Mongabay.co.id

Keragaman Transplantasi Karang Bertambah dengan Penggunaan Pipa PVC

 

Keragaman pilihan substrat untuk transplantasi karang kini bertambah. Sebelumnya ada biorock dengan listrik tegangan rendah, aneka bentuk dari material beton seperti fishdome dan roti buaya, besi pasak bumi, tempurung kelapa, dan lainnya.

Transplantasi adalah kegiatan untuk memperbanyak koloni karang. Sedangkan substrat adalah media buatan untuk menempel fragmen atau potongan karang.

Sejak 2018, Yayasan KEHATI bersama PT Asahimas Chemical melakukan rehabilitasi karang yang rusak di Kawasan Wisata Alam Pulau Sangiang. Rehabilitasi terumbu karang yang dilakukan menggunakan modul PVC sebagai media tumbuh karang ini diklaim berhasil. Sampai tahun 2021, sudah terdapat 75 modul yang ditanam di kawasan Pulau Sangiang dengan survival rate di atas 67%.

Peluncuran buku keberhasilan transplantasi PVC dihelat pada Selasa (8/6/2021) melalui webinar. Kegiatan ini bagian dari peringatan Hari Segitiga Karang Dunia (coral triangle day). Di kawasan ini diyakini terdapat 600 spesies karang, lebih dari 70% keragaman karang dunia.

Buku Sayangi Sangiang ini memuat kolaborasi korporasi dan lembaga lingkungan untuk ujicoba penggunaan pipa PVC sebagai media substrat karang yang programnya dihelat lima tahun sejak 2019.

Pulau kecil di Selat Sunda ini kini termasuk Provinsi Banten. Di bawah kewenangan BKSDA Jawa Barat karena memiliki kawasan perlindungan dengan status Taman Wisata Alam.

baca : Memulihkan Ekonomi Nasional dari Ekosistem Terumbu Karang

 

Terumbu karang di perairan Pulau Sangiang, Serang, Banten. Foto : tripgabungan.com

 

Hawis Madduppa, Ketua Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan Institut Pertanian Bogor (IPB) mengatakan pertumbuhan karang cukup lama. Upaya transplantasi perlu dilakukan untuk menyokong ekosistemnya, dan membantu pertumbuhan karang alami. “Tak semua lokasi bisa jadi area transplantasi,” katanya. Ragam media transplantasi yang dinilai sudah berhasil misalnya biorock, reefball, media jaring, besi, dan saat ini ujicoba pipa PVC.

Hawis memaparkan sejumlah metode ini. Struktur biorock diperkenalkan tahun 90-an di Pemuteran, Buleleng, Bali. Menggunakan mineral akresi, sumber listrik tegangan rendah untuk menarik mineral untuk melekat di struktur besi. Anoda berupa titanium dan katoda adalah struktur besi. Ion pembentuk kapur menempel di substrat, listrik tegangan rendah menurutnya memberikan suasana nyaman bagi karang sehingga tumbuh lebih cepat.

Mongabay sudah menuliskan metode biorock ini. Metode biorock dibangun oleh arsitek dan pakar kelautan Wolf Hilbertz dan pakar kelautan Tom Goreau. Mereka menemukan bahwa dengan menyalakan arus listrik yang lemah di dalam air laut, cangkang keras yang mengandung kalsium karbonat akan menjadi katoda. Setelah itu bisa menanam terumbu karang asli di dalam struktur tersebut. Ketika besi dialiri listrik, segera terlapisi kalsium karbonat seperti terumbu. Hal itu membantu karang tumbuh lebih cepat.

Reef ball seperti susunan beton mirip setengah bola dengan celah. Rongganya bisa tempat sembunyi dan perlindungan ikan. Substrat ini sangat mirip dengan fishdome.

Sementara itu, ada juga Bioreeftek, tempurung kelapa yang disusun beberapa tingkat, dibiarkan jadi media pelekatan, dan memberi peluang berbagai organisme menempel. “Teknlogi ini memanfaatkan barang alami, tempurung kelapa. Dikembangkan Balai Riset Observasi Kelautan,” lanjut Hawis.

Sedangkan media jaring digunakan di substrat pasir dan sedimentasi tinggi. Pencangkokan di media jaring atau digantung dengan tali. Dikombinasikan dengan semen, logam, dan lainnya. Umumnya digunakan untuk industri eksportir karang agar mudah dicabut dan dijual.

baca juga : Sisi Positif Wabah Corona Bagi Terumbu Karang Indonesia

 

Salah satu aktivitas penanaman terumbu karang buatan di Pulau Sangian, Serang, Banten kerjasama Yayasan Kehati, Yayasan Terangi, BBKSDA Jabar, TNI AL Pos Pulau Sangiang dan pihak swasta. Foto : Yayasan Kehati

 

Apa pun metode subtratnya, perawatan harus dilakukan untuk keberlanjutan transplantasi. Tantangan perawatan terumbu karang alami dan hasil transplantasi ini terjadi tiap tahun, selain karena sampah dan aktivitas manusia, juga iklim seperti pemutihan (coral bleaching). Hal ini terjadi saat awal pandemi.

Selanjutnya ada media PVC yang diujicoba Yayasan Kehati dan PT. Asahimas Chemical. Media PVC ini disebut memudahkan larva menempel, banyak karang planula. “Faktor keberhasilan tak hanya metode tapi monitoring efektif, tak hanya menenggelamkan dan dilupakan,” ingat Hawis.

Ia menggunakan e-DNA sebagai next generation biomonitoring, pengumpulan sampel air untuk estimasi dan mendata apa saja yang ada di ekosistem terumbu karang itu. Dengan cara ini, bisa dideteksi jenis ikan, dan lainnya yang tak terlihat. Sebagai upaya early warning system untuk monitoring.

Yasser Ahmed, Marine Program Manager Yayasan Kehati memaparkan studi kasus rehabilitasi terumbu karang di Pulau Sangiang.

Satu modul pipa PVC ini menurutnya beratnya bisa mencapai 200-an kg. Ada dua lokasi transplantasi yakni Legon Waru dan Legon Bajo. Sebelumnya dilakukan penelitian baseline study yang menyimpulkan ekosistem terumbu karang di kawasan ini tertekan.

Ada 69 jenis ikan karang, rata-rata indeks keanekaragaman karang buruk yakni 1,78, dan tutupan karang buruk sekitar 18,3%. Banyak karang mati dan patahan karang di spot penyelaman. Kena jangkar kapal yang membawa penyelam.

baca juga : Tata Kelola Terumbu Karang Berkelanjutan Resmi Diadopsi PBB

 

Cara transplantasi terumbu karang dalam program restorasi terumbu karang Pulau Sangiang, Banten. Foto : screenshoot webinar

 

Rekomendasinya adalah perlu ada rehabilitasi karang. Ini tahun ke-3 dari rencana 5 tahun program. Dimulai 2019, survival rate tahun pertama sekitar 64% dengan 11 spesies karang yang ditanam di terumbu buatan. Hasilnya ada lebih dari 40 anakan karang di modul PVC secara alami dan 544 jumlah karang yang ditanam di 58 terumbu buatan.

Tahun kedua, survival rate disebut meningkat jadi 67%. Ada total anakan karang 335 buah yang tumbuh alami di substrat, dan 2159 karang di 58 terumbu buatan. Area yang direhabilitasi sekitar 500 m2, bertambah dari sebelumnya 200 m2. Bentuk substrat PVC ini piramid, di kakinya dipasangi semen agar berat. Sementara bentuk kotak untuk pembibitan. Pelaksana program juga menyiapkan ponton untuk ruang belajar dengan informasi karang.

Lana Sari dari BKSDA Jawa Barat mengatakan TWA Pulau Sangiang ini luasnya sekitar 528 hektar dan perairan laut 700 heaktar. Ada pemukiman dengan ekosistem terumbu karang dan habitat mangrove. Satwa yang terdata di antaranya buaya muara, rusa, dan situs cagar budaya seperti goa dan peninggalan Jepang. “Tantangannya perambahan untuk pemukiman, perburuan liar satwa dan perusakan terumbu karang dengan jangkar,” sebutnya.

Kebijakan BKSDA untuk mengatasinya adalah dengan peningkatan perlindungan dan keamanan perairan dan daratan. Zona pemanfaatan TWA adalah wisata alam untuk investor yang sudah memegang izin pemegang wisata alam. Legon Baru dan Bajo, lokasi transplantasi ini termasuk blok pemanfaatan. Ada juga blok perlindungan.

perlu dibaca : Inilah Dampak Badai Siklon Tropis Seroja pada Terumbu Karang di TNP Laut Sawu

 

Anakan atau rekrutmen karang pada media PVC dalam program restorasi terumbu karang Pulau Sangiang, Banten. Foto : screenshoot webinar

 

Substrat Tempurung Kelapa

Eghbert Elvan Ampou, peneliti Balai Riset dan Observasi Laut, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan, Kementerian Kelautan dan Perikanan di Negara, Jembrana, Bali menuliskan hasil substrat tempurung kelapa di Mongabay Indonesia.

Bermula pada 2008, ketika melihat terumbu karang berbahan utama keramik berbentuk cakram yang ditenggelamkan di perairan Pulau Bunaken, Sulawesi Utara oleh seorang Profesor dari Tokyo University. Menurutnya, kelemahan dari metode itu adalah bahan bakunya relatif susah ditemui dan sulit dibuat.

Sesuai dengan konteks Indonesia, bahan-bahan restorasi karang yang ideal haruslah berupa material murah, mudah didapat, dan tersedia dari alam. Pemikiran ini mengarahkannya memanfaatkan bahan substrat tempurung kelapa yang kemudian diberi nama bioreeftek. Temuan ini telah mendapatkan hak paten bernomor ID S0001231 dari Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia RI pada tanggal 21 Desember 2012.

Secara fungsi, bioreeftek merupakan substrat yang akan merekrut larva planula karang secara alami (melalui proses reproduksi seksual). Setelah larva menempel pada substrat, lalu dilakukan upaya pemindahan ke lokasi ekosistem terumbu karang yang persentase terumbu karangnya relatif rendah, seperti bekas lokasi pengeboman ikan. Relokasi dilakukan dari tempurung kelapa bermedia dasar bioreeftek ke tempurung kelapa yang baru. Dalam upaya ini, penting untuk melakukan survei penentuan lokasi penempatan media bioreeftek tersebut.

 

Dalam rangka memperingati Hari Bumi 2018, sebanyak 15 unit bioreeftek ditenggelamkan pada kedalaman 8 meter di Pantai Penimbangan, Singaraja, Buleleng, Bali. Foto: E.E. Ampou/Mongabay Indonesia

 

Peringatan Coral Triangle Day dan Hari Lingkungan Hidup juga diperingati dengan berbagai cara lain. BKSDA Bali melakukan kegiatan Adopsi dan Penanaman Terumbu Karang di Pantai Tulamben, Minggu (6/6/2021).

Kegiatan penanaman diawali secara simbolis oleh Wakil Gubernur Bali dan para peserta undangan lainnya. Selanjutnya dilakukan penanaman terumbu karang di bawah laut sebanyak 200 buah, terdiri dari jenis Acropora spp (125 buah), Oxypora spp (15 buah), Montipora spp (60 buah). Penanaman dilakukan oleh tim penyelam dari Polair, Organisasi Pemandu Selam Tulamben, Asosiasi Karang Koral dan Ikan Hias Indonesia, Kelompok Pembudidaya Karang Hias Nusantara, dan Persatuan Olahraga Selam Seluruh Indonesia.

 

Exit mobile version