Mongabay.co.id

Diskusi dengan Jokowi, Ini Keluhan Nelayan dan Pelaku Usaha Perikanan di Maluku

 

Presiden RI, Joko Widodo, mengunjungi Ambon, Maluku untuk melakukan beberapa agenda penting, salah satunya melihat rencana pembangunan Ambon New Port.

Beberapa agenda lain juga yakni, menyaksikan proses vaksinasi massal dan berdialog bersama para nelayan serta pelaku usaha perikanan di Maluku.

Presiden berdialog di dua tempat berbeda, yakni dengan nelayan di Dermaga Husekaa Negeri Hitu, Kecamatan Leihitu, Kabupaten Maluku Tengah dan para pelaku usaha perikanan di Pelabuyan Yos Sudarso, Ambon, Kamis (25/3/2021)

Tujuan berdialog dengan pihak-pihak ini, guna mengetahui situasi yang dihadapi di kala pandemi COVID-19.

“Saya ingin mendengar situasi dan urusan yang berkaitan dengan perikanan dan nelayan. Di saat pandemi seperti ini, apakah ada kesulitan atau tidak?” tanya Presiden kepada para nelayan.

baca : Presiden Jokowi Targetkan Program LIN Maluku Beroperasi 2023

 

Presiden RI Joko Widodo berdialog dengan masyarakat nelayan di Dermaga Husekaa Negeri Hitu, Kecamatan Leihitu, Kabupaten Maluku Tengah, Kamis (25/3/2021). Kepada Presiden, masyarakat nelayan mengeluhkan peralatan tangkap ikan yang minim. Sumber foto: Biro Sekretariat Presiden

 

Sebanyak 16 warga yang mewakili para nelayan di Kabupaten Maluku Tengah hadir dan mengutarakan pendapat serta kebutuhan mereka dalam menjalani aktivitas sehari-hari.

Para nelayan memberi apresiasi kepada Pemerintah Indonesia, yang tengah mengupayakan terwujudnya Maluku sebagai Lumbung Ikan Nasional (LIN) di tahun 2023 mendatang.

“Terima kasih untuk Bapak Presiden telah datang ke Maluku, untuk melihat kami, khususnya di Desa Hitu ini, untuk menjadikan Maluku sebagai daerah Lumbung Ikan Nasional di Indonesia,” ucap salah satu nelayan di Hitu.

Nelayan tersebut menjelaskan selama pandemi aktivitas melaut mereka relatif baik. Meski demikian, ia mengakui bahwa nelayan setempat memerlukan dukungan terkait alat tangkap ikan.

“Masyarakat di sini lagi kekurangan alat penangkapan, bagan atau rumpon masih kurang,” tutur nelayan tersebut.

Menyikapi curahan hati para nelayan di sana, Presiden mengatakan, segera membelikan alat bantu tangkap tersebut. Dalam kesempatan itu juga Kepala Negara turut memberikan bantuan tambahan modal bagi para nelayan.

“Tadi ada yang mau dibeli rumpon, segera besok diberi. Saya nanti cek sudah dibelikan atau belum,” ucapnya.

baca juga : Pusat Ekonomi Baru dari Lumbung Ikan Nasional Maluku

 

Presiden RI Joko Widodo kunjungi Pelabuhan Yos Sudarso Ambon, untuk melihat kesiapan dan berbagai hal terkait perikanan. Foto: Biro Sekretariat Presiden

 

Produksi Perikanan Menurun

Saat berdiskusi dengan para pelaku usaha, Gubernur Maluku Murad Ismail menyebutkan, produksi perikanan yang dihasilkan para pelaku usaha perikanan di Maluku adalah tuna loin, tuna glondongan beku, tuna gelondongan pres, ikan cakalang beku dan ikan pelagis.

“83 ton sudah dikirim ke Amerika melalui pelabuhan Yos Sudarso,” kata Gubernur saat memandu dialog, Kamis (25/3/2021).

Selain ke Amerika tujuan ekspor lain adalah Jepang, Vietnam dan negara lainnya. Perusahaan pengekspor ikannya yaitu PT. Perikanan Nusantara, PT. Samudra Indo Sejahtera, PT. Harta Samudra, PT. Aneka Samudra Tata Baharai, PT. Maluku Prima Makmur dan PT. Peduli Laut Maluku.

“Perusahaan-perusahaan inilah yang membantu Maluku untuk ekspor ikan ke luar negeri,” kata Gubernur.

Kuntoro Kusno, salah satu pengusaha perikanan mengaku, sudah 28 tahun mereka berjalan di sektor perikanan. Namun yang menjadi kendala saat ini yakni laboratorium uji mutu yang tidak ada.

Selama ini, katanya, mereka harus kirim ke Bali dengan waktu dan biaya yang cukup mahal. Sisi lain adalah masalah logistik. Di Pulau Ambon misalnya, tidak terlalu banyak investor di sektor perikanan.

“Makanya kita alami biaya logistik yang cukup tinggi. Contohnya saya ekspor ke Jepang, khusus ikan cakalang. Minimum saya harus order 40 feet kontainer dari Surabaya dengan durasi 2 minggu, baru dikirim kosong ke Ambon,” keluhnya di hadapan Presiden.

Setelah diorder, harus dibawa lagi dari pabrik ke Ambon menggunakan mobil. Menurutnya, insfrastruktur di Kota Ambon terlalu kecil jadi tidak bisa ditarik, kecuali 20 feet.

baca juga : Jemput LIN, Maluku Harus Siapkan SDM, Etos Kerja dan Bicara Anggaran

 

Presiden RI Joko Widodo di dampingi Menteri BUMN Erick Thohir dan Gubernur Maluku Murad Ismail, saat dialog bersama pelaku usaha perikanan di Pelabuhan Yos Sudarso Ambon, Kamis (25/3/2021). Sumber foto: Biro Sekretariat Presiden

 

Di sisi lain, produksi perikanan yang kian menurun. Dia mengatakan, mereka memiliki dua alat tangkap dan berwawasan  ramah lingkungan.

“Sejak 28 tahun berproduksi, dan sebelum tahun 2000-an itu rata-rata sekitar 6 hingga 8 ribu ton per tahun. Tahun kemarin, saya catat hanya 213 ton. Jadi memang menurun sekali,” ungkapnya.

Dia bilang, dulunya ada sekitar 450 unit alat tangkap, dan sekarang tidak lebih dari 50 unit. Banyak pemilik kapal di desa-desa sekitar Pulau Ambon tidak sanggup melaut karena biaya operasional yang meningkat.

“Untuk itu saya berharap kepada Bapak Presiden untuk membantu masyarakat kita yang kesulitan saat ini. Tak perlu banyak-banyak pak, cukup kembalikan 450 unit kapal itu saja,” pintanya.

Karena kapal-kapal ini adalah padat karya dengan kapasitas sekitar 25 kru. Artinya kalau dikalikan dengan 400 kapal, maka sudah 10 ribu lapangan kerja yang diciptakan. “Saya rasa dampaknya luar biasa kalau bisa dipenuhi,” ujarnya.

  

Pengusaha perikanan dari Luar

Kuntoro menambahkan produksi ikan semakin menurun, lantaran banyak sekali kapal jaring yang beroperasi di Selatan dan Utara. Kapal-kapal ini memakai rumpon. Jadi ikan-ikan pelagis besar (cakalang/tuna) ini biasa migrasi dari Selatan ke Utara ataupun sebaliknnya dan tidak masuk lagi ke wilayah pesisir.

“Jadi masyarakat pesisir lama kelamaan akan mati. Karena rumpon-rumpon itu kebanyakan milik pengusaha perikanan dari luar Maluku. Di Seram Utara dari Bitung, sementara dari selatan itu Bali dan Jakarta,” ungkapnya.

Dia juga mengatakan, setelah operasi mereka tidak masuk ke Ambon dan langsung dikirim ke luar, makanya nelayan di Maluku tidak dapat apa-apa.

perlu dibaca : Bukan COVID-19, Infrastruktur Perikanan yang Jadi Kendala Nelayan Pulau Rhun, Maluku. Kenapa?

 

Presiden RI Joko Widodo, melihat bagan (peta) pembuatan Ambon New Port, di Pelabuhan Yos Sudarso Ambon, Kamis (25/3/2021). Foto: Biro Sekretariat Presiden

 

Sementara Daniel Rusly, PT Samudra Indo Sejahtera mengatakan, Maluku adalah pusat ikan dengan potensi perikanannya yang sangat melimpah.

Dia mengatakan, di Maluku sendiri ada tiga WPP, yakni Banda, Seram dan Arafura. Namun mirisnya, dari hasil perikanan yang melimpah ini sebagian besarnya masih dibawa ke industri di Jawa. Sebagiannya lagi dijual ke lokal.

“Sebagian besarnya lagi di ekspor ke negara tujuan, seperti Singapura dan di Malaysia. Inilah keadaan supply change yang terjadi,” katanya.

Menurutnya, yang paling banyak mengambil keuntungan adalah industri di Pulau Jawa. Dia mengaku sangat mengapresiasi program yang dicanangkan Gubernur Maluku, yang secara konsisten ingin menjadikan Maluku sebagai industri perikanan Indonesia.

Dia mengatakan, sebelumnya di tahun 2010-2014, pihaknya pernah menjalankan industri perikanan di Tual, dengan karyawan di darat 400 orang dan untuk ABK mencapai 1.000 hingga 1.500 orang.

“Tual juga sangat hidup, karena ada potensi perikanan yang menjadi dorongan. Untuk itu kami minta Presiden untuk mendorong proses pertumbuhan perikanan di Maluku,” pintanya berharap.

  

Bangun New Port

Presiden Jokowi mengatakan, tujuannya datang ke Ambon karena ingin membangun Ambon New Port untuk mendukung sektor perikanan Maluku yang memiliki potensi besar serta keunggulan di perikanan tangkap.

“Jadi pagi hari ini saya khusus datang ke Ambon, hanya punya satu keperluan bahwa kita akan membangun Ambon New Port yang kurang lebih di dalam perencanaan nanti ada 700 hektare yang itu terintegrasi antara pelabuhan logistik dan pelabuhan perikanan serta industri perikanan ada di satu lokasi,” ujar Presiden kepada pelaku usaha perikanan.

Dalam waktu dekat, Presiden menerangkan, Kota Ambon akan mengembangkan pelabuhan baru dengan konsep pelabuhan terintegrasi yang akan menjadi pusat pertumbuhan industri pengolahan ikan dan konsolidasi kargo dari wilayah Indonesia Timur.

Pengembangan pelabuhan baru tersebut, kata Presiden, sangat dibutuhkan mengingat pelabuhan khusus perikanan saat ini telah mencapai kapasitas maksimum.

“Tahun ini akan dimulai pembangunannya dan kita harapkan dalam dua tahun akan selesai. Untuk itu saya minta nanti pelaku-pelaku fisheries industry segera mendaftar dan ikut masuk ke dalam lokasi ini, sehingga kita memiliki keyakinan bahwa ini bisa jalan,” ucapnya.

Menurut Jokowi, potensi perikanan di Maluku sangat besar, namun belum teroptimalkan dengan baik, sehingga pembangunan sebuah fasilitas untuk pelaku usaha perikanan dan nelayan memang perlu diadakan, guna memacu produksi perikanan lebih besar lagi.

Meski demikian, Kepala Negara menekankan agar rencana dan implementasi dari pembangunan pelabuhan baru tersebut lebih dimatangkan, sehingga nantinya dapat menjadi sebuah percontohan bagi pengembangan pelabuhan modern yang terintegrasi dengan industri perikanannya di daerah-daerah lainnya dan mampu bersaing dengan negara-negara lain di dunia.

“Tadi disampaikan oleh Dirut Pelindo mengenai potensi-potensi perikanan. Ada 800 ribu ton sebelah sini, kemudian sebelah Utara ada 1,2 juta ton, kemudian agak di Selatan ada 2,6 juta ton. Saya kira Ambon New Port ini memang harus,” tandasnya.

Sementara para pelaku pengusaha perikanan di Maluku berharap, agar program ini bertujuan mensejahterakan rakyat.

 

Exit mobile version