Mongabay.co.id

Slank: Lagu Seleksi Alam untuk Introspeksi Kita Semua

 

 

Suara merdu burung cendrawasih yang dijuluki bird of paradise dari lebatnya hutan Papua, menjadi pembuka manis video klip lagu Seleksi Alam. Lagu ini terdapat dalam album Vaksin Slank, yang dirilis bertepatan dengan Hari Bumi 2021.

Tidak lama kemudian, video klip hasil kolaborasi Slank dengan Yayasan EcoNusa ini menampilkan gambar deforestasi yang juga terjadi di hutan Papua. 

Kau terlalu banyak melihat
Kau tak pernah mau mengamat
Semua gambar terlewat

Kau terlalu banyak mendengar
Kau tak pernah mau menyimak
Semua tanda tertolak

Suara seleksi alam
yang lewat di depan hidung kita
Tak disadari
Naluri

“Ini merupakan teguran bagi banyak orang, sekaligus renungan bagi manusia yang selama ini menjadi penyebab kerusakan alam. Hal yang memicu terjadinya bencana alam, serta pandemi saat ini. Alam akan baik kepada kita [manusia], jika kita juga baik kepada mereka [alam],” kata Bimbim, dalam “Press Conference: Launching Video Klip Seleksi Alam untuk Perlindungan Hutan Tropis di Tanah Papua dan Kepulauan Maluku”, Kamis [22/4/2021].

Lahirnya lagu Seleksi Alam, bermaksud untuk memberikan kesadaran pada nurani manusia. Untuk intropeksi diri, terhadap apa yang sudah dilakukannya terhadap alam.

“Pandemi jadi momentum tepat bagi kita membaca tanda-tanda alam. Apa yang sudah kita lakukan untuk alam, bukan saling menyalahkan. Jika kita tidak sadar dan peduli, siap-siap saja, kita bakal diseleksi sama alam,” lanjut Bimbim yang merupakan penulis lagu tersebut.

Baca: Kaka Slank Gak Bisa Jauh dari Laut

 


 

Di video klip itu juga ditampilkan papan quotes atau kutipan yang dipegang oleh masing-masing personil Slank, yakni Kaka, Bimbim, Ridho, Abdee, dan Ivanka. Isinya, rangkaian pesan-pesan penyelamatan hutan di Kepulauan Maluku dan Papua.

“Alasan penggunaan konsep video ini, karena kondisi pandemi sekarang membuat kami tidak bisa bertemu langsung. Sehingga semua proses kreatif, dilakukan sendiri-sendiri di rumah. Namun, yang terpenting pesan untuk mempertahankan hutan di Papua dan Maluku bisa tersampaikan dengan baik,” kata Ridho.

Slank yang sudah aktif sejak 1983, merupakan grub band di Indonesia yang konsisten mengangkat isu-isu sosial serta lingkungan, khususnya di daerah Indonesia bagian timur. Para Slankers, tentu akrab dengan sejumlah lagu seperti, Lembah Baliem dan Good Morning Papua.

“Kita harus sadar, kalau alam merupakan kekayaan besar yang dimiliki Indonesia saat ini. Setengahnya berada di Kepulauan Maluku dan Papua. Masa depan anak cucu kita bahkan dunia bergantung pada alam. Makanya harus kita jaga,” lanjut Abdee Negara.

Alam harus kita anggap sebagai rumah, sudah seharusnya manusia dan alam hidup berdampingan. “Tidak seperti sekarang, manusia malah berperilaku buruk dan menganggu stabilitas alam. Padahal, alam sudah memberi banyak manfaat buat kita,” tegas Kaka.

Baca: Begini Keresahan Kaka Slank Melihat Laut Indonesia

 

Slank yang eksis menyuarakan kepedulian lingkungan melalui musik. Foto: Dok. Slank Band/twitter

 

Bersama menjaga alam

Video klip Seleksi Alam mengangkat tema Defending Paradise, dengan tujuan mengajak publik untuk menjaga dan peduli terhadap kelestarian hutan Indonesia. Khususnya, di Tanah Papua dan Kepulauan Maluku.

“Seperti diketahui, kurang lebih 50 persen kawasan hutan di Indonesia berada di Papua dan Maluku. Tentu, menjadi tanggung jawab kita bersama untuk menjaga hutan luar biasa ini,” kata Bustar Maitar, CEO Yayasan EcoNusa.

Kehilangan hutan di Tanah Papua dan Kepulauan Maluku tak hanya mengancam keberadaan cendrawasih, sebagai satwa dilindungi dan identitas budaya masyarakat setempat.

“Tetapi juga, mengancam keberlangsungan seluruh rantai kehidupan ekosistem, serta kehidupan masyarakat adat dan budaya warisan turun temurun,” lanjutnya.

Personil Slank juga berbagi cerita, cara mereka melestarikan dan menjaga alam di keseharian mereka. Bimbim misalnya, ia menata atau membuat hutan kecil di sekitar rumah dan Gang Potlot, markas sekaligus tempat lahir Slank.

“Disini [Gang Potlot] udah kayak suaka alam. Burung, tupai, sampai ular pernah mampir. Semuanya bisa dimulai dari diri sendiri, seperti membuat rumah kita senyaman mungkin bagi kita [manusia], serta makhluk hidup lain,” lanjutnya.

Sementara Ridho, melakukan upaya mengurangi sampah plastik dalam kehidupan sehari-hari. Seperti membawa botol minuman sendiri, membawa tas belanja sendiri, dan sebagainya.

“Jika dilakukan sendiri, memang terlihat kecil dampaknya. Tetapi jika semua orang ikut berkontribusi, maka dampaknya bakal besar,” tuturnya.

Baca juga: Tarian Memikat Cendrawasih Botak Menaklukkan Pasangan

 

Cendrawasih botak [bawah] dan sang betina [atas]. Foto: Andhy PS/Mongabay Indonesia

 

Peran musisi

Dalam momentum peringatan Hari Bumi 2021, Slank juga mengajak musisi tanah air untuk berkontribusi menyuarakan isu-isu lingkungan Indonesia.

Menurut Abdee, peluang para public figure terutama artis dan musisi untuk mengajak lebih banyak orang dalam upaya pelestarian lingkungan, sangat besar.

“Musisi dan artis mempunyai kemampuan untuk bisa menjangkau banyak orang, apalagi dengan adanya media sosial. Semakin banyak orang sadar pentingya menjaga lingkungan, semakin cepat penyelesaian masalah atau upaya pemulihan bumi ini,” lanjutnya.

“Ibarat musik, alam sudah membangun harmoni yang amat bagus. Jangan dirusak oleh tangan-tangan manusia. Tugas kita bersama menjaga harmoni tersebut,” sambung Abdee.

Musik merupakan bahasa universal yang bisa diterima semua kalangan masyarakat. “Video klip Seleksi Alam diharapkan dapat menyentuh masyarakat luas dan menyampaikan pesan penting dari hutan di Tanah Papua dan Kepulauan Maluku,” tegas Bustar Maitar.

 

 

Exit mobile version