Mongabay.co.id

Empat Penyu Hijau Hasil Sitaan Jalani Rehabilitasi

 

Perdagangan penyu terus terjadi di Bali. Salah satu area hotspot adalah Jembrana, kabupaten di Bali barat. Di pesisir ini juga area pendaratan penyu untuk bertelur, didominasi Penyu Lekang.

Hampir semua berita penangkapan barang bukti perdagangan penyu adalah penyu hijau. Jenis ini jadi komoditas untuk konsumsi sejak dulu di Bali.

Empat Penyu Hijau (Chelonia mydas) dewasa dan berjenis kelamin betina disita dari lokasi penampungannya di Banjar Pebuahan, Desa Banyubiru, Negara, Kabupaten Jembrana, Bali pada Senin (19/04/2021).

Keempat penyu dititipkan di pusat penangkaran penyu Kurma Asih, Perancak. Tak jauh dari lokasi penangkapan.

Anom Astika Jaya, pengelola Kurma Asih mengatakan pada Senin (19/4/2021) dihubungi Kasat Reskrim Jembrana untuk menitipkan hasil sitaan penyu empat ekor jenis Penyu Hijau. Ukuran terbesar sekitar 87 cm panjang kerapasnya, kemudian terkecil sekitar 68 cm.

“Saya kaget nangkapnya di mana? Daerah Jembrana, langsung bawa ke Perancak, tempat sudah disiapkan. Jemput ke Polres biar tak terlalu lama dalam kondisi terikat,” papar Anom. Ikatan di bagian flipper segera dilepas agar cepat kena air.

Proses pemeriksaan hewan secara intensif dilakukan keesokan harinya sejak pagi dari berbagai pihak seperti IAM Flying Vet, PSDKP, WWF, BPSPL, dan BKSDA. Para penyu sudah dipasangi tagging untuk monitoring. Ia berharap semoga segera dilepasliarkan setelah hasil pemeriksaan dokter hewan diserahkan ke Polres.

baca : Sebanyak 36 Ekor Penyu Hijau Kembali Hendak Diperdagangkan

 

Empat Penyu Hijau yang disita dan direhabilitasi di Kurma Asih. Foto : BPSPL Denpasar

 

Sementara itu Dwi Suprapti dari Asosiasi Dokter Hewan Megafauna Aquatic Indonesia (IAM Flying Vet) yang memeriksa mengatakan kondisi penyu secara umum sehat, dengan catatan sejumlah luka dan patah tulang.

Ada individu dengan temuan luka dan patah tulang di flipper tapi bukan di pangkalnya. “Hanya bagian ujung, masih punya daya renang dengan baik,” jelas Dwi. Ini akibat penyelundupan, flipper dilubangi untuk diikat. Ada bagian flipper yang pecah jadi dua, dan sudah dijahit. Kekuatan jahitannya bisa sementara, ini untuk mengamankan biar tak infeksi, menutup luka dengan baik.

Ada individu lain yang karapasnya berlubang cukup dalam, sekitar 3 cm, diduga bekas parasit. Dwi khawatir lubangnya cukup dalam karena di bawah karapas ada paru-paru, bakteri bisa masuk sedikit demi sedikit dan berkoloni. Lubang ini berusaha ditutup.

Luka lain adalah bekas seperti gigitan cookie cutter shark, lubang di bawah ketiak di bagian ototnya. Ada sekitar tiga lubang tapi sedang proses penyembuhan. Tim medis mengeruk luka untuk dibersihkan, agar bisa menutup kembali. Setelah memberi antibiotik dan vitamin, keempatnya dinilai dalam kondisi umum sehat dan bisa segera dilepaskan.

Ia merekomendasikan segera dilepaskan karena selain cukup sehat, bak di lokasi penangkaran penyu bukan untuk rehabilitasi. Hanya untuk tukik, kolam sementara sebelum dilepaskan. Sistem pengairan bak rehabilitasi harus memiliki sirkulasi air karena harus sering diganti, penyu dewasa mengeluarkan feses dan urin cukup banyak. Jika tak diganti rutin, bisa keracunan kotorannya sendiri. Karena itu, tugas pengelola dan relawan Kurma Asih cukup berat, menguras bak secara manual.

Ada juga isu keterbatasan pakan, karena Penyu Hijau dewasa makan rumput laut. Sumber pakan ini tak tersedia di sana. Dwi menyebut, sudah berusaha cari di pinggir pantai, tapi bukan pakan utamanya.

Jika polisi memerlukan barang bukti, menurutnya cukup disisakan satu ekor. Rekomendasi dari aspek medik segera dilepaskan agar tak tambah stres dan penyakit baru.

baca juga : Belasan Penyu Hijau Kembali Diperdagangkan di Bali

 

Satu dari empat Penyu Hijau yang direhabilitasi di Kurma Asih. Foto : BPSPL Denpasar

 

Sedangkan lokasi ideal pelepasan untuk Penyu Hijau menurutnya bisa direkomendasikan oleh PDSKP yang lebih memahami perairan di Jembrana. Dwi tidak tahu asal penyu ini dari mana, dan pemeriksaan sampel genetik perlu waktu sekitar satu bulan. “Tak masalah dilepaskan di mana saja, yang terpenting laut lepas tak terhambat aktivitas penangkapan, seperti jaring,” sebutnya.

Untuk penegakan hukum, ia berharap polisi mengeksplorasi pelakunya, apalagi ini kasus bukan pertama kali, termasuk lokasinya. Modus baru pendaratan penyu kini di Bali Barat. Sedangkan sebelumnya di Bali selatan.

“Dikembangkan jejaringnya agar pintu masuk diantisipasi. Catatan WWF sebelumnya lebih banyak yang tidak ditangkap,” imbuh Dwi.

 

Pelaku warga Jembrana

Kasat Reskrim Polres Jembrana AKP Yogie Paramagita saat jumpa pers di Mako Polres Jembrana seperti dikutip dari BeritaBali mengatakan pelaku berinisial SA, seorang perempuan warga yang mukim di Banjar Pebuahan, Desa Banyubiru, Negara.

Pelaku dijerat Pasal 21, Ayat 2 Junto Pasal 40 tentang KSDA, dengan ancaman pidana maksimal lima tahun penjara dan denda Rp100 juta. Pelaku disebut ditangkap bersama barang bukti di rumahnya.

Dari catatan Mongabay, sejumlah lokasi penangkapan di Jembrana di sejumlah desa yang berdekatan. Sebelumnya sebanyak 13 ekor Penyu Hijau ditemukan hendak diperdagangkan di Bali, pada Kamis (17/10/2019).

Sebanyak 13 ekor Penyu Hijau dewasa ini ditemukan di sebuah rumah milik Tahwan, laki-laki 48 tahun, mengaku sebagai nelayan. Belasan penyu ditampung di rumahnya, Br. Kelatakan, Desa Melaya, Kecamatan Melaya, Jembrana.

baca juga : Penyu Dewasa Dipotong, Lebih dari 600 Kilo Daging Diselundupkan ke Bali

 

Sebanyak 13 ekor Penyu Hijau ditemukan di rumah seorang warga di Desa Melaya, Jembrana hendak diperdagangkan pada Oktober 2019. Foto: BPSPL Denpasar/Polres Jembrana/Mongabay Indonesia

 

Temuan ini hanya berselang dua minggu setelah sebuah truk mengangkut 18 ekor Penyu Hijau. Sebanyak 18 ekor penyu hijau itu diselundupkan, dan ketahuan ketika truk pengangkutnya kecelakaan menabrak pohon di Kuta, Badung, Senin (30/9/2019).

Sebelum itu, pada Juni 2018 sebanyak 27 ekor penyu hijau ditemukan di sebuah rumah di Melaya, Kabupaten Jembrana. Penyu ditemukan pada Senin (04/06/2018) malam di sebuah rumah warga, Muhamad (57) sekitar pukul 21.30 WITA. Sebuah tim dari Polres Jembrana menangkap tersangka dan mengamankan barang bukti penyu-penyu ini ke kantor polisi. Kemudian para penyu dipindahkan area kelompok konservasi penyu Kurma Asih di Perancak, sekitar 30 menit dari lokasi rumah tersangka.

 

Musim bertelur Minim Anggaran

Kelompok Kurma Asih di Jembrana kini menanti musim bertelur yang puncaknya Mei-Juni ini. Masa pandemi yang berkepanjangan membuat pengelolanya khawatir dengan anggaran untuk menyelamatkan telur-telur yang sarangnya mudah tersapu arus.

Tahun lalu ada 400-an sarang, tahun ini diperkirakan minimal 300 sarang. Namun, beberapa habitat peneluran terancam karena abrasi. Isi tiap sarang 90-100 telur.

Saat ini di penangkaran sudah ada 34 sarang baru mulai dari Maret. Walau pandemi kegiatan penyelamatan telur masih berjalan. Namun karena pariwisata konservasi terhambat, akan berpengaruh pada tingginya biaya operasional. Anom mengatakan, biasanya tamu Eropa dan Asia berdonasi.

“Semangat masih ada karena sudah komitmen sejak 1997. Toh dulu tak ada bule kami semangat,” ujarnya. Namun, kini beberapa fasilitas bertambah dan perlu biaya pemeliharaan, sedangkan dulu gubuk saja. Pemerintah juga pernah mendukung untuk operasional walau relatif kecil, kini anggaran juga kena realokasi penanganan COVID-19.

perlu dibaca : Makin Banyak Penyu Ditemukan Mati di Sekitar Bali

 

Wayan Anom Astika Jaya dan Kelompok Kurma Asih pernah mendapat Kalpataru sebagai penyelamat lingkungan. Foto: Luh De Suriyani/Mongabay Indonesia

 

Perancak direncanakan jadi pusat wisata berbasis konservasi. Dampak pandemi, menurutnya makin makin banyak warga ikut patroli telur penyu dengan harapan dapat reward, minimal uang transportasi. Nah inilah yang perlu diantisipasi.

Ia pernah kampanye adopsi sarang penyu untuk menyelamatkan telur yang terancam karena abrasi makin parah di pesisir Jembrana. “Jelas terancam, kalau tidak diambil bisa kena abrasi. Sulit diprediksi, bisa hanyut atau membusuk, karena pasang laut tinggi,” tutur Anom. Ia pernah membiarkan sarang di lokasi alaminya tapi sebagian gagal. Kawasan pesisir yang masih banyak lokasi pendaratan penyu di Jembrana adalah Yehembang, Pekutatan, Perancak, Pengambengan, dan Yeh Kuning. Terutama pesisir dengan kontur landai.

 

Exit mobile version