Mongabay.co.id

Julang Sulawesi, Jenis Burung yang Selalu Setia pada Pasangannya

 

 

Di Indonesia terdapat 13 jenis rangkong yang tersebar mulai dari Pulau Sumatera hingga Papua. Rangkong merupakan jenis burung pemakan buah yang paling besar di antara jenis burung lainnya. Dari jumlah rangkong yang tersebar di Indonesia tersebut, terdapat tiga jenis yang bersifat endemik. Salah satunya adalah Rhyticeros cassidix atau julang sulawesi. Inilah yang membuat betapa pentingnya melindungi burung rangkong di Indonesia.

Julang sulawesi memiliki nama lain Sulawesi Red-Knobbed Hornbill. Persebarannya di daratan utama Pulau Sulawesi, Pulau Lepas Pantai Lembeh di Bitung, Sulawesi Utara, Kepulaun Togean di Sulawesi Tengah, serta Pulau Muna dan Pulau Buton di Sulawesi Tenggara.

Bagi masyarakat sekitar, setidaknya terdapat tiga nama lokal untuk menyebut jenis ini yaitu Allo, Taung, dan Lupi. Untuk mengidentifikasi ciri khususnya, dibandingkan jenis rangkong lainnya, dapat dibedakan dari bentuk tubuh, warna, serta perilakunya.

Baca: Kenapa Harus Kenal Rangkong Sulawesi?

 

Julang sulawesi [Knobbed hornbill] yang merupakan endemik Sulawesi. Foto: Rhett Butler/Mongabay

 

Dalam buku “Manual Identifikasi dan Bio-Ekologi Spesies Kunci di Sulawesi” [2020] yang ditulis Abdul Haris Mustari, julang sulawesi dijelaskan memiliki tubuh besar mencapai 104 cm. Secara umum tubuhnya berwarna hitam, ekor berwarna putih dan paruhnya besar berwarna kuning. Jantan dan betina tidak sama. Jantan memiliki tubuh yang lebih besar, warna bulu lehernya kuning keemasan.

“Pada jantan casque-nya atau tonjolan di atas kepala berwarna lebih cerah kemerahan dibandingkan betinanya,” ungkap Haris.

Sementara sang betina ukuran tubuhnya lebih kecil, warna bulu kepala dan lehernya hitam, dan tonjolan di atas kepalanya berwarna kuning dengan ukuran lebih kecil dari tanduk jantan.

Pada jantan dan betina dewasa terdapat garis di pangkal paruh yang kombinasinya menyerupai huruf “V” atau tanda pangkat pada anggota militer, jumlah garis tersebut sering diasosiasikan dengan umur individu si julang sulawesi.

Karena berukuran besar, berat julang sulawesi dapat mencapai 3,6 kg. Yang menarik, bulu matanya diketahui dapat digunakan sebagai salah satu faktor menarik pasangan. Keberadaannya mudah dikenali, sebab selain ukuran tubuhnya yang besar, juga suaranya yang khas serta kepakan sayapnya yang sangat jelas terdengar.

Sehingga, tanpa perjumpaan langsung, kita bisa mengenali keberadaanya dari kepakannya yang terdengar keras dari jarak cukup jauh. Apalagi julang sulawesi biasa terbang rendah di atas kanopi pohon.

Baca: Wallacea, Surga Keragaman Hayati yang Minim Penelitian

 

Julang sulawesi bisa ditemukan di hutan Tangkoko. Foto: Rhett Butler/Mongabay

 

Dalam buku ini, Abdul Haris Mustari yang juga dosen pada Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan, Fakultas Kehutanan dan Lingkungan, IPB, ikut mengamati perilaku julang sulawesi. Burung ini memanfaatkan hutan yang menyediakan pohon-pohon besar untuk membuat sarangnya. Lubang pohon yang tinggi dan besar, di tengah hutan yang jauh dari aktivitas manusia.

Selama musim berbiak, sang betina akan bertugas mengerami telurnya dan memberi makan anaknya di dalam sarang, sedangkan sang jantan mencari makan dan memberikannya pada pasangannya tersebut.

Pada saat mengerami telur, sang betina masuk ke sarang kemudian menutup lubangnya dengan lumpur atau kotoran sehingga hanya tersisa satu lubang kecil, dan akan keluar ketika anak-anaknya mulai belajar terbang.

“Burung ini adalah monogami atau hidup berpasangan. Sering dijumpai mencari makan pada pohon beringin yang sedang berbuah. Kadang berkumpul dalam jumlah sangat banyak sekitar 50 individu pada saat musim berbuah beringin dan pohon penghasil buah lainnya pada hutan primer,” ujar Haris.

Makanan yang paling disukai adalah jenis buah beringin ficus obscura, f. virens, f.drupace, f. hirta, f. tinctoria, f.altissima. Namun selain buah-buah itu, burung ini juga sesekali memakan binatang-binatang kecil seperti kadal, kelelawar, tikus, ular, dan berbagai jenis serangga.

Bagi mereka yang senang mengamati burung, julang sulawesi dapat dijumpai di hutan primer, hutan rawa, hutan sekunder yang tinggi dan juga hutan mangrove, serta kadang kala mengunjungi lahan budidaya yang luas. Selain itu, bisa ditemui dari permukaan laut sampai 1.800 meter di atas permukaan laut.

Baca juga: Kangkareng Sulawesi, Jenis Istimewa yang Hanya Ada di Indonesia

 

Julang sulawesi adalah jenis burung yang selalu setia pada pasangannya. Foto: Rhett Butler/Mongabay

 

Pemerintah Indonesia telah menetapkan julang sulawesi sebagai jenis dilindungi berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.106/2018 tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa Liar Dilindungi. Sementara IUCN, lembaga konservasi dunia, menetapkan statusnya Rentan [Vulnerable/VU].

Menurunnya populasi julang sulawesi dipengaruhi oleh beberapa faktor. Antara lain, habitat yang rusak akibat pengambilan kayu untuk bahan bangunan rumah, serta perburuan yang dilakukan dengan cara menembak; untuk diambil kepalanya sebagai hiasan dan bulunya sebagai umpan memancing ikan di laut.

 

 

Exit mobile version