Mongabay.co.id

Pekanbaru Rawan Banjir, Apa Penyebabnya?

 

 

 

 

Muhammad Al Furqan Ayatullah, sejak awal khawatir rumah mertuanya akan terendam banjir ketika melihat air parit depan rumah mulai meluap. Siang itu juga, 21 April lalu, dia mulai pindahkan barang-barang penting beserta istri dan bayinya ke rumah orangtua, daerah Bukit Barisan.

Adik ipar Furqan, Putra Sigit Wahyudi, terbangun dari tidur sekitar pukul 2.00 dini hari, 22 April. Dia membuka jendela kamar dan melihat hujan sangat deras. Setelah itu, dia tak bisa terlelap lagi sampai santap sahur.

Sekitar pukul 5.00, dia mendengar orang-orang Kompleks Perumahan Pesona Harapan Indah dari arah sempadan Sungai Sail berteriak. “Banjir… banjir…” Seisi rumah panik dan mulai mengepak barang-barang. Furqan pun kembali ke rumah mertuanya yang sudah terendam sebatas mata kaki.

Sekitar pukul 8.00 banjir makin tinggi, personil Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Pekanbaru mengantar perahu karet. Dengan alat transportasi air itu dan pelampung dari ban dalam truk, Furqan dan Putra bolak-balik mengevakuasi warga. Hingga siang, banjir merendam separuh rumah tipe 36 itu. Kompleks Perumahan Pesona Indah pun sepi ditinggal pemiliknya.

Pada penghujung April itu, hujan turun lebat di Pekanbaru, Riau. Sungai meluap. Drainase tersumbat. Beberapa ruas jalan dan pemukiman terendam hingga dua meter. Warga mengungsi, sejumlah kendaraan mogok di tengah banjir. Saat jalankan ibadah puasa, warga berangsur bersihkan kembali rumahnya yang mulai kering. Banjir berlangsung hampir satu minggu.

Baca juga : BMKG: Perubahan Iklim Picu Cuaca Ekstrem

Banjir menggenangi rumah warga di Pekanbaru, penghujung April lalu. Foto: Suryadi/ Mongabay Indonesia

 

Kompleks Pesona Harapan Indah, memang langganan banjir tahunan tetapi tidak separah kali ini. Yarman, tetangga Ilham, bilang, banjir tahun ini lebih cepat dibanding tahun-tahun sebelumnya. Biasa banjir menggenang rumah mereka kala musim hujan penghujung tahun atau mulai sekitar Oktober.

Yarman, termasuk orangtua Ilham dan warga komplek, sudah beberapa kali mengadu dan menuntut pengembang perumahan ini untuk mengatasi masalah banjir. Terakhir kali, pengembang janjikan akan buat tembok untuk menahan Sungai Sail meluap ke kompleks.

“Tata bangunannya sudah kurang tepat. Sekarang, rumah ini sejajar dengan jalan kompleks ini. Nanti, kalau jalan sudah dibangun, otomatis rumah ini akan rendah dari jalan. Air dalam parit ini saja tidak mengalir.”

Kompleks ini selemparan batu saja dari Sungai Sail. Bibir sungai itu ditanggul dengan timbunan tanah, tetapi tetap tak dapat menahan luapan air kala hujan lebat dengan durasi panjang. Apalagi, hujan terjadi di beberapa wilayah yang dilalui sungai ini terutama di hulunya.

 

Master plan banjir

Berdasarkan laporan BPBD Pekanbaru, sejak pukul 2.30, 21 April lalu, setidaknya ada 11 titik lokasi di Pekanbaru terkena banjir. Paling banyak di Kecamatan Bukit Raya dan Tenayan Raya. Sisanya di Kecamatan Binawidya dan Sail. Ada 1.006 keluarga dan 1.108 rumah terdampak. Banjir terparah terjadi di Jalan Gunung Raya, Gg Arrahman, Kelurahan Rejosari, Kecamatan Tenayan Raya dengan tinggi air mencapai dua meter.

Selain Sungai Sail, wilayah terdampak juga dilalui Sungai Batak. Syamsuar akan lakukan normalisasi dua sungai itu. Keinginan itu dia sampaikan usai mendengar keluhan warga saat meninjau banjir di Kelurahan Tangkerang Utara.

Sementara itu, Pemerintah Kota Pekanbaru telah merampungkan master plan penanganan banjir, akhir tahun lalu. Hasil kajian itu diyakini berguna buat mengatasi masalah itu lebih mudah dan cepat.

Mengutip siaran pers pekanbaru.go.id, pemerintah kota telah memetakan 375 titik rawan banjir di seluruh kecamatan termasuk, sekitaran aliran Sungai Sail dan Sungai Batak.

Masalah utama yang ditemukan oleh konsultan penyusun adalah, terkait elevasi tanah dan saluran drainase yang tak berfungsi dengan baik. Pemerintah akan membagi penanganan banjir dalam beberapa tahapan antara lain, jangka pendek, menengah maupun panjang. Tidak hanya urusan pemerintah kota, juga melibatkan pemerintah pusat dan provinsi lewat nota kesepahaman.

“Ada yang ditangani dengan cepat, misal, yang tersumbat. Ada juga butuh perencanaan terlebih dahulu,” kata Kadis PUPR Pekanbaru, Indra Pomi Nasution, di situs resmi Pemerintah Pekanbaru.

Dihubungi via telpon, Indra mengatakan, mengatasi masalah banjir lewat sungai maupun anak-anak sungai merupakan kewenangan pemerintah pusat yang ditukangi BWSS III. Begitu juga di jalan-jalan nasional yang akan ditangani oleh Balai Pelaksanaan Jalan Nasional (BPJN). Adapun kewenangan pemerintah provinsi adalah sepanjang ruas jalan provinsi. Sementara yang jadi tugas pemerintah kota lebih kurang 250-an titik masalah.

Selain itu, ada juga yang menjadi urusan Pemerintah Kampar, khusus wilayah-wilayah yang berbatasan.

Dalam master plan juga telah ditetapkan titik banjir yang mendesak untuk diatasi segera mungkin, termasuk penyebab banjir, solusi dan besaran biaya penanggulan.

Tahun ini, Pemerintah Pekanbaru sudah menjalankan kegiatan rutin antisipasi banjir, antara lain, operasional pemeliharaan manual melalui lima tim kuning. Masing-masing tim dibantu 20 orang juga peralatan berupa cangkul, gerobak, sapu dan satu truk. Mereka ditugaskan menormalisasi drainase-drainase di perkotaan.

Baca: Longsor Sumedang: Waspada di Tanah Rawan Bencana

 

Ada juga operasional pemeliharaan normalisasi sungai dan anak-anaknya. Pemerintah Pekanbaru menyediakan lima alat berat dan mengerahkan di sekitaran Sungai Air Hitam dan Sibam.

Indra bilang, pemerintah akan normalisasi Sungai Sail. Mereka sudah dua kali rapat dengan BPJN dan BWSS III. “Kita mendukung dan kerjasama mereka supaya kegiatan itu sukses.”

Dinas PUPR Pekanbaru sebelumnya sudah survei Sungai Sail dengan drone. Temuannya, ada beberapa titik menyempit, seperti di belakang Jondul, belakang Kuantan Regency dan beberapa kompleks perumahan di hulu. Banyak pulau-pulau kecil timbul di tengah sungai hingga sedimentasi cukup dalam.

Indra beritahu, Pemerintah Pekanbaru sudah pasang tanggul di sekitar Sungai Sibam. Ia untuk antisipasi limpahan air sungai ke pemukiman masyarakat. “Inti sebenarnya, tiap hari, tiap titik masalah, kami selesaikan dengan pasukan kuning tadi.”

Dia juga menyadari masalah sesungguhnya. Di samping debit air tinggi, perumahan terendam banjir rata-rata dibangun di bantaran sungai. Dia juga menyinggung evaluasi pemberian izin dan ragam syarat teknis yang harus dijalankan pengembang dalam mendirikan bangunan.

Indra tak ingin konsumen atau pembeli rumah protes ke pemerintah terus-terusan karena rumah yang dibeli kerap terkena banjir.

Pemerintah Pekanbaru janji meningkatkan pengawasan. Selama ini, katanya, syarat dan izin yang diberikan tidak diawasi ketat di lapangan. Misal, kata Indra, jarak mendirikan bangunan dari bantaran sungai 15-25 meter.

Kemudian, alas bangunan harus ditimbun terlebih dahulu sesuai ketinggian batas banjir. Adapun sungai-sungai dalam kota terutama yang bertanggul diberi tenggat jarak 5-10 meter.

Menyinggung kembali banjir yang kerap merendam Komplek Perumahan Pesona Indah di bantaran Sungai Sail, kata Indra, pemerintah akan pelajari dan tinjau ulang, apakah berada di sempadan sungai atau ruang terbuka hijau. “Dalam tata ruang Pekanbaru sudah diplot, sempadan sungai itu tidak boleh dibangun apapun. Di sana daerah parkir air.”

 

Sungai di belakang perumahan yang sewaktu-waktu bisa meluap dan menggenagi perumahan warga di Pekanbaru. Foto: Suryadi/ Mongabay Indonesia

 

****

Foto utama:  Jalan komplek di Pekanbaru, masih tergenang setelah banjir beberapa hari. Foto: Suryadi/ Mongabay Indonesia

Exit mobile version