Mongabay.co.id

Terjawab Sudah, Mengapa Gorilla Suka Memukul-mukul Dada

 

 

Jika Anda pernah menonton film King Kong [1962 dan 2005] atau Kong: The Skull Islands [2017], Anda pasti teringat salah satu perilaku gorila yang sangat khas yaitu memukul-mukul dada.

Mungkin, banyak dari kita yang kemudian berpikir bahwa karakter itu karena sang gorilla ingin menunjukkan dia kuat, berani, dapat menakuti siapapun. Biasanya, semakin besar seekor gorilla jantan, semakin baik pula dia memukul dadanya.

Pukulan-pukulan pada dada ini merupakan cabang komunikasi yang menarik, karena dilakukan bukan dengan vokalisasi melainkan melalui tindakan fisik yang dapat dilihat dan juga didengar. Hebatnya, beberapa spesies gorilla memukul-mukul dadanya dan bunyinya dapat didengar dari jarak satu kilometer.

Baca: Studi: Penelitian Konservasi Alam Tropis Lebih Fokus pada Kera Besar

 

Gorilla yang memiliki kebiasaan unik memukul dada. Foto: Rhett Butler/Mongabay

 

Ilmuwan asal Jerman Edward Wright dari Institut Max Planck bidang Antropologi Evolusi coba meneliti kebiasaan gorilla tersebut. Penelitiannya menyimpulkan bahwa bunyi tepukan dada itu merupakan pernyataan akan kekuatan ukuran tubuh sang gorilla.

Menginformasikan ukuran tubuh itu menjadi penting, karena dapat menunjukkan kemampuan bersaing, baik itu pada jantan maupun untuk betina dalam memilih pasangannya.

Para gorilla betina biasa memilih pasangan kawinnya dari bunyi tepukan beruntun ke dada. Sedangkan bagi gorilla jantan, pukulan pada dada adalah peringatan terhadap siapapun agar jangan macam-macam jika tidak ingin terlibat dalam perkelahian.

Baca: Nasib Primata di Tengah Pandemi COVID-19

 

Penelitian dilakukan untuk coba menyingkap kebiasaan unik gorilla yang memukul dadanya. Foto: Rhett Butler/Mongabay

 

Kesimpulan itu terungkap setelah peneliti melakukan perekaman pukulan dada dengan menggunakan teknik fotogrametri untuk mengukur tubuh gorila gunung liar jantan dewasa di Dian Fossey Gorilla Fund yang terletak di Taman Nasional Volcanoes, Rwanda.

Dari penelitian tersebut diketahui bawah gorila jantan yang lebih besar mengeluarkan pukulan dada dengan frekuensi puncak yang lebih rendah ketimbang gorila berukuran kecil. Suara frekuensi rendah dapat mencapai jarak lebih jauh daripada frekuensi tinggi, yang berarti suara gorilla yang lebih besar yang mungkin merupakan pesaing yang lebih tangguh dapat didengar dari jauh.

Ini berguna untuk gorilla jantan yang berukuran sama atau lebih kecil untuk memutuskan apakah layak menghadapi pesaing atau mundur.

Baca: Ini Foto-foto Hewan yang Unik dan Menarik

 

Penelitian menunjukkan, bunyi tepukan dada merupakan pernyataan akan kekuatan ukuran tubuh sang gorilla. Foto: Scientific Reports/Edward Wright et al, 2021

 

Dengan kata lain, pukulan dada menyampaikan informasi mengenai ukuran tubuh. Gorilla sendiri biasanya berdiri dengan dua kaki dan dengan cepat memukul dada mereka dengan tangan menangkup secara berulang.

Hal ini tercermin dalam penelitian sebelumnya, dilakukan tim sama, yang menemukan bahwa gorilla gunung jantan yang lebih besar tidak hanya dominan secara sosial. Mereka juga, memiliki keberhasilan reproduksi yang lebih baik dibandingkan jantan lebih kecil.

“Pukulan dada gorila adalah salah satu suara ikonik dari kerajaan hewan, jadi sangat bagus bahwa kami dapat menunjukkan bahwa ukuran tubuh dapat dikodekan dengan cara seperti ini,” kata Edward Wright, penulis utama studi dari Max Planck Institute for Evolutionary Anthropology di Leipzig, Jerman.

Baca juga: Dua Primata Ini Kompak Menghalau Predator

 

Seekor gorilla di Taman Margasatwa Ragunan, Jakarta. Foto: Anton Wisuda/Mongabay Indonesia

 

Kepada yang jantan, tindakan itu sama dengan mengatakan, ”Lihat, saya besar dan kuat, jangan macam-macam dengan saya”. Lantas kepada betina, “Lihat, saya besar dan kuat, mungkin kamu ingin memilih saya sebagai pasangan”.

“Untuk pertama kalinya, kami bisa benar-benar yakin bahwa, ya, pukulan pada dada dilakukan untuk menyampaikan ukuran tubuh sinyal yang jujur mengenai ukuran tubuh,” tutur Wright dikutip dari BBC.

 

Gorilla ini tengah istirahat siang di Taman Margasatwa Ragunan, Jakarta. Foto: Anton Wisuda/Mongabay Indonesia

 

Pada 2008, ada sekitar 600 gorilla pegunungan yang hidup di alam liar di Taman Nasional Volcanoes. Jumlah itu meningkat hingga melampaui 1.000 ekor setelah dilakukan beragam upaya konservasi intensif, di antaranya patroli anti-perburuan liar dan pelatihan dokter hewan yang merawat gorilla di alam liar.

Habitat gorilla terbatas di area yang dilindungi di Republik Demokratik Kongo, Rwanda, dan Uganda. Namun, ancaman tetap mengintai, termasuk perburuan liar, perang, dan penyakit yang ditularkan manusia.

Hasli penelitian ini telah diterbitkan di Scientific Reports

 

 

Exit mobile version