Mongabay.co.id

Masuki Kemarau, BMKG: Waspada Karhutla dan Optimalkan Simpan Air

 

 

 

 

Sejak awal, daerah harus bersiap menghadapi ancaman bencana kala kemarau tiba. Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memperkirakan, awal kemarau mulai April 2021. Badan ini mengingatkan para pihak terutama pada wilayah rawan agar mewaspadai kebakaran hutan dan lahan pada puncak kemarau, yang diperkirakan Agustus tahun ini. BMKG juga menyarankan, daerah rawan kekurangan air agar mengoptimalkan panen air hujan.

Herizal, Deputi Bidang Klimatologi BMKG memperkirakan, puncak musim kemarau pada Agustus 2021. “Puncak musim kemarau, perluasan wilayah yang terancam karhutla akan meningkat,” katanya, belum lama ini.

Pada Mei hingga Juni, BMKG mendeteksi ada potensi karhutla kategori menengah hingga tinggi di Riau, Jambi, Sumatera Selatan, sebagian Nusa Tenggara Barat dan sebagian Kalimantan Barat maupun Kalimantan Tengah. Wilayah ini, katanya, memiliki potensi karhutla hingga September.

Pada Juli 2021, ancaman karhutla meningkat di Sumatera, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah dan Nusa Tenggara. “Pada puncak kemarau, ada tambahan zona rawan karhutla di Papua bagian selatan, harus diwaspadai,” katanya.

Dia bilang, musim kemarau 2021 datang lebih lambat dengan akumulasi curah hujan seperti kondisi kemarau biasa. Jadi, kemarau 2021, cenderung lebih normal dan kecil memiliki peluang kekeringan ekstrem seperti tahun 2015 dan 2019.

 

Ingatkan pemerintah daerah 

Dwikorita Karnawati, Kepala BMKG pun mengingatkan pemerintah daerah dan masyarakat di daerah rawan karhutla waspada sejak Juli hingga Agustus. Terlebih, katanya, di provinsi seperti Riau, Jambi, sebagian Kalimantan, Jawa Barat, Sumatera Selatan, pantai timur dan barat Bengkulu, sebagian Sumatera Utara dan Jawa Timur.

Menurut dia, sebanyak 12% wilayah zona musim yang memiliki hujan di bawah normal pada kemarau tahun ini atau kurang 150 mm dalam satu bulan. “Ini perlu diwaspadai jadi potensi kebakaran lahan,” katanya, beberapa waktu lalu.

Untuk pemerintah daerah dan masyarakat di daerah rawan kekurangan air bersih, dia sarankan untuk menyimpan air pada musim peralihan.

Dwikorita bilang, optimalkan penyimpanan air untuk memenuhi danau, waduk, embung, kolam retensi, dan penyimpanan air buatan lain di masyarakat dengan gerakan memanen air hujan.

Dalam mengantisipasi karhutla, penting pemantauan tinggi muka air gambut. Kalau tinggi muka air gambut berkurang jauh, kata Herizal, harus ada upaya intervensi dengan teknologi, baik melalui pompa air agar air tersalur maupun dengan hujan buatan.

”Dengan lahan gambut basah, potensi karhutla di daerah akan berkurang. Kalau dibiarkan kering akan jadi bahan bakar kebakaran lahan,” ujar Herizal.

 

Baca juga: Riau Masuki Kemarau, Waspada Kebakaran Gambut

Hutan gambut, yang pohon besarnya sudah ditebang. Gambut rusak, rawan alami kebakaran. Foto: Suryadi/ Mongabay Indonesia

 

Musim hujan April-Mei, waspada

Dwikorita bilang, April-Mei 2021, merupakan masa peralihan dari musim hujan ke kemarau. BMKG mengimbau, masyarakat perlu mewaspadai potensi hujan lebat dengan durasi singkat, angin kencang, puting beliung dan potensi hujan es yang biasa terjadi pada periode itu.

Sejumlah daerah sudah memasuki kemarau tetapi tak serentak. Pada April 2021, Nusa Tenggara, Bali dan sebagian Jawa mulai memasuki kemarau.

Pada Mei-Juni 2021, meliputi Jawa Timur dan Jawa Tengah, sebagian besar Nusa Tenggara, Sumatera Selatan, Sumatera Barat dan Riau, Bengkulu dan sebagian kecil Kalimantan Selatan, Sulawesi akan memasuki kemarau. Untuk, Kalimantan, Papua, sebagian kecil Maluku dan Sulawesi dan Sumaera memasuki kemarau pada Juni.

“Dibandingkan kemarau 1981-2010, sebagian besar daerah di wilayah Indonesia mengalami kemarau mundur, yaitu, 57,6% wilayah zona musim,” kata Dwikorita. Sisanya, wilayah Indonesia mengalami kemarau lebih cepat.

Hasil pemantauan anomali iklim global menunjukkan, kondisi La Nina masih akan berlangsung hingga Mei 2021 dengan intensitas terus melemah. Sedangkan pemantauan kondisi Indian Ocean Dipole Mode (IOD) diprediksi netral hingga September 2021.

Dwikorita bilang, kedatangan musim kemarau umumnya berkait erat dengan peralihan angin baratan (monsun Asia) menjadi angin timuran (Monsun Australia).

BMKG memprediksi, peralihan angin monsun akan terjadi pada akhir Maret 2021. Setelah itu, monsun Australia mulai aktif.

Meski April-September, adalah periode kemarau, Dwikorita mengingatkan perlu mewaspadai potensi bencana banjir pada daerah yang memiliki peluang hujan 10 harian lebih dari 110 mm/ dasarian atau hujan bulanan di atas 300 mm. Daerah-daerah itu seperti Kalimantan Utara, sebagian Sulawesi Tengah dan Tenggara dan sebagian dari Papua dan Papua Barat.

“Ini perlu diwaspadai meski secara umum musim kemarau tapi ada potensi banjir. Karena luasnya wilayah Indonesia dengan topografi berbukit-bukit ada satu pulau mengalami karhutla, tapi sisi lain banjir dan longsor,” katanya.

 

Baca juga: Hadapi Puncak Kemarau, Kalimantan Barat Siaga Karhutla

Banjir di Bima, NTB. Foto: BNPB

 

Ratusan hektar di Riau terbakar

Pemerintah Riau, menetapkan status siaga darurat karhutla mulai 15 Februari-31 Oktober 2021 guna mengantisipasi kemarau panjang. BPBD Riau menyatakan, sejak awal 2021, karhutla Riau sudah 657,71 hektar di 10 kabupaten kota.

Kebakaran paling luas di Bengkalis (200,66 hektar), Indragiri Hilir (122,5 hektar), Dumai (109,1 hektar), Siak (72,9 hektar), Pelalawan (48 hektar), Rokan Hilir (31 hektar), Indragiri Hulu (25 hektar) dan Pekanbaru (3 hektar).

Jim Gofur, Kepala Bidang Kedaruratan BPBD Riau mengatakan, siapkan operasi penerapan teknologi modifikasi cuaca (TMC) atau hujan buatan. Setiap tahun, Riau hadapi karhutla karena ada pembukaan lahan gambut.

 

Petugas Badan Penanggulan Bencana Daerah kota Pekanbaru berusaha memadamkan api yang membakar hutan di Pekanbaru, Riau, Senin (1/3/2021) malam. Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) di wilayah provinsi Riau menjadi ancaman baru ditengah Pandemi Covid-19. (WAHYUDI)

 

****

Foto utama: Tim Pemadam Api menangani kebakaran di Giam Siak Kecil pada awal Maret 2021. Foto:  BKSDA Riau

 

Exit mobile version