Mongabay.co.id

Ratusan Ribu Produk Perdagangan Penyu dan Turunannya Dijual Di Kanal Jual Beli Online

Anakan penyu yang berenang diantara lautan sampah. Foto : wochit youtube

 

Hidup penyu yang penuh liku bak ensklopedi yang menjawab misteri satwa laut purba ini. Dari penjelajahan ribuan kilometer mengarungi samudera sampai pertaruhan nasibnya di kanal jual beli online.

Bincang Alam memperingati World Turtle Day ini dihelat Mongabay Indonesia pada 29 Mei 2021 dipandu Akita Verselita, menghadirkan peneliti dan pegiat konservasi penyu Dwi Suprapti yang juga dikenal dengan nama Dwi Penyu.

Peringatan World Turtle Day setiap 23 Mei ini meliputi penyu dan kura-kura. Kemudian pada 16 Juni, ada World Sea Turtle Day khusus untuk penyu. “(Peringatan hari penyu) dirayakan dua kali. Juni karena musim puncak peneluran penyu. Diawali blan Mei, puncak pada Juni sampai Agustus. Penting menyuarakan upaya perlindungannya,” jelas Dwi, pekerja lembaga WWF Indonesia. Dwi juga salah satu pendiri Indonesia Aquatic Megafauna (IAM) Flying Vet, kelompok dokter hewan untuk menangani megafauna akuatik di Indonesia.

Penyu terancam punah karena ada indikasi penurunan populasi akibat perdagangan ilegal, mulai telur, daging, dan karapas untuk suvenir. Bahkan ada yang jual telur dan tukik untuk peliharaan.

Dwi menunjukkan foto perhiasan indah dari cangkang penyu sisik yang dilapisi emas dan perak. Maraknya perdagangan produk terkait penyu juga terbukti dari pengamatan di tiga kanal jual beli atau e-commerce favorit kurun waktu 2018-2021.

Misalnya pada 2018, dalam satu tahun hampir 16 ribu produk diperdagangkan, lalu pada 2019 meroket jad lebih 136 ribu. Pada 2020, pengaruh pandemi COVID-19, jumlahnya menurun jadi 56 ribu produk, lalu pada 2021 ini sudah mencapai lebih 117 ribu produk.

Perdagangan online penyu bernilai hampir Rp47 milyar. Tersebar dari tiga daerah terbanyak, yakni Sumatera Utara sebanyak 814 postingan, Bali 423 postingan, dan Jawa Tengah 397 postingan.

baca : Woww… Sebanyak 800 kg Perdagangan Daging Penyu Digagalkan di Bima

 

Dwi Suprapti menjelaskan tentang perdagangan penyu online di Indonesia dalam acara Bincang Alam Mongabay Indonesia. Foto : screenshoot Bincang Alam Mongabay Indonesia

 

“Telur tak hanya dikonsumsi dalam negeri juga luar negeri,” kata Dwi. Di sisi lain, lokasi peneluran kini banyak jadi area wisata, vegetasi tanaman berkurang, sedangkan penyu hijau dan belimbing sensitif pada aktivitas manusia. Ancaman lain adalah perubahan iklim dan tingginya hasil tangkapan sampingan (bycatch) tertangkap tak sengaja oleh nelayan pencari ikan, seperti tersangkut jaring. Dari riset di Paloh, Kalimantan Barat, hampir 500 penyu tertangkap tak sengaja per tahun.

Fakta lain ancaman kelestarian penyu adalah pencemaran limbah, ketika laut jadi tempat pembungan sampah terutama sampah plastik. “(Penyu) sering konsumsi plastik tak sengaja, jika plastik lama di laut sudah tertempel alga, aromanya seperti ubur-ubur, penyu mendeteksi seperti makanan,” lanjut Dwi.

Misalnya pada Februari 2020, seekor penyu terdampar di Pantai Kuta, Bali. Kondisi sangat lemah, lalu direhabilitasi di TCEC Serangan. Penyu berjuang mengeluarkan plastik, sampai 2 minggu secara perlahan.

Plastik kresek bening ini nampak utuh, setelah dokter hewan melakukan rontgen, di pencernaan menumpuk plastik yang menyumbat. Dwi menyebut ini kenyang palsu, perut penuh namun malnutrisi, sehingga terdampar. Penyu seperti ini tidak bisa langsung dilepas, karena penyu dalam kondisi sangat lemah jika terdampar.

Selanjutnya dokter hewan membantu mengeluarkan 70 potongan plastik selama sekitar 3 bulan. Akhirnya si penyu malang ini dilepas pada Mei setelah perawatan beberapa bulan.

baca juga : Begini Penderitaan Penyu yang Berusaha Mengeluarkan Plastik dari Perutnya

 

Seekor penyu hijau yang akhirnya berhasil mengeluarkan sampah plastik dari perutnya selama 2 minggu di TCEC Serangan, Denpasar, Bali. Foto : Dwi Suprapti/IAM Flying Vet/Mongabay Indonesia

 

Data WWF lainnya periode 2018-2020, juga menunjukkan sejumlah penyu yang mati terdampar dengan sejumlah sebab. Misal pada 2018 sebanyak 20 penyu terdampar di Paloh karena keracunan limbah tar/aspal yang mencemari habitat pakannya. Ada juga dua ekor mati dengan cemaran plastik.

Untuk perlindungan penyu, Dwi berharap warga berkontribusi. Di antaranya, melaporkan kasus perdagangan penyu dalam berbagai bentuk. Ada aplikasi pelaporan online oleh Bareskrim melalui e-pelaporan satwa dilindungi atau aplikasi Lapor Tipidter dan atau aplikasi pelaporan milik Gakkum KLHK. Bisa juga melaporkan kejadian terdampar, dan mendukung konservasi penyu dengan menghindari wisata eksploitatif.

 

Filosofi Penyu : sejauh-jauhnya merantau, tak lupa kampung kelahiran

Dwi Suprapti, kerap dipanggil Dwi Penyu karena tekun meneliti penyu sejak skripsi S1 sampai tesis S2. Pekerjaannya pun sebagai Turtle and Marine Mammals Specialist di WWF Indonesia.

Dari enam jenis penyu yang ada di perairan Indonesia, ia menyebut belum mendeteksi dua jenis lain yaitu Pipih dan Tempayan. Kedua jenis ini belum ditemukan bertelur di pesisir daratan nusantara walau keberadaanya terdeteksi di perairan Indonesia seperti sedang migrasi atau mencari makan.

Jenis penyu yang dominan adalah belimbing, hijau, sisik, dan lekang. Jenis penyu sisik yang paling kritis, lainnya rentan dan terancam. Semua jenis penyu sudah dilindungi penuh sesuai UU No.5/1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (KSDAE), namun ancaman perdagangan masih terjadi.

Melihat pola hidupnya, penyu merupakan satwa penjelajah samudera. Misalnya bertelur di Aceh, tidak berarti penyu ini makan dan tinggal di perairan Indonesia. Mereka mampu bermigrasi ribuan kilometer dari beruaya makan ke pantai peneluran dan sebaliknya.

menarik dibaca : Perburuan Tabob : Bergesernya Tradisi Mengancam Punahnya Penyu Belimbing [1]

 

Tukik atau anak penyu yang dilepaskan oleh masyarakat di Pantai Lhoknga, Kabupaten Aceh Besar, Aceh ke laut, Sabtu (18 Maret 2017). Foto: Junaidi Hanafiah/Mongabay Indonesia

 

Pola jelajahnya juga unik. Ini terpantau dari pergerakan sejumlah penyu yang dipasang satelit telemetri. Namun arah pergerakannya tergantung iklim. Misal, Yuli dan Fena, duo penyu Belimbing ini dilepas pada musim dingin dan dipantau pada 10 November 2018-29 Juli 2019. Dari Pulau Buru bergerak ke lokasi sama, padahal individu berbeda, menuju perairan Nusa Tenggara sampai Teluk Saleh.

“Kemungkinan besar itu ruaya makan mereka,” jelas Dwi. Pihaknya memasang lagi telemetri di tempat sama, Pulau Buru pada sepasang penyu namun di musim panas, Juni-Desember 2019. Susi dan Siti, dua penyu ini bergerak ke arah yang sama, namun kali ini ke utara, menuju daerah dingin. Kesimpulan sementara, musim menentukan pola pergerakannya. Dwi menyebut rencana memasang telemetri lagi pada Juli di tujuh individu penyu belimbing. Tujuannya untuk membandingkan kembali hasil sebelumnya.

Pergerakan ini tak hanya lokal. Saat dipasang telemetri di Sorong, Papua Barat, penyu bergerak tak hanya di perairan Indonesia juga ke sejumlah titik sampai wilayah Pasifik, dan perairan Amerika. Misal pasang Penyu Hijau di Raja Ampat terdeteksi sampai Hawai, USA.

“Penyu di Indonesia tak berarti milik kita, pengelolaannya bersama atau regional,” papar Dwi. Jika semua penyu dipasangi telemetri akan terlihat benang kusut karena pergerakannya beragam.

Penyu hampir tersebar di seluruh perairan Indonesia karena itu disebut negara kaya penyu. Tapi sangat sensitif jika pantai rusak, mereka bergeser ke pantai yang aman. Pantai peneluran penyu bisa hilang karena ada gangguan. Ada yang tak mampu beradaptasi, kembali ke peneluran, tapi telur berceceran karena tak menemukan lokasi aman, habitat aslinya saat menetas.

baca : Penelitian: Sarang Penyu Belimbing di Papua Barat Musnah 78% Dalam Tiga Dekade

 

Dwi Suprapti sedang melakukan pemasangan satelite tag pada seekor penyu belimbing (Dermochelys coriacea) untuk mengetahui jalur migrasi spesies tersebut pasca bertelur di pantai Fena Leisela, Kabupaten Buru, Maluku. Foto : Fici Iman/WWF-Indonesia

 

Lusi Maulana, pemirsa Bincang Alam dari Batam menanyakan bagaimana cara penyu menyeberangi samudera, apakah dalam air atau di permukaan? Dwi menyebut penyu yang bermigrasi bisa puasa beberapa minggu, misal setelah bertelur di Papua lalu bergerak ke habitat pakan di Hawai.

Namun, setelah dewasa dan waktunya bertelur, kembali ke tempat dilahirkan. Filosofi penyu inilah yang jadi favoritnya, ke mana pun menjelajah tak lupa kampung halaman. Bila perlu berpuasa tidak memperoleh makanan karena menempuh perjalanan jauh. Penyu hijau makan lamun, juga ubur-ubur dan ikan.

Mereka berenang di kedalaman laut dan permukaan. Bisa menyelam, bernafas dengan paru-paru yang sudah dimodifikasi sehingga menyimpan oksigen dalam waktu lama. Penyu Belimbing mampu menyimpan oksigen 5 jam karena ukuran dan paru-paru lebih besar, serta untuk menyelam mengejar makanannya. Sementara penyu lain bisa menyimpan oksigen sekitar 45 menit. Ketika cadangan oksigen habis, penyu ke permukaan menghirup oksigen. Jika kelelahan dan sakit, penyu sering berada di permukaan.

Saat di dalam air, telemetri tak terdeteksi karena tak mampu mengirimkan sinyal. Telemetri dipasang di punggung penyu, sinyalnya diterima satelit, sehingga saat di permukaan, baru bisa dipantau real-time lewat aplikasi.

 

Pembuktian penurunan populasi

Jumlah sarang penyu di Paloh nampak fluktuatif pada pengamatan 2000-2019. Sekitar 1000-3000 sarang telur per tahunnya. Periode bertelur tiap 3-5 tahun. Sedangkan di Pulau Buru dari pengamatan 2017-2020 antara 200-600 sarang telur. Sehingga perlu pengamatan lebih lanjut apakah terjadi penurunan atau gangguan. Produksi tukik bisa meningkat jika arena perburuan berkurang.

Karena itu konservasi habitat penyu diprioritaskan di habitat peneluran dan ruaya pakan. Tak hanya produksi telur penyu yang diharapkan stabil juga sehat berkualitas. Misal jika pasir mengandung cemaran, pantainya terlau panas karena vegetasi rusak, pohon ditebang, kemungkinan kualitasnya kurang sehat. Kalau terlalu panas, telur menetas dominan betina, sementara suhu rendah di bawah 27 derajat dominan jantan. Pemanasan global ini bisa mendorong populasi betina dominan sehingga tidak seimbang.

baca juga : Perlindungan Penyu di Kawasan Segitiga Terumbu Karang Hadapi Beragam Tantangan

 

Pokmaswas dan WWF Indonesia sedang melakukan aktifitas Monitoring dan pendataan morfometri pada penyu Lekang (Lepidochelys olivacea) usai bertelur di pantai Buru, Propinsi Maluku. Foto : Fici Iman/WWF-Indonesia

 

Manfaat penyu, selain sosio ekonomi, juga religi dan ekologi. Ia termasuk mahluk purba yang bertahan, tapi rentan. Jika kura-kura bisa menarik tubuhnya dan berlindung di karapas, penyu tidak bisa masuk ke cangkangnya. Sebagian organ tubuh bisa terlindungi di cangkang tapi flipper jadi sasaran predator.

Manfaat kehidupan penyu juga menjaga kesuburan padang lamun. Jika mulai lebat maka penyu jadi mesin pemotong rumput. Memangkas lamun tua, memberikan lamun muda bisa tumbuh, agar dapat penetrasi cahaya matahari. Karena lamun bermanfaat jadi penyeimbang ekosistem, lokasi pemijahan ikan. Komoditas ikan terjaga karena lamun melindungi telur dan anak ikan.

Penyu sisik biasanya hidup di perairan karang. Senang makan sponge di karang tua. Patahan karang tua terbawa arus dan tumbuh di lokasi baru, jadi menyebarkan pertumbuhan karang. “Setiap jenis penyu punya peranan ekologis bermanfaat bagi alam dan manusia,” imbuh Dwi.

Pemirsa Bincang Alam lainnya, Yahya Basid di Jakarta bertanya tentang perilaku konsumsi penyu dan kura-kura. Hampir di semua peneluran masalah utamanya adalah perburuan. Konsumsi telur dan daging penyu masih ada.

Muhammad Yusri dari  Sahabat Penyu Desa Galeso, Kecamatan Wonomulyo, Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat, menambah konteks diskusi, apakah tukik atau anak penyu bisa dipelihara lalu dilepaskan oleh warga, misal adopsi dan dirawat di rumah.

Dwi memperingatkan, tukik jangan dipelihara lama sampai beberapa bulan, karena daya tahan hidupnya bisa rendah. Tidak punya naluri liar karena diberi makan, tak bisa berburu, kolam tak ada arus seperti di laut, saat dilepas ke alam liar tak bisa hidup.

Ia mengisahkan pengalamannya ketika hadir di pelepasan penyu di Pantai Ngagelan, Banyuwangi, Jawa Timur pada tahun 2004, penyu yang dipelihara 1-2 tahun dengan ukuran 30-40 cm sangat rentan. Beberapa jam setelah dilepaskan, penyu yang dipasangi tagging ini tersangkut tali pancing. Nelayan mengantarkan penyu, tertangkap pancing ini. Bisa jadi mengira diberi makan manusia yang melemparkan umpan. Karena pancing tersangkut di leher, Dwi membawa ke Bali untuk mengeluarkan mata pancing.

Sebaiknya tukik dilepas kurang dari seminggu, maksimal 2-3 hari. Tukik yang baru menetas, masih bawa kuning telur di perutnya. Ini cadangan makanan untuk bertahan di laut sekitar 2 minggu sampai menemukan habitat pakannya. Jika terlalu lama di kolam setelah menetas, tukik kehabisan kuning telur, dan saat dilepas ke laut ada kemungkinan tak bisa bertahan.

 

 

Keterangan foto utama : Anakan penyu yang berenang diantara lautan sampah. Foto : wochit youtube

Exit mobile version