Mongabay.co.id

Paus Berparuh Terdampar Mati dengan Tali Pancing di Lambung

 

Seekor paus dengan panjang lebih dari tiga meter tergeletak di Pantai Mertasari, Sanur, Bali pada Jumat (21/05/2021). Dokter hewan menemukan tali pancing di lambungnya.

Puluhan warga mencoba mendekat, namun relawan dengan tangkas memasang perimeter seperti police line agar proses penanganan tak terhalang kerumunan warga. Di beberapa lokasi megafauna terdampar, kerumunan warga bisa menyulitkan tim yang bekerja. Memberi jarak pada warga juga bisa mengurangi risiko seperti infeksi terutama satwa yang sudah mati.

Petugas kepolisian beberapa kali minta warga jarak jarak dan tidak berkerumun karena masih pandemi. Namun antusiasme warga ini juga mendorong diskusi, terdengar pembicaraan misalnya apa perbedaan lumba-lumba dan paus? Kenapa dikubur, dan dagingnya tak bisa dimakan?

Beberapa warga kaget kenapa para dokter hewan berpakaian seperti menangani pasien COVID-19. “Ikan juga bisa kena COVID?” tanya beberapa anak yang tekun mengamati proses nekropsi.

“Saya pernah lihat paus di Pantai Pandawa, besar sekali ini. Ini lumba-lumba kalau dilihat dari mulutnya,” yakin seorang warga.

baca : Hiu Paus dan Lumba-lumba Mati Terdampar dengan Bagian Tubuh Terpotong

 

Seekor paus berparuh dengan panjang lebih dari tiga meter tergeletak di Pantai Mertasari, Sanur, Bali pada Jumat (21/05/2021). Foto : Luh De Suriyani/Mongabay Indonesia

 

Bau anyir dari darah dan luka menyebar di udara karena sedang musim angin timur ke arah barat. Dari arah laut ke daratan. Pantai Mertasari juga sedang dipadati sejumlah anak muda yang menerbangkan layangannya.

Beberapa relawan mengukur panjang, lingkar perut, dan lainnya dengan tangkas. Gelombang air laut yang lemah tak mampu menggerakkan paus malang yang mati terdampar ini .

Sebelumnya, pada siang hari, ada warga melihat paus sudah mengapung di tengah laut, puluhan meter dari pantai. Lalu ditarik ke tepi pantai untuk memudahkan identifikasi.

Sejumlah dokter hewan sudah siap melakukan nekropsi setelah proses pengukuran atau morfometri usai dilakukan. Namun, paus harus dipindahkan ke lokasi yang lebih kering dahulu. Sejumlah batang besi menjadi alat untuk mengungkit dan membalikkan badannya ke area berpasir. Upaya ini berlangsung cukup lama, termasuk memangkas sirip di bagian atas badan paus agar upaya membalik tubuhnya lebih mulus.

Namun, paus ini tak mudah dipindahkan dengan alat pengungkit itu. Para relawan yang menangani tak hilang akal. Mereka mencoba cara lain, karena alat berat belum tiba di lokasi.

Pilihannya adalah tali tambang. Bagian ekor dan kepalanya masing-masing diikat tali, lalu ditarik puluhan orang. Anak-anak membantu menarik tali dengan suka cita, namun paus bergerak sedikit, kurang dari satu meter. Itu pun hanya bagian ekor.

baca juga : Seekor Paus Sperma Terdampar di Perairan Timor. Kenapa Sering Terjadi?

 

Warga antusias melihat seekor paus berparuh yang mati tergeletak di Pantai Mertasari, Sanur, Bali pada Jumat (21/05/2021). Foto : Luh De Suriyani/Mongabay Indonesia

 

Sedikitnya empat orang tim nekropsi sudah siap mengenakan pakaian pelindung diri. Mereka mengambil pisau, wadah sampel, alat tulis, dan lainnya. Baru beberapa menit membuat goresan memulai pembedahan, alat berat tiba.

Ekskavator berusaha mengangkat badan paus menuju area lebih jauh dari bibir pantai. Usaha belasan menit ini berhasil karena operator alat berat cekatan menjelajah di atas karung-karung pasir penghalang ombak.

Tim nekropsi kembali melanjutkan pekerjaannya untuk memeriksa sejumlah organ vital. Sebagai pemeriksaan awal memeriksa fisik sebagai bagian dari upaya mengetahui penyebab kematiannya.

Sedangkan alat berat kembali bekerja menggali pasir untuk lubang penguburan usai nekropsi. Senja tiba, proses penanganan di pantai sekitar 3 jam sudah terlewati. Matahari sebentar lagi menghilang di kaki langit.

Dokter hewan dari IAM Flying Vet, JAAN, dan lainnya dengan susah payah memotong beberapa lembar kulit paus dengan lapisan lemak yang tebal. Jaya Ratha, salah seorang dokter hewan mengatakan organ prioritas yang diperiksa adalah usus dan paru-paru.

Petang hari, usus berhasil dikeluarkan dari badan paus lalu dibedah untuk mengecek isinya. Apa yang dimakan, berapa banyak, dan adakah hal khusus yang teramati.

perlu dibaca : Paus Sperma Seberat 20 Ton Terdampar di Pantai Bungko Cirebon. Bagaimana Selanjutnya?

 

Seekor paus berparuh dengan panjang lebih dari tiga meter tergeletak di Pantai Mertasari, Sanur, Bali pada Jumat (21/05/2021). Foto : Luh De Suriyani/Mongabay Indonesia

 

Rodney Westerlaken dari Yayasan Bali Bersih yang ikut menarik paus dari tengah laut dan sibuk menjaga perimeter mengatakan kemungkinan besar paus yang mati ini adalah individu yang terlihat di pesisir Gianyar sehari sebelumnya.

Dari beberapa video warga di media sosial, terlihat paus sempat terdampat di Pantai Siyut, lalu didorong ke laut oleh sejumlah warga. Namun beberapa orang menyebut lumba-lumba. Dari moncongnya memang mirip, namun badannya jauh lebih besar.

Sejumlah pegiat satwa laut di jaringan Whale Stranding Indonesia berusaha saling mengkonfirmasi jenis paus ini. Dugaan kuat adalah Cuvier’s beaked whale (Ziphius cavirostris), jenis yang jarang terlihat atau terdampar di perairan Indonesia.

Yudhistio Wahyudi dari BPSPL Denpasar mengatakan dari hasil pengukuran, panjang paus 5,3 meter, dan diameter perut 2 meter, beratnya diperkirakan lebih dari satu ton. Ia menyebut pesisir Bali adalah jalur migrasi, kasus megafauna terdampar terjadi sepanjang tahun.

 

Temuan Sementara

Jaya Ratha, salah satu dokter hewan yang melakukan nekropsi mengatakan temuan sementara mengarah pada benda asing, yakni tali pancing yang ditemukan di lambung. Belum semua usus bisa dibuka di pantai untuk diperiksa karena keterbatasan waktu dan tempat. Pada organ lain yang diperiksa, tak banyak perubahan signifikan, namun akan dikonfirmasi dengan pemeriksaan lanjutan,” ujarnya dikonfirmasi Mongabay Indonesia pada Sabtu (22/05/2021).

Beberapa sampel akan diperiksa histopatologinya lewat Balai Besar Veteriner karena waktu nekropsi sangat terbatas di lapangan tidak memungkinkan pemeriksaan menyeluruh. Sedangkan dari pengamatan luar, banyak dijumpai luka namun masih normal. Luka ini juga akibat penarikan tubuh paus dari laut ke pantai, lokasi nekropsi.

baca juga : Pertama Kalinya, Paus Orca Terdampar di Perairan Selat Bali

 

Tim gabungan melakukan nekropsi dan morfometri pad seekor paus berparuh yang mati di Pantai Mertasari, Sanur, Bali pada Jumat (21/05/2021). Foto : Luh De Suriyani/Mongabay Indonesia

 

Data Whale Stranding Indonesia (WSI), komunitas aktivis perlindungan satwa dan laut untuk memantau kejadian mamalia terdampar menyebut ada peningkatan jumlah laporan atau dokumentasi sejak tahun 2001. Hal ini petanda warga mulai peduli dengan melaporkan ke pihak terkait.

Sejumlah tim yang harus bersinergi selain tim penyelamatan atau tim aksi cepat adalah tim medis/post mortem. Tugasnya melakukan pemeriksaan medis, nekropsi, dan analisis hasil.

Lalu ada tim science, mengkoordinir dan arahkan penelitian pra, saat dan setelah kejadian terdampar termasuk kemungkinan penyebab terdampar. Selanjutnya tim rekomendasi kebijakan yang akan memberikan rekomendasi untuk pencegahan atau pengurangan kejadian terdampar kepada berbagai pihak.

Namun nekropsi jarang dilakukan karena memerlukan dana tambahan. Padahal berita acara laporan nekropsi cukup lengkap untuk membuat analisis penyebab kematian dan apa yang terkandung dalam tubuh mamalia ini. Sejumlah temuan penting yang pernah diungkap dari kematian mamalia diantaranya akibat keracunan plastik yang meningkat di laut dan gempa bumi.

Hasil penyelidikan veteriner koloni Paus Pilot sirip pendek (Globicephala macrorhynchus) terdampar dan mati di Pantai Modung, Bangkalan, Madura, Jawa Timur pada Februari 2021 lalu dipimpin betina yang disimpulkan memiliki penyakit sesak nafas dan kelaparan.

KKP menyampaikan hasil investigasi veteriner penyebab kematian 52 paus pilot terdampar massal di Madura pada Februari 2021 lalu.

 

Setelah dilakukan nekropsi, seekor paus berparuh dikubur di Pantai Mertasari, Sanur, Bali pada Jumat (21/05/2021). Foto : Luh De Suriyani/Mongabay Indonesia

 

Tim FKH Unair yang melakukannya menyimpulkan seekor betina terbesar sebagai pilot atau pimpinan kelompoknya. Mengalami sesak nafas dan kelaparan.

KKP mengklaim investigasi veteriner ini merupakan yang pertama dilakukan di Indonesia. Namun, dari berbagai sumber, tercatat sudah ada 24 kasus satwa laut mati terdampar yang dilakukan nekropsi dan histopatologis veteriner sejak 2009 – 2021.

Peneliti mamalia lain mendorong ada pemeriksaan lebih menyeluruh terutama circumstances of death, kondisi yang menyebabkan kematiannya. Pemerintah berharap makin banyak kasus terdampar bisa diinvestigasi untuk menganalisis penyebabnya dan melakukan mitigasi.

 

Exit mobile version