Mongabay.co.id

Pertama Kalinya, Paus Orca Terdampar di Perairan Selat Bali

Paus orca yang dikenal dengan julukan paus pembunuh. Sumber: Wikipedia

 

Selat Bali yang menghubungkan Jawa Timur dan Bali Barat menjadi tempat terdampar dan terakhir seekor individu Paus Orca (Orcinus orca) pada Sabtu (03/04/2021). Perairan cukup dalam tapi sempit bagi jenis Orca yang biasa menjelajah samudera dengan kawanannya.

Sebelum terdampar mati dan dikubur, Orca ini bergerak lemah dan digiring oleh nelayan menuju perairan Bangsring, Wongsorejo, Banyuwangi.

Permana Yudiarso, Kepala Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (BPSPL) Denpasar yang ada di lapangan bersama timnya mengatakan kehadiran Orca di pesisir Banyuwangi ini baru pertama kali dilaporkan. Individu ini sendirian, dan berenang di kawasan padat lalu lintas laut tropis. Karena Orca termasuk sensitif pada suara.

Keanehan lain menurut Permana, dari sejumlah kasus terdampar Orca di Indonesia, semua terdampar hidup. Namun kali ini mati.

Dari catatannya, kemunculan Orca di Bali pada 2016 di Uluwatu. Sekitar 2020 di Anambas, perairan Laut Natuna, 2019 di Teluk Tomini (Sulawesi), dan juga terlihat di Raja Ampat, (Papua Barat) dalam kondisi hidup. “Kenapa dia sendirian, dan mati di perairan, ada apa ini?” herannya.

Walau Orca terkenal suka perairan dingin, ternyata muncul beberapa kali di perairan Indonesia dengan suhu hangat. Sejumlah kemungkinan, misalnya Orca di Banyuwangi ini sedang bermigrasi dari Samudera Hindia.

baca : Tercatat Pertama Kali, Paus Orca Melintasi dan Terdampar di Perairan Flores Timur. Bagaimana Nasibnya?

 

Tim BPSL Denpasar dan Fakultas Kedokteran hewan Unair Surabaya sedang melakukan nekropsi terhadap seekor individu Paus Orca (Orcinus orca) yang terdampar dan akhirnya mati di pantai Bangsring, Banyuwangi, Jatim, Sabtu (03/04/2021). Foto : BPSPL Denpasar

 

Ketika hendak dikubur, para petugas harus memotong bagian tubuh karena sulit dipindahkan. “Beratnya di luar dugaan kami, katrol ukuran 10 ton baru bisa bergerak,” ujarnya.

Permana memperkirakan beratnya sekitar 10-15 ton karena tidak ditimbang. Merujuk kemampuan katrol, itu pun setelah bagian tubuh terpotong. Orca yang terluka di bagian perut bawah ini pun dikuburkan pada Minggu siang.

Penguburan Orca di Pantai Bangsring, area terdamparnya. Kawasan pantai wisata ini terkenal dengan wisata bahari snorkeling dan tempat rekreasi lainnya.

Karena bangkai sudah membengkak sehingga mengeluarkan bau, tim BPSPL dan SDKP dan dibantu oleh warga desa lain  akhirnya melanjutkan kembali proses evakuasi menggunakan katrol dan manual sampai dini hari. Evakuasi dilanjutkan lagi pada hari Minggu (4/4/2021) dan berhasil dikuburkan siang hari. Kemudian dilanjutkan dengan penandatangan Berita Acara penanganan paus orca terdampar bersama BPSPL, Polairud, , SDKP, KSDA, Babinsa dan Kedokteran Hewan UNAIR.

Sebelum dikubur, pada Sabtu, tim Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) Universitas Airlangga sudah melakukan nekropsi di pantai. Dari hasil pengukuran, Orca berjenis kelamin jantan ini memiliki panjang 6,1 meter, dan lingkar badan 2,4 meter.

“Paus tersebut tidak didapati sampah plastik atau kail di dalam tubuhnya, namun ada pendarahan di dalam usus luka luar di bagian tubuh kemungkinan terkena benda benda tajam. Melihat kondisi paus yang demikian ada 2 kemungkinan bisa jadi navigasi yang salah dan behaviour mencari makan. Untuk mengetahui penyebab kematian paus termasuk pendarahan dalam usus masih menunggu hasil sampel yang akan diuji oleh FKH Unair,” kata Permana, kepada Mongabay-Indonesia, Minggu (4/4/2021).

baca juga : Cerita Bayi Paus Orca yang Terdampar di Pesisir Sulawesi Utara dan Keberadaannya di Perairan Indonesia

 

Tim BPSL Denpasar dan Fakultas Kedokteran hewan Unair Surabaya sedang melakukan nekropsi terhadap seekor individu Paus Orca (Orcinus orca) yang terdampar dan akhirnya mati di pantai Bangsring, Banyuwangi, Jatim, Sabtu (03/04/2021). Foto : BPSPL Denpasar

 

Paus Orca ini ditemukan warga yang kemudian melaporkan ke Polair Banyuwangi. Dari sejumlah video yang tersebar di media sosial, warga nampak kaget dengan kehadiran paus yang dilaporkan untuk pertama kalinya terlihat di perairan Jawa Timur ini.

Pada tempat yang berbeda,  didapat  informasi dari sosial media pada Sabtu (3/4/2021), terdapat ikan Paus terdampar disekitar Pantai Gardu Laut, Desa Karangsari, Kecamatan Tuban, Kabupaten Tuban, Jawa Timur. Panjang paus diperkirakan 10 meter dan terdampar sekitar 200 m dari tepi pantai.

Tim BPSPL Denpasar Wilker Jatim telah berangkat Menuju lokasi Paus terdampar, di Kabupaten Tuban. Berdasarkan informasi yang di peroleh dari masyarakat sekitar diketahui bahwa Paus tersebut tidak terdampar dan hanya melintas disamping perahu nelayan yang sedang melaut tetapi terlihat jelas punggung paus tersebut.

Paus terlihat sekitar pukul 08.00 WIB dan sudah kembali ke tengah laut sekitar pukul 11.00 WIB. Hingga Minggu saat ini (4 April 2020) paus tidak lagi terlihat ke tepi pantai Gardu Laut.

 

Tim BPSL Denpasar dan Fakultas Kedokteran hewan Unair Surabaya sedang melakukan nekropsi terhadap seekor individu Paus Orca (Orcinus orca) yang terdampar dan akhirnya mati di pantai Bangsring, Banyuwangi, Jatim, Sabtu (03/04/2021). Foto : BPSPL Denpasar

 

Nekropsi Patologis

Bilqisthi Ari Putra, praktisi patologi veteriner dari Universitas Airlangga pada sebuah webinar tentang mamalia terdampar 4 Maret 2021 lalu menjelaskan ada sejumlah cara pemeriksaan mamalia terdampar mati. Pemeriksaan pertama adalah eksternal. Untuk menganalisis kemungkinan seperti waktu kematian, luka luar setelah atau sebelum mati.

Prosedur pemeriksaan dengan pendekatan patologi ini bisa memperdalam kemungkinan penyebab. Karena patologi adalah ilmu tentang penyakit dan interaksinya pada penderita. Ada empat aspek, etiologi yakni sifat agen, bakteri, parasit terhadap organ. Patogenesis, riwayat perjalanan penyakit. Kemudian patofisiologi, mekanisme gejalanya, dan morfologi bentuk organnya secara makro dan mikrokospis.

Penyebab kematian hewan pun ada yang sengaja dan tidak sengaja. Jenis penyakitnya infeksius dan noninfeksius.

Kemungkinan penyebabnya dari patologi adalah emasiasi atau kekurangan energi, dehidrasi, sun burnt, atau stres pernafasan. “Paru-paru adalah peran sentral karena bernafas,” ingatnya agar warga tak menutup lubang pernafasan mamalia jika hendak menyelamatkan.

Apakah sakit dulu baru terdampar, ini yang terkonfirmasi di patologi. Sebabnya bisa multiple, yang bisa dipastikan adalah apakah paus dalam keadaan sehat? “Sebab kematian dan terdampar kajiannya harus komprehensif. Pokja harus diaktifkan untuk gelar perkara,” harap Bilqis, panggilannya.

menarik dibaca : Saat Predator Puncak Bertamu ke Laut Anambas

 

Proses penguburan bangkai seekor individu Paus Orca (Orcinus orca) yang terdampar dan akhirnya mati di pantai Bangsring, Banyuwangi, Jatim, Sabtu (03/04/2021). Foto : BPSPL Denpasar

 

Kemunculan Orca di Indonesia

Dari sejumlah catatan Mongabay Indonesia, pada 2020, ada sejumlah kejadian terdamparnya Orca.

Seekor orca atau paus pembunuh terdampar di pesisir pantai Desa Wureh, Kecamatan Adonara Barat, Kabupaten Flores Timur, Kamis (30/4/2020) seperti diantar oleh dua ekor paus orca lainnya. Warga melihat dua kawanan lain menggiring individu terluka ini ke pesisir.

Tim terpadu Dinas Perikanan kabupaten Flores Timur didampingi oleh staf Satwas SDKP Flores Timur, staf Wildlife Conservation Society (WCS) menggiring paus orca tersebut ke laut.

Tetapi sore harinya, paus orca itu terdampar kembali ke tempat semula dengan terdapat luka. Tim kemudian menggiring dan mengamankanya dengan keramba Dinas Perikanan. Keesokannya pada Jumat (1/5/2020) ketika akan dicek, ternyata paus orca sudah tidak ada di keramba dan kembali ke laut lepas.

Terdamparnya paus orca itu ini selat antara Pulau Flores, Adonara dan Solor ini merupakan kejadian baru. Selama ini belum pernah dilaporkan perairan itu dilintasi orca.

Rinto Fernandez Kepala Kantor Satker PSDKP Larantuka kepada Mongabay Indonesia mengatakan, paus orca kemungkinan bermigrasi dari Laut Banda sebab pihaknya menemukan anakan paus orca yang mati di Magepanda, Kabupaten Sikka.

Biasanya yang sering melintas teluk di Selat Gonsalu yang berarus deras ini kata Rinto yakni paus sperma (sperm whale) dari dan atau ke perairan Laut Sawu, sebelah selatan Pulau Lembata.

baca juga : Orca Putih Dewasa Terlihat di Kamchatka, Rusia Barat

 

Proses penguburan bangkai seekor individu Paus Orca (Orcinus orca) yang terdampar dan akhirnya mati di pantai Bangsring, Banyuwangi, Jatim, Sabtu (03/04/2021). Foto : BPSPL Denpasar

 

Perairan Sulawesi

Berikutnya seekor bayi paus orca, dengan panjang sekitar 2 meter, terdampar di pantai Inobonto, Bolaang Mongondow, Sulawesi Utara pada Rabu (24/6/2020).

Andry Indryasworo Sukmoputro, Kepala Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir (BPSPL) Makassar yang dihubungi Mongabay Indonesia menyebut mamalia terdampar di pantai Inobonto itu dalam kondisi hidup (code 1).

Sudah ada upaya masyarakat untuk mendorongnya kembali ke laut namun kembali lagi berenang ke tepi pantai. BPSPL Makassar berkoordinasi dengan pihak Dinas Kelautan dan Perikanan Bolaang Mongondow dan pihak DKP akhirnya membantu melepasliarkan kembali ke arah laut dan memantau hingga sore hari agar paus orca tersebut tidak kembali ke pantai.

Menurut Andry, paus orca berhabitat di perairan bersuhu dingin seperti di kutub. Meski jarang, paus orca ternyata ditemukan juga di perairan bersuhu hangat seperti di perairan tropis. Misalnya, sudah sering terlihat serombongan orca di perairan Biak, perairan Anambas, perairan Gorontalo, perairan Lembata bahkan pernah terdampar di pesisir pantai Desa Wureh Kecamatan Adonara Barat, Flores Timur.

Sedangkan Sekar Mira, Peneliti Mamalia Laut Pusat Penelitian Oseanografi LIPI, perlakuan yang salah terhadap bayi orca dapat menghambat pernapasan atau mencederainya.

Kalau ukurannya dewasa, interaksi dengan manusia disebut bisa berbahaya. Orca bisa berontak karena merasa terancam. “Kalau kita tersepak dengan ekornya bisa cedera, atau bisa tergigit,” pada Mongabay.

Orca termasuk jenis satwa kosmopolit, artinya wilayah jelajahnya luas atau bisa ditemui di banyak belahan bumi. Di Indonesia, orca masuk dalam daftar hewan dilindungi. Walau termasuk dalam keluarga lumba-lumba, spesies ini juga dikenal dengan nama paus pembunuh karena merupakan satwa karnivora dan memiliki gigi yang sangat besar.

 

Warga mempermainkan bayi paus orca yang terdampar di pantai Inobonto, Bolaang Mongondow, Sulawesi Utara, Rabu (24/6/2020). Foto : screenshoot video facebook Meiva Pontoh

 

Verrianto Madjowa, peneliti paus orca di Teluk Tomini menambahkan, kemunculan orca di perairan Indonesia terutama Sulawesi bukanlah hal baru. Dia mencatat, tahun 2012 rekaman video menunjukkan kemunculan spesies ini di selat Makassar dan perairan Raja Ampat.

Tahun 2018, fenomena serupa juga tercatat di perairan Maratua, Kalimantan Timur. Kemudian, di Teluk Manado pada 2019 silam. Jauh sebelumnya, tahun 2003, sudah ada penelitian orca di Papua Nugini.

“Jadi laut Sulawesi memang merupakan salah satu jalur lintas orca. Bahkan, tiga hari sebelum kemunculan di Inobonto, saya sudah duga akan muncul di laut Sulawesi, karena berdasarkan informasi sempat melintas di Maratua,” terangnya.

Verianto melakukan penelitian paus orca di teluk Tomini selama dua tahun, 2017-2019. Dalam kurun itu, berdasarkan data dan pengamatan langsung, ia mencatat sejak tahun 2015, kemunculan orca paling tinggi terjadi pada kurun 2017-2018.

 

***

Catatan redaksi : berita telah diperbaharui pada pukul 19.15 WIB

 

Exit mobile version