKP itu ada di Maluku Utara, Maluku dan Papua Barat.

Program USAID SEA yang diluncurkan sejak tahun 2016, mendukung pembentukan 14 KKP dan berkontribusi pada target Pemerintah Indonesia membangun 30 juta hektar kawasan konservasi perairan pada 2030 mendatang.

Hal tersebut diungkapkan Direktur USAID Ryan Washburn dalam acara daring penutupan program tersebut di Jakarta, minggu kemarin. Dia melaporkan capaian target Proyek SEA yang meliputi konservasi kawasan perairan, penguatan keamanan laut dan pelabuhan, penguatan pengawasan sumber daya kelautan dan perikanan melalui penegakan hukum di laut melalui kelompok pengawas masyarakat (pokmaswas), pengelolaan ruang laut, pesisir dan pulau-pulau kecil, kerja sama iptek bidang kelautan, serta upaya mendorong pertumbuhan ekonomi berkelanjutan dan ramah lingkungan.

baca : Ditetapkan Tiga TMP di Malut, Sumbang Target 20 Juta Hektar Kawasan Konservasi

 

Maluku Utara, baru saja memiliki tiga kawasan konservasi perairan. Kawasan konservasi ini guna memastikan ekosistem laut terjaga dan sumber laut dapat terkelola berkelanjutan oleh masyarakat, salah satu mencegah pengeboman ikan. Foto: Mahmud Ichi/ Mongabay Indonesia

 

Proyek Sustainable Ecosystems Advanced (SEA) USAID ini merupakan program kerja sama hibah lima tahun yang mendukung Pemerintah Indonesia untuk melestarikan keanekaragaman hayati laut dan meningkatkan tata kelola sumber daya laut di tingkat lokal, kabupaten, provinsi, dan nasional di dalam area sasaran (Maluku, Maluku Utara dan Papua Barat).

Dengan menggunakan pendekatan berbasis ekosistem untuk pengelolaan dan melibatkan pemangku kepentingan utama, Proyek SEA meningkatkan konservasi dan penggunaan sumber daya laut secara berkelanjutan dengan mereformasi pengelolaan perikanan dan mempromosikan kawasan lindung laut untuk meningkatkan produktivitas perikanan, ketahanan pangan dan gizi, dan mata pencaharian yang berkelanjutan.

Terbukti Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia (WPP NRI) 715 terdapat area seluas 21,7 juta hektare dalam perbaikan pengelolaan perikanan, jauh melampaui target yaitu enam juta hektare. Selain itu juga terdapat 17,2 juta hektare area dalam perbaikan pengelolaan dengan implementasi perencanaan tata ruang laut (marine spatial planning).

Hal utama lainnya yang menjadi target Proyek SEA adalah memperkuat peran pemerintah dan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) pada tiga provinsi sasaran untuk mendorong konservasi dan penangkapan ikan yang berkelanjutan dengan capaian 1,6 juta hektare Kawasan Konservasi Perairan, melampaui target 1 juta hektare area konservasi. Perlindungan ekosistem mangrove juga dilakukan pada Kawasan Konservasi Perairan Sorong Selatan seluas 336,062 hektare dan ekosistem mangrove di area penangkapan ikan tradisional 66,921 hektare di Teluk Bintuni, Papua Barat. Program itu melibatkan nelayan lokal dalam implementasi program.

baca juga : Tetapkan Daerah Perlindungan Laut, Upaya Warga Gotowasi Halmahera Mengkonservasi Penyu

 

Nelayan menangkap ikan di perairan di kawasan konservasi Pulau Namatota, Kabupaten Kaimana, Papua Barat yang termasuk Kawasan Konservasi Perairan Daerah (KPPD) Kaimana. Foto : M Ambari/Mongabay Indonesia

 

Ryan mengatakan sejak program SEA yang mengelola dana sebesar 32 juta dolar atau Rp448 miliar itu fokus pada memajukan perikanan berkelanjutan dan konservasi laut di kawasan timur Indonesia. Bersama pemerintah provinsi Maluku, Maluku Utara, dan Papua Barat juga ikut melindungi ekosistem laut penting di dunia, memperbaiki tata ruang laut, memperkuat pengelolaan perikanan skala kecil, dan mendukung penguatan penegakan hukum maritim.

USAID SEA juga membantu lebih banyak nelayan dan masyarakat pesisir berperan aktif dalam melindungi sumber daya yang menjadi andalan mata pencaharian mereka.

“Sebagai negara kepulauan, komitmen Indonesia untuk melestarikan keanekaragaman hayati laut dan memajukan perikanan berkelanjutan sebagai landasan untuk pertumbuhan ekonomi jangka panjang yang berkelanjutan. Pemerintah Amerika Serikat melalui USAID, merasa gembira dapat mendukung Indonesia untuk mencapai tujuan pembangunan yang sangat penting ini. Kami berkomitmen untuk terus melakukannya demi kemakmuran generasi sekarang dan yang akan datang,” jelas Ryan.

USAID SEA memperkuat rencana tata ruang laut provinsi seluas kurang lebih 17 juta hektar di provinsi Papua Barat, Maluku, dan Maluku Tengah. Rencana tata ruang ini mendukung keberlanjutan pembangunan ekonomi dan melindungi habitat laut penting. USAID SEA juga meningkatkan pendapatan nelayan dan standar perikanan berkelanjutan melalui sertifikasi perdagangan yang adail (fair trade), dan hasilnya, 350 nelayan mendapat premi senilai hampir 80.000 dolar AS (Rp1,12 miliar) pada tahun 2020 yang diinvestasikan dalam inisiatif berkelanjutan di masyarakat.

Sedangkan Sekretaris Jenderal KKP Antam Novambar merasa bangga dan menyampaikan terimakasih dengan program yang telah dijalankan USAID SEA. “Kami menghargai bantuan luar biasa dari program USAID SEA melalui rangkaian kegiatan strategis di WPP 715. Pelatihan dan inovasi USAID SEA akan membantu keberlanjutan program KKP dalam pengelolaan kelautan dan perikanan dengan berbagai pemangku kepentingan di masa depan. Semua ini untuk mendukung misi KKP dalam mencapai kedaulatan dan kelestarian laut Indonesia, serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir dan ketahanan pangan,” kata Antam.

perlu dibaca : Kerjasama Indonesia-Amerika Serikat: Maluku Utara Punya Tiga Kawasan Konservasi Perairan Baru

 

Proses identifikasi terumbu karang oleh DKP Kota Tidore di kawasan konservasi perairan Mare, Foto : Abdul Khalis

 

Dia menyampaikan terima kasih kepada Pemerintah AS melalui USAID atas kerja sama yang baik dalam pengembangan Indonesia sebagai negara dengan potensi baharinya yang luar biasa.

“Terima kasih saya sampaikan atas kerja sama yang luar biasa selama 5 tahun ke belakang antara Pemerintah Indonesia, khususnya KKP dan Pemerintah Amerika Serikat melalui USAID yaitu sejak 2016. Terima kasih juga kami sampaikan kepada para mitra yang aktif berpartisipasi dalam menyukseskan Proyek SEA ini. Telah banyak dilakukan program-program bagus sehingga banyak target dilampaui. Contoh saja seperti perikanan berkelanjutan terutama perikanan dan nelayan skala kecil, area perbaikan pengelolaan perikanan dan kawasan perlindungan perairan di Indonesia timur seperti Maluku, Maluku Utara, dan Papua Barat, begitu juga untuk pengelolaan wilayah konservasi perairan,” ucap Antam.

Sebagai bagian dari akhir program, USAID SEA menganalisis efektivitas kawasan konservasi perairan untuk melindungi ekosistem kondisi terumbu karang dan biomassa ikan. Lebih dari separuh kawasan konservasi perairan tersebut menunjukkan kondisi terumbu karang dan biomassa ikan yang tetap stabil atau meningkat selama berlangsungnya program USAID SEA dari tahun 2017 hingga tahun 2020. Hal ini menggambarkan kawasan konservasi perairan berpotensi untuk merevitalisasi ekosistem laut dan stok ikan yang menjadi sumber penghidupan masyarakat pesisir.

 

***

 

Keterangan foto utama : Ilustrasi. Salah satu pesisir di pulau yang termasuk dalam kawasan konservasi laut Taman Nasional Perairan Sawu di Nusa Tenggara Timur. Foto pusluh.kkp/Mongabay Indonesia

 

Exit mobile version