Mongabay.co.id

Burungbuah Satin, Spesies Baru dari Papua

 

 

Hutan dan alam Papua kembali menegaskan bahwa separuh dari kekayaan keanekaragaman hayati di Indonesia disumbangkan dari pulau besar ini. Bahkan, para peneliti meyakini kalau masih banyak jenis flora maupun fauna yang belum ditemukan serta dideskripsikan.

Terbaru, sebuah penelitian bertajuk Lengguru Project yang dilakukan atas kerja sama tim dari Indonesia dan Prancis berhasil menemukan burung jenis baru di Kabupaten Kaimana, Provinsi Papua Barat.

Lengguru terletak pada leher gunung Papua dan memiliki lanskap unik pegunungan kapur [karst] yang terjal dan terisolasi. Melalui sudut pandang Biologi, wilayah ini sangat kurang dipelajari dikarenakan medannya yang berbahaya, berlereng curam, dan kurangnya pasokan air di atas pegunungan. Selain itu, daerah tersebut tidak memiliki akses jalan setapak dan sebagian besar lanskapnya masih berupa hutan utuh.

Baca: Seriwang Sangihe, Burung Langka di Dunia yang Habitatnya Terancam Tambang Emas

 

Satin Berrypecker atau burungbuah satin. Foto: Borja Milla/Sci News

 

Sebelumnya, penemuan terakhir jenis baru burung di Papua adalah burung melipotes foja [Melipotes carolae], tahun 2007. Sementara burung yang ditemukan ini merupakan jenis burungbuah [Melanocharis] di kawasan pegunungan Kumawa, Papua Barat. Burung jenis baru berrypecker tersebut diberi nama Melanocharis citreola, sp. nov. Milá, Ashari & Thébaud. Nama Inggris dari burung ini adalah Satin Berrypecker dan di Indonesia disebut dengan Burungbuah Satin.

Dalam rilis LIPI disebutkan bahwa temuan ini merupakan bagian dari ekspedisi sebelumnya yang dilakukan dua kali pada 2014 dan 2017. Proyek ini terdiri tim dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia [LIPI], French Institute de Recherche pour le Developpement [IRD], Universitas Papua [Unipa], Universitas Cendrawasih [Uncen], Universitas Musamus [Unmus] dan Politeknik KP Sorong.

Tim peneliti terdiri Hidayat Ashari [Indonesia], serta Borja Milá, Jade Bruxaux, Guillermo Friis, Katerina Sam, Christophe Thébaud [Prancis]. Ekspedisi pertama dilakukan pada November 2014 saat tim berhasil sampai ketinggian 1.100-1.200 meter di atas permukaan laut [mdpl]. Selama empat hari di lokasi, tim ekspedisi berhasil menangkap seekor burung jantan, yang belum bisa diidentifikasikan secara jelas, dan hanya dikenali sebagai Melanocharis.

Lalu pada Oktober-November 2017, tim kembali ke lokasi yang sama dengan peralatan dan logistik yang lebih baik selama 22 hari pada ketinggian 1.200 mdpl. Mereka berhasil menangkap tiga individu lagi.

Sebelumnya, dikatakan pada tahun 2015, peneliti biologi Jared Diamond dan K. David Bishop, pernah sampai ketinggian 1.000 mdpl pada kurun waktu 1983 dan 2013. Mereka melaporkan melihat seekor burung betina yang diduga jenis ini. Mereka menggambarkan burung tersebut memiliki bagian atas berwarna zaitun dan bagian bawah pucat agak kekuningan dan bergaris-garis tidak jelas. Sayangnya, tidak ada spesimen ataupun foto dari burung tersebut.

Pemeriksaan selanjutnya dilakukan dengan melakukan perbandingan spesimen Melanocharis jenis lain yang ada di Museum Zoologi Bogor [MZB] LIPI dan juga analisis phylogenic berdasarkan data DNA. Hasilnya, disimpulkan burung ini jenis baru.

“Ditemukannya jenis baru Berrypecker sebagai satu dari enam jenis burung baru di dunia kurun waktu 2021 merupakan hal menggembirakan,” kata peneliti Pusat Penelitian Biologi LIPI, Hidayat Ashari, dalam keterangan persnya.

Baca: Bidadari Halmahera, Burung Cendrawasih di Luar Papua

 


 

Morfologi

Penemuan burung jenis baru di Papua ini telah dipublikasikan pada jurnal ilmiah Ibis, tanggal 11 Juni 2021. Hasil penelitian menunjukkan, jenis baru ini dimasukkan dalam genus Melanocharis karena memiliki bentuk khas. Paruhnya kokoh hitam, sementara badan bagian atas biru-hitam yang sangat kontras dengan bagian bawah yang lebih terang. Sedangkan bagian bawah yang berwarna putih satin dengan sedikit warna kuning lemon merupakan ciri khas yang sangat membedakan dengan jenis lain dalam genus yang sama.

“Secara umum, burung ini memiliki ciri-ciri paruh dan kaki berwarna hitam, iris mata cokelat tua. Warna bulu pada punggung dan pantat biru hitam. Tenggorokan, dada, dan perut berwarna putih satin dengan sedikit warna kuning lemon, dan berwarna sedikit lebih ringan pada bagian sampingnya,” tulis para peneliti.

Sementara bulu pada bagian bawah sayap berwarna putih. Bagian malar atau sisi samping dari tenggorokan memisahkan warna biru hitam pada muka dengan tenggorokan yang putih. Bulu sayap hitam dengan warna putih pada bagian tepi dalam dari bulu primer dan sekundernya. Bulu ekor berwarna biru hitam keseluruhan, kecuali bagian tepi dari bulu ekor terluar yang berwarna putih.

Baca juga: Ekidna, Hewan Aneh yang Nenek Moyangnya Sezaman Dinosaurus

 

Ilustrasi burung buah satin yang ditemukan di Pegunungan Kumawa, Papua Nugini. Ilustrasi: Norman Arlott/Online Library

 

Burungbuah satin berukuran kecil, panjang sayapnya 62 mm, panjang tarsus 19.4 mm, panjang ekor 49.5 mm, panjang paruh dari dasar tengkorak kepala 11.2 mm, dan panjang paruh dari ujung lubang hidung 7.3 mm. Secara umum, Berrypecker atau burungbuah merupakan burung pemakan buah beri dan buah-buahan kecil lainnya, sehingga menjadikannya burung pemencar biji.

Burung ini aktif di bawah kanopi hutan, dari lantai hutan sampai ketinggian dua meter. Perjumpaan dengan burungbuah satin di hutan masih sangat sediki, sehingga perilakunya masih belum diketahui secara pasti. Hal ini memungkinkan adanya penelitian lanjutan.

“Dengan lokasi yang unik seperti kawasan Karst Lengguru, menjadikan burung ini penting untuk dikaji lebih jauh,” kata Hidayat.

 

 

Exit mobile version