Mongabay.co.id

Tur Virtual Melihat Hiu Paus Batobarani di Simposium Hiu dan Pari

 

Ada hal yang menarik dalam Simposium ke-3 Hiu dan Pari di Indonesia yang dilaksanakan minggu kemarin, di Jakarta, yaitu pengenalan spesies Hiu Paus, salah satu jenis yang dilindungi penuh di Indonesia dengan tur virtual ke lokasi wisata Hiu Paus Botubarani di Gorontalo, Sulawesi dan di kawasan Teluk Saleh, Nusa Tenggara Barat.

Sukirman Tilahung, seorang tokoh perlindungan hiu paus mengajak tur virtual ke lokasi wisata Hiu Paus Botubarani di Gorontalo, Sulawesi. Dengan ramah, ia menunjukkan betapa mudahnya berenang bersama hiu paus ini. Mulai dari kedatangan di bandara, menuju pusat kota sekitar 30 menit untuk cari penginapan, lalu menuju lokasi wisata hiu paus di pesisir. Berkendara sekitar 30 menit, tibalah di pantai.

Ia mengatakan area berenang hiu paus hanya 10-20 meter dari pantai. “Keunggulan sekaligus ancaman karena saking mudahnya. Kalau tidak diatur bisa turisme massal,” ujarnya.

Nampak para hiu paus berenang tenang di perairan yang terlihat sudah dilokalisir dengan tali. Pantai ini berkontur drop-off, karena hiu paus berenang di laut dalam 60-100 meter walau dekat pantai. Sebelum wisata ia mengingatkan petunjuk interaksi degan hiu paus.

baca : Wisata Hiu Paus di Gorontalo Harus Utamakan Konservasi

 

Fahri Amar saat mengambil Photo ID hiu paus di Botubarani, Gorontalo. Foto: Christopel Paino/Mongabay Indonesia

 

Terkait petunjuk ini, WWF Indonesia membaginya dengan video wisata hiu paus di Taman Nasional Teluk Cendrawasih, Papua. Mirip dengan Gorontalo, hiu paus bisa dilihat hampir sepanjang tahun.

Cara berinteraksi dengan hiu paus secara aman dilakukan dengan dibriefing oleh pemandu sebelum turun ke air. Jarak aman sekitar 3 meter dari ekor, dan 2 meter dari tubuh. Peserta berjumlah enam orang yang bisa mengambil foto tanpa flash, namun disarankan berenang tanpa scuba, dengan durasi maksimum 1 jam, dan 6 peserta.

Perahu ditambatkan di bagan dengan mesin mati. Hanya satu perahu per bagan, dan kecepatan diturunkan. Pemandu duluan masuk dilanjutkan snorkel masuk dengan tenang.

Sedangkan di Gorontalo, pengunjung bisa memilih, dilihat dari perahu, snorkeling, atau diving.

“Areanya sudah diberi tali, snorkel harus menggantung di tali agar tak bisa mengejar hiu pausnya,” kata Iman, panggilan Sukirman. Agar area hiu paus lebih luas, karena kadang ada yang mengejar saking antusiasnya. Perahu diatur di samping dan hiu paus yang berkeliling, bukan pengunjung.

baca juga : Penelitian: Inilah Pola Kemunculan Hiu Paus di Gorontalo

 

Iman Tilahunga membersihkan sampah plastik di sekitar hiu paus di Botubarani, Gorontalo. Foto: Christopel Paino/Mongabay Indonesia

 

Menurut Iman konsep wisata hiu paus harus menyesuikan daerah masing-masing, kecuali petunjuk standar berinteraksi untuk memastikan kenyamanan ikan bertotol-totol ini.

Hiu Paus bisa memiliki banyak anakan atau embrio dengan ukuran sekitar 55-60 cm, hewan ovovivar karena telur dieram dalam perut, kemudian pecah jadi anakan. Hiu Paus dewasa berukuran 7-10 meter, betina lebih besar sampai 12 meter. Untuk mencapai dewasa, membutuhkan waktu 30 tahun, dan bisa tumbuh lebih dari 18 meter. Namun, Iman mengatakan di Gorontalo belum pernah lihat hiu paus betina.

Satwa eksotis ini punya hidung, dengan mata di sudut kiri dan kanan kepalanya. Karena itu, Iman meminta jangan berhadapan karena kemungkinan ditabrak, matanya ada di sudut. “Seolah mau ditelan, sering buka mulut. padahal mereka tidak lihat,” pria ini terkekeh.

Walau namanya Hiu Paus, hiu ini berbeda dengan paus karena termasuk jenis ikan. Sementara paus merupakan jenis mamalia laut, bernafas dengan paru-paru, sehingga sesekali perlu muncul ke permukaan laut untuk bernapas.

Sebelum ada upaya penyadartahuan di Gorontalo, paus kerap diduduki karena penasaran. Namun ada kisah menarik kelompok nelayan menyelamatkan hiu paus yang tak sengaja masuk jaring nelayan. Mereka rela melepaskan ribuan ikan hasil tangkapan dengan merobek jaring untuk melepaskan hiu paus.

Ancaman lain adalah sampah plastik, terutama musim sampah dari kota terbawa arus ke laut. “Bisa tertelan (oleh hiu paus), kami bersih harus pantai,” imbuh Iman. Hiu Paus juga sering muncul di Berau-Kalimantan, Pantai Bantar-Probolinggo, Pulau Weh-Aceh, Banggai-Sulawesi, Teluk Cendrawasih-Papua, dan Teluk Tomini-Sulawesi.

Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Gorontalo, Rifli M. Katili menyebut wisata hiu paus ini salah satu unggulan dari 120 destinasi. Wisata alam lainnya adalah air terjun Ilohuwa, Taman Laut Olele, pemandian Lombongo, Danau Perintis, Pulau Cinta, cottages membentuk hati.

perlu dibaca : Sejauh Ini, Tidak Ada Hiu Paus Betina di Gorontalo

 

Kehadiran hiu paus di pantai Botubarani, Gorontalo telah menjadi magnet bagi wisatawan. Tampak pengujung berinteraksi dengan hiu paus. Foto: Adiwinata Solihin

 

Riset di Teluk Lampung

Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan Perikanan (BRSDM KP) Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) tengah melaksanakan riset mendalam di Teluk Lampung, dan ditemukan bahwa juvenile hiu dan pari tertangkap bycatch oleh nelayan saat mereka menangkap ikan-ikan lain.

Karenanya KKP terus berusaha menentukan alat tangkap apa yang mampu memilah spesies-spesies laut yang tidak diinginkan.

“Kita sudah punya alat tangkap jaring yang bisa mensortir penyu yang tertangkap. Saat ini bagaimana kita berpikir teknologi apa yang dibangun untuk bisa mensortir hiu dan pari agar tidak ikut tertangkap bycatch. Ini adalah riset yang akan kita kembangkan ke depan,” papar Kepala BRSDM KP Sjarief Widjaja.

Berdasarkan penelitian tersebut, juga diketahui kriteria ekosistem yang dapat memberikan kesempatan pada hiu dan pari untuk berkembang, yakni dengan suhu 25 – 30 celcius, salinitas 31 – 34 PSU, kedalaman 13 – 65 meter, substrat berupa lumpur dan pasir, dengan makanan berupa ikan, crustacea, dan moluska. Berdasarkan hasil tangkapan nelayan dan analisis habitat, maka perairan Lampung yang dijadikan area kajian diduga kuat sebagai habitat asuhan (nursery ground) hiu dan pari.

KKP juga bertugas untuk men-trigger perekonomian rakyat, untuk dapat tumbuh dengan memanfaatkan sumber daya laut yang dimiliki. Pengelolaan laut harus memberikan kesejahteraan sosial ekonomi bagi masyarakat dengan tetap menjaga keberlanjutan sumber daya untuk saat ini dan generasi mendatang.

“Butuh kerja sama seluruh pihak, baik itu pemerintah pusat, daerah, akademisi, peneliti, Dinas KP, nelayan, LSM, dan seluruh pihak untuk bergerak ke depan menjadikan Indonesia sebagai negara yang mampu mengelola alamnyanya dengan bijaksana. Let’s save our sharks and rays!” tambah Sjarief.

Untuk edukasi, menurutnya bisa dengan kearifan lokal seperti hikayat laut, dan panglima laut di Aceh.

baca juga : Populasi Turun Drastis, KKP Terbitkan RAN Konservasi Hiu

 

Suasana di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Pasiran, Pulau Sabang, Aceh pada Minggu (01/05/2016). Ikan hiu menjadi salah satu tangkapan nelayan Sabang. Foto : M Ambari

 

Forum Bersama

Sedangkan Dicky Simorangkir, CEO WWF Indonesia dalam pembukaan simposium ini mengatakan data terbaru 2021 sekitar 300 jenis atau 25% dari spesies masuk daftar merah IUCN dari rentan jadi kritis sampai terancam hampir punah.

Pada simposium hiu dan pari pertama pada 2015 sepakat melakukan estimasi, ketelusuran untuk pasar domestik, dan regulasi terancam penuh serta perlindungan habitat.

Kemudian simposium kedua pada 2018 muncul rekomendasi perlunya pengembangan penelitian aspek sosial ekonomi, data perikanan spesies, serta regulasi pendekatan multidisiplin untuk dampak dan manfaatnya.

“Simposium ini jadi landasan aksi multipihak, otoritas pengelola, akademis, dan LSM,” sebutnya.

Hal berikutnya adalah memastikan sistem keterlacakan, inisiatif pemanfaatan non ekstraktif untuk dampak ekonomi warga, dan mitigasi penangkapan samping. Di Indonesia, sebanyak 72% hiu tertangkap karena bycatch.

“Berdasarkan hasil tangkapan nelayan dan analisis habitat, perairan Lampung diduga kuat sebagai habitat asuhan (nursery ground) hiu dan pari,” kata Sjarief.

Simposium juga memberikan tribute kepada alm Dharmadi, peneliti senior di BRSDM KP yang aktif meneliti hiu dan pari. Ia sering ditanya enumerator jika kebingungan identifikasi.

Materi pembahasan simposium ini masih bisa disimak di kanal https://www.srs-indonesia-virtual.com dengan puluhan narasumber, ragam pembahasan dan poster ilmiah.

 

Exit mobile version