Mongabay.co.id

Hunian Sementara bagi Korban Gempa Malang

relawan Posko GKJW Sukoanyar membantu mendata bantuan dari jemaat GKJW Wiyung Surabaya

 

 

 

 

Subagyo, memoles kuas cat di dinding hunian sementara (huntara) di Dusun Sukoanyar, Desa Warotaman, Kecamatan Ampelgading, Malang, Jawa Timur. Cat berwarna putih melapisi permukaan kalsiboard gara bagian dalam terang dan bersih. Dia tak sabar menempati huntara yang dibangun Gusdurian Peduli ini.

“Rumah rusak karena gempa, selama ini tinggal di gedung PAUD,” kata Subagyo.

Gusdurian Peduli membangun delapan huntara di Dusun Sukoanyar. Ia terbuat dari rangka baja ringan atau galvalum, dinding kalsiboard, atap terpal, lantai berlapis semen, dilengkapi dua lampu penerangan.

Huntara ini dibangun kerjasama Gudurian Peduli dengan Gereja Kristen Jawi Wetan (GKJW) Jemaat Sukoanyar, Wirotaman. Gusdurian membangun delapan huntara, tujuh unit di jemaah kristen GJKW.

“Kemanusiaan tak memandang agama. Kami biasa hidup berdampingan, ada agama Islam, Kristen dan Hindu di sini,” katanya.

Saat bencana gempa, katanya, warga saling membantu. Mereka tak membedakan-bedakan agama yang dianut. Bergotong royong dan bekerjasama, katanya, menjadi kebiasaan warga Wirotaman.

Mereka juga saling membantu membersihkan rumah warga yang rusak. Termasuk rumah Subagyo, umat Kristen dan Hindu turut membantu. Mereka juga bergantian kerja bakti membersihkan mesjid, gereja dan pura yang rusak akibat gempa.

Rumah Subagyo hanya selemparan baru dari GKJW Jemaat Sukoanyar dan Pura Brahma Loka. Mereka senantiasa hidup rukun dan saling membantu korban gempa.

 

Baca juga: Begini Mitigasi Gempa dan Tsunami di Malang

Hunian sementara didesain menarik dan nyaman dan bertahan selama lima tahun, dengan anggaran Rp 5 juta. Foto: Eko Widianto/ Mongabay Indonesia

 

Gempa magnitudo 6,1 Skala Richter yang menerjang Malang pada 10 April 2021 mengakibatkan sejumlah rumah di Wirotaman, rusak. Sekitar 117 unit rusak berat, 119 rusak sedang dan 103 rusak ringan. Total ada 10.482 rumah di Kabupaten Malang rusak, 4.490 rusak ringan, 4.104 rusak sedang dan 1.888 rusak berat.

Selain itu, gempa juga merusak 226 gedung sekolah, 23 fasiltas kesehatan, 233 rumah ibadah dan 159 fasilitas umum. Gempa terdampak di 32 kecamatan dari 33 kecamatan di Malang, korban empat jiwa.

Ketika gempa, Subagyo tengah memperbaiki alat menyulingan nilam. Saat pulang, dia mendapati rumah miring. Dinding retak menganga merata di setiap sudut bangunan.

“Tak bisa diselamatkan. Akhirnya dirobohkan dengan alat berat.”

Pukulan berat bagi Subagyo, lantaran gempa 1999, rumahnya juga hancur. Jadi, sudah dua kali rumah Subagyo rusak karena gempa.

Dia berharap, bisa segera membangun rumah yang roboh itu. “Bangunan rumah menyesuaikan anggaran,” katanya.

Hingga kini, Subagyo belum menerima dana stimulan yang dijanjikan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Doni Monardo, ketika masih Kepala BNPB, saat meninjau korban gempa menjanjikan dana stimulan Rp50 juta bagi rumah rusak berat. Kemudian Rp 25 juta rusak sedang dan Rp10 juta buat rumah rusak ringan.

“Sudah didata, tapi belum ada realisasi sampai sekarang,” katanya.

Hampir dua bulan gempa berlalu, belum ada tanda-tanda bantuan atau dana stimulan dari BNPB.

Tarlin, jemaat GKJW Sukoanyar bersyukur ada huntara nyaman untuk tinggal. Rumah Tarlin hancur, rata dengan tanah. Semua perabot rumah tangga rusak tak bisa dipakai. “Hanya televisi yang bisa diselamatkan untuk hiburan malam hari,” katanya.

Saat gempa, dia tengah di ladang salak. Lantas istrinya mengabarkan kalau rumah ambruk kena gempa. Sejak saat itu, mereka tinggal di parkiran gereja, tepat berada di depan rumahnya. Dia dan keluarga tidur di tenda terpal, beralas tikar. “Atap terpal, kalau malam dingin.”

Tarlin adalah petani, mengelola 2.000 meter persegi lahan dengan menanam salak, dan pisang. Dia juga merawat enam kambing. Penghasilan sebagai petani cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup setiap hari. Dua anaknya telah berkeluarga.

 

Baca juga: Gempa Jawa Timur, BMKG Minta Warga Tetap Waspada

Rumah warga yang rusak akibat gempa 6,1 SR yang mengguncang Malang 10 April 2021. Foto: Eko Widianto/ Mongabay Indonesia

 

 

Bantuan kemanusiaan

Ferry Novia, Pendeta GKJW Jemaat Sukoanyar mengatakan, komunikasi lintas iman di Wirotaman terjalin harmonis. Huntara bantuan dari Gusdurian Peduli, katanya, juga terjalin berkat dialog lintas iman. Saat gempa, dia menjalin komunikasi dengan Koordinator Jaringan Gusdurian Jawa Timur, Aan Anshori.

“Kami sampaikan di desa kami banyak rumah rusak. Butuh bantuan,” katanya.

Lantas, dia dihubungkan dengan Gusdurian Kanjuruhan dan Ketua Umum Gusdurian Peduli, A’ak Abdullah Al-Kudus. A’ak yang tinggal di Lumajang ini, lantas mengirimkan tim teknis untuk membangun huntara di Wirotaman.

“Bantuan tak memandang agama, semua demi kemanusiaan,” katanya.

A’ak mengatakan, desain huntara dengan tampilan menarik, aman dan nyaman seluas enam kali lima meter ini. “Belajar dari huntara di lokasi bencana terkesan sangat darurat. Secara psikologis, desain huntara memberi efek trauma healing. Tak seperti di pengungsian,” katanya.

Huntara yang sama juga dibangun di Pronojiwo, Lumajang. Saat ini, kemampuan keuangan Gusdurian Peduli baru bisa membangun 15 unit. Dana dari donasi publik. Sedangkan sasaran penerima bantuan bekerjasama dengan berbagai pihak, seperti GKJW Sukoanyar.

“Mereka yang mendata dan mengetahui betul siapa yang membutuhkan. Permintaan banyak tapi kami sesuaikan dengan kemampuan.”

Huntara didesain sesuai fungsi untuk tidur, lantai plester semen, ada instalasi listrik, ventilasi dan jendela untuk sirkulasi udara. Model huntara ini baru dibangun di Malang dan Lumajang.

Sebelumnya, di Palu dan Majene, Gusdurian Peduli membangun rumah berbahan kayu. Desain Huntara mengadopsi rumah adat setempat, berbentuk rumah panggung.

Bantuan pun diberikan pada korban gempa, Pendeta Sujarwo dari GKJW Wiyung Surabaya bersama puluhan jemaat menyerahkan bantuan kepada korban gempa Wirotaman. Ada beras, gula, kecap, minuman, dan susu serta uang tunai. Bantuan ini hasil donasi jemaat gereja dan donatur.

 

“Kami trenyuh, tergerak hati untuk turut meringankan beban korban.”

 

Hutan yang dibangun buat korban gempa di Kabupaten Malang. Sebagian korban gempa masih tinggal di tenda-tenda pengungsian. Foto: Eko Widianto/ Mongabay Indonesia

****

Foto utama: Relawan Posko GKJW Sukoanyar membantu mendata bantuan dari jemaat GKJW Wiyung Surabaya. Foto: Eko Widianto/ Mongabay Indonesia

Exit mobile version