Mongabay.co.id

Menanti Bibit-bibit dari Mangrove Center untuk Hijaukan Pesisir Indonesia

 

Pemerintah Indonesia tengah berupaya keras untuk menghentikan kerusakan kawasan hutan bakau (mangrove) yang menyebar di seluruh Indonesia. Upaya tersebut, dilakukan dengan melakukan rehabilitasi dan restorasi mangrove dengan gerakan yang cepat dan massal.

Dari 3,4 juta hektare kawasan mangrove yang ada di Indonesia sekarang, sebanyak 1,8 juta hektare di antaranya adalah yang kondisinya sedang kritis. Tanpa ada campur tangan dari Pemerintah dan pihak terkait, kerusakan diprediksi akan semakin meluas lebih cepat tanpa bisa dibendung.

Atas dasar pertimbangan tersebut, Pemerintah Indonesia kemudian memulai program pengembangan mangrove melalui program persemaian skala besar yang dilaksanakan di Desa Randusanga Kulon, Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah.

Staf Ahli Bidang Manajemen Konektivitas Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) Sahat Manaor Panggabean mengatakan, selain untuk persemaian, Desa Kaliwlingi, Brebes juga dipilih oleh Pemerintah Pusat untuk menjadi lokasi Mangrove Center of Excellence.

Untuk program persemaian mangrove, akan dilaksanakan di atas lahan seluas 10 hektare yang pengelolaannya dilakukan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). Sementara, untuk Mangrove Center of Excellence akan dilaksanakan di atas lahan seluas 219 hektare dan pengelolannya dilakukan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP).

baca : Lestarinya Mangrove, Menghidupkan Masyarakat Pesisir Brebes 

 

Warga sedang memeriksa bibit mangrove yang berusia 1 tahun di Dukuh Pandansari, Desa Kaliwlingi, Kecamatan Brebes, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah. Keberadaan hutan mangrove selain dapat menghambat terjadinya abrasi juga berperan menjaga ekosistem perairan. Foto : Donny Iqbal/Mongabay Indonesia

 

Menurut Sahat, kedua program dilaksanakan dengan berlandaskan pada Peraturan Presiden RI Nomor 120 Tahun 2020 tentang Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM). Kemudian, Presiden RI Joko Widodo juga menyatakan bahwa pusat pengelolaan mangrove yang modern dan berskala besar harus ada di Indonesia.

“Selama ini luasan persemaian mangrove skala kecil, sekitar ratusan ribu batang dan umumnya banyak dilakukan oleh masyarakat,” ungkap dia belum lama ini di Jakarta.

Selain faktor produksi yang terbatas, pengembangan yang dilakukan di Brebes juga dilakukan atas dasar fakta bahwa kegiatan persemaian yang dilakukan oleh masyarakat ternyata kurang tertata dengan baik. Di sisi lain, Pemerintah ingin persemaian bisa mencapai skala besar dengan produksi jumlahnya mencapai 10 juta batang dalam satu lokasi dengan pendekatan ilmiah.

Sebagai lokasi persemaian berskala besar dan pusat keunggulan mangrove, Brebes akan menjadi lokasi pengembangan mangrove dengan melibatkan seluruh jenis tanaman tersebut dari seluruh Indonesia. Dengan demikian, tidak hanya akan bermanfaat bagi reputasi Indonesia saja, namun juga bagi pengembangan ekonomi skala lokal di Brebes.

Sahat menyebutkan, sebagai lokasi yang terpilih, Brebes diharapkan bisa melaksanakan produksi hingga mencapai sekitar 10 juta batang mangrove setiap tahun. Selain itu, Brebes juga nantinya akan menjadi lokasi rujukan utama secara nasional untuk pengembangan mangrove.

“Jadi lokasi ini menjadi pusatnya, menjadi kebanggaan kita, menjadi kebanggaan masyarakat, maka akan kita sampaikan ke dunia internasional,” tutur dia.

Dengan keunggulan yang dimiliki, Brebes juga nantinya tak hanya akan menjadi pusat persemaian untuk menghasilkan bibit mangrove, namun juga akan menjadi pusat wisata dengan mengusung ekowisata yang menggabungkan keberlanjutan lingkungan dan kegiatan ekonomi.

Selain itu, di lokasi yang sama juga akan dikembangkan penelitian mangrove yang pengelolaannya dilakukan secara langsung oleh KKP. Di masa mendatang, Brebes diharapkan bisa menghasilkan penelitian yang bisa menjadi rujukan ilmuwan dari dalam dan luar negeri.

baca juga : Indonesia Dapat Dana 20 Juta Euro untuk Pembentukan World Mangrove Center

 

Kawasan mangrove di Kecamatan Wanasari, Kabupaten Brebes, Jateng. Foto : KLHK

 

Sahat menambahkan, sebelum Brebes dipilih menjadi pusat pengembangan mangrove secara nasional, Pemerintah memiliki sejumlah daerah yang disiapkan untuk menjadi calon lokasi. Namun, dari semua yang masuk nominasi, Brebes dipilih karena dinilai tepat dan didasarkan pada banyak pertimbangan.

Penunjukkan Brebes tersebut, juga sejalan dengan target yang sudah dicanangkan oleh Pemerintah melalui program rencana program jangka menengah nasional (RPJMN) yang di antaranya ingin mengembalikan lahan mangrove yang mengalami degradasi.

Dengan penunjukkan tersebut, maka Brebes di masa mendatang akan resmi menyandang sebagai pusat pengembangan mangrove di Indonesia. Karenanya, pembangunan diharapkan sudah bisa dilaksanakan mulai 2021 ini.

“Ingin menunjukkan kepada dunia bahwa kita benar-benar menjadi pemimpin di dunia ini, kita bisa menunjukkan itu kalau konsep-konsep mulai pembibitan, mengoleksi, memanfaatkan, dan menyejahterakan masyarakat dari mangrove itu bisa terwujud,” papar dia.

Diketahui, dari total luasan kawasan mangrove yang mencapai 3,4 juta ha, luasan yang kondisinya dinyatakan baik mencapai luas 1,6 juta ha dan yang kondisinya rusak mencapai 1,8 juta juta. Khusus untuk di wilayah Pantai Utara (Pantura) pulau Jawa, kerusakan mangrove mencapai 85 persen.

perlu dibaca : Pantura Jawa Terancam Karam

 

Desa wisata bahari di Kaliwlingi, Brebes, Jawa Tengah yang dijadikan Mangrove Center of Excellence. Foto : Kemenko Maritim dan Investasi

 

Sahat mengatakan, dalam melaksanakan pengelolaan mangrove, Pemerintah mengarahkan untuk menghasilkan nilai ekonomi dari setiap pohon yang sedang dikelola. Cara tersebut diyakini akan menarik minat masyarakat lokal yang selama ini tidak yang tertarik untuk ikut mengelola kawasan hutan bakau.

Di sisi lain, dengan luas mencapai 3,4 juta ha, mangrove Indonesia juga menyimpan potensi karbon biru yang sangat besar. Dengan luasan tersebut, kawasan mangrove menyimpan potensi 3,14 miliar ton karbon yang efektif untuk menyerap seluruh karbondioksida (CO2).

Menurut dia, untuk mangrove yang kondisinya baik harus dimanfaatkan untuk kepentingan bersama dengan menghasilkan nilai ekonomi yang tepat. Sementara, untuk mangrove yang kondisinya rusak, itu harus dilakukan rehabilitasi dengan program jangka panjang.

Dalam Target Strategi Nasional Pengelolaan Mangrove yang disusun oleh Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian RI, dicantumkan bahwa potensi reduksi emisi gas rumah kaca (GRK) bisa mencapai 59 juta ton CO2e pada 2045. Jumlah tersebut ditargetkan dari 34,9 juta ha luasan mangrove.

Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Marves Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan bahwa melaksanakan rehabilitasi mangrove akan memerlukan biaya sangat mahal, karena biaya yang dibutuhkan untuk minimal 600 hektare saja sedikitnya bisa mencapai Rp16 triliun.

“Tanpa ada biaya, maka rehabilitas tidak akan pernah konsisten dilaksanakan,” tegas dia.

Menurut dia, jika program rehabilitasi mangrove berhasil dilaksanakan dan berjalan baik dalam prosesnya, maka mangrove akan menjadi ekosistem untuk ikan dan kepiting. Dengan demikian, nantinya akan membuka lapangan pekerjaan baru, karena ekosistem mangrove memerlukan pemeliharaan.

“Luas mangrove kita ada 3,31 juta hektare, 20 persen dari total mangrove dunia atau 60 persen di Asia Tenggara, Indonesia itu yang paling besar,” pungkas dia.

baca juga : Politik Hukum Pemulihan Gambut dan Mangrove

 

Desa wisata bahari di Kaliwlingi, Brebes, Jawa Tengah yang dijadikan Mangrove Center of Excellence. Foto : Kemenko Maritim dan Investasi

 

Pusat Jenis Mangrove

Asisten Deputi Pengelolaan Perubahan Iklim dan Kebencanaan Kemenko Marves Kus Prisetiahadi saat kunjungan ke lokasi, Sabtu (27/2/2021) mengungkapkan, dua program pengembangan mangrove yang dilaksanakan di Brebes, memiliki perbedaan dari program serupa yang sudah ada sebelumnya.

Menurut dia, pusat pengembangan mangrove yang selama ini ada, biasanya hanya mampu melaksanakan produksi persemaian rerata mencapai 500 ribu batang per tahun. Jumlah tersebut berbeda jauh dibandingkan yang akan dilaksanakan di Brebes yang bisa mencapai 10 juta batang.

Adapun, jenis mangrove yang dipilih untuk bisa dikembangkan di Brebes, akan diambil dari berbagai lokasi pesisir di Tanah Air dan menyesuaikan dengan lokasi pesisir yang akan dikembangkan. Sementara, untuk pusat keunggulan mangrove yang dikelola KKP, dipastikan keragamannya akan sangat tinggi.

“Itu semacam taman mini mangrove Indonesia. Jadi berbagai jenis mangrove di Indonesia, diupayakan dikumpulkan dan ditanam,” ucap dia.

Tentang pemilihan Brebes sebagai lokasi pelaksanaan dua program pengembangan mangrove secara nasional, dilakukan Pemerintah Indonesia, karena Brebes dinilai memiliki potensi yang besar. Selain itu, wilayah pesisir Brebes juga sudah pernah diuji coba untuk penanaman sejumlah jenis mangrove dan berhasil tumbuh dengan baik.

“Bahkan, beberapa negara sudah pernah datang ke sini melakukan studi banding,” tambah dia.

baca juga : Ini Upaya Kalimantan Barat untuk Jadi Pusat Mangrove Dunia

 

Calon lokasi taman koleksi mangrove Indonesia (arboretrum) bagian dari Mangrove Center of Excellence yang bakal dikelola oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) di Kaliwlingi, Brebes, Jawa Tengah. Sumber : KKP

 

Bupati Brebes Idza Priyanti berharap pengembangan wilayahnya sebagai pusat mangrove nasional akan membawa dampak positif. Selain bisa mendorong peningkatan sumber daya manusia (SDM), dan perekonomian, diharapkan juga bisa menjaga lingkungan di kawasan pesisir.

“Tentunya ini akan menjadi ikon yang bagus dan benar-benar meningkatkan kesejahteraan masyarakat, karena potensi yang diberdayakan nanti juga sumber daya manusianya dan ini akan membantu bidang perekonomian. Tempatnya nanti akan mendunia dan mangrove ini (berfungsi) menjaga lingkungan dan ekosistem. Karena selama ini sering terjadi banjir rob,” kata Idza.

“Kami akan bekerja keras. Misalnya penyediaan lokasi sebagai pembibitan, lokasi sebagai kebun raya mangrove dan penyelesaian kendala-kendala lahan. Ini yang segera kita pecahkan dan cari solusinya,” bebernya.

 

Exit mobile version